Part 7

258 38 0
                                    

Kali ini, Penelope sedang melancarkan rayuan habis-habisan setelah tiga minggu yang lalu dirinya kembali pulih. Rayuan yang ia lontarkan seusai Claude termakan godaan Penelope sebelumnya.

"Claude, aku ikut serta melanjutkan pencarian solusi dari sihir hitam itu, ya."

Penelope bermain di dada Claude. Wanita itu beralih dari sisi kanan ke kiri dengan cepat. Begitu juga sebaliknya. Membuat Claude yang menahan diri berada di posisi sulit.

Tak sampai di situ, Penelope melancarkan serangan manik mata menggemaskannya untuk Claude. Penelope tahu bahwa di novel aslinya, Penelope adalah sosok yang pandai menggoda lawan jenis. Tentu, Penelope tidak akan menyia-nyiakan bakat alaminya.

Suara serak Claude menyapa pendengarannya. "Tidak, En. Kita sudah membicarakan ini sebelumnya. Keputusanku tidak berubah."

Penelope mengerucutkan bibirnya. Wanita itu mendesah sembari menggesekkan bagian bawahnya dengan berani. Menghidupkan api gairah yang semakin membara di dalam tubuh Claude.

Penelope membuat suaranya seimut mungkin. "Tapi, ini untuk kepentingan kita. Hidup mati kita berdua. Aku tidak mau membiarkanmu berjuang sendiri padahal aku bisa menemanimu."

Claude berdeham. Ia menatap manik mata hijau Penelope dengan lekat. "Baiklah. Tapi, aku meminta imbalan. Kau tahu, bukan?"

Penelope terkekeh. Claude memang sangat bisa luluh dengan godaan semacam ini dari Penelope. Ia memasrahkan diri. Mengangkat tangannya ke atas pundak Claude sembari berujar, "aku milikmu selamanya, Claude."

"Jangan menyesali ucapanmu, En."

✧⁠◝◜⁠✧

Penelope menghembuskan nafasnya kasar. Claude benar-benar tidak main dengan ucapannya. Permainan Claude di ranjang benar-benar membuatnya susah berjalan. Bahkan untuk makan saja, Penelope menghabiskan makanannya di dalam kamar.

Namun, Penelope bahagia. Setidaknya, Claude membiarkannya ikut serta dalam pencarian solusi itu. Wanita itu beralih ke jendela kaca kamarnya. Segera, ia membuka jendela kamarnya dan menancapkan tusuk rambutnya ke batangnya.

Batang pohon itu adalah batang pohon yang memiliki sihir. Sihir penghubung antara Penelope dengan mata-matanya. Seketika, seorang mata-mata muncul seusai Penelope menancapkan tusuk rambutnya.

Mata-mata itu memberikan tusuk rambut yang telah Penelope tancapkan seraya berujar, "apa perintah anda, Nona?"

Penelope menyerahkan selembar kertas. "Carilah informasi mengenai sosok ini. Aku membutuhkannya segera."

Mata-mata itu mengangguk. "Anda akan mendapatkan apa yang anda inginkan, Nona."

Begitulah ujarnya sebelum akhirnya mata-mata itu memutuskan pergi dan melaksanakan perintah Penelope.

Penelope merebahkan tubuhnya ke kasur lembutnya. Jemarinya meraih secangkir kopi yang tersedia di samping kanannya. Sekedar informasi, kesukaan Penelope di kehidupan sebelumnya dan kehidupannya ini adalah sama. Sama sama menggemari produk kopi itu.

Memang pada awalnya, produk kopi itu sulit dicari. Namun, akibat kekuatan kakaknya yang dulu menjadi marchioness selama beberapa waktu, ia mendapatkan kopi yang ia inginkan. Bahkan menyebarkannya dan membuat produk itu lebih banyak digilai daripada sebelumnya.

Setelah menyeruput kopinya, Penelope kembali ke buku yang sedang dipegangnya. Mencari informasi lain terkait sihir hitam yang sempat terinterupsi.

✧⁠◝◜⁠✧

Di sisi lain, Claude terus mendapatkan aduan terkait sikap buruk kakaknya yang baru saja menjabat menjadi kaisar.

Claude menipiskan bibirnya. Bukti tambahan sedang berada di tangannya tanpa diminta. Sungguh suatu kebetulan yang hebat!

[COMPLETED] I Was a Villainess Everyone Hated Where stories live. Discover now