Part 1

667 68 2
                                    

[Name] meninju udara yang ada di hadapannya. Pertemuannya dengan anak baru kali ini sungguh memakan emosi.

Anak baru yang menjadi mahasiswa seangkatan karena cuti di tahun sebelumnya. Anak baru yang sangat membuatnya kesal dan menambahkan emosi yang bercokol di hatinya.

Dengan geram, ia memutar kepalanya sembilan puluh derajat. Mengarahkan pandangannya ke anak baru yang tengah duduk santai dengan novel di tangannya.

"Mengapa kau mengikutiku?"

Lelaki itu memandangnya sekilas. Lalu menelengkan kepalanya dan tersenyum. "Kau berbicara padaku?"

[Name] mendecih. "Pada angin. Jelas padamu lah! Kenapa kau mengikutiku?"

Lelaki itu membenarkan posisi kaca matanya dan kembali menghadap ke arah novel yang ia baca. "Aku tidak mengikutimu. Aku hanya ingin membaca dan menikmati makanan cafe ini."

[Name] memutar bola matanya malas. "Lalu, kenapa kau duduk di sampingku? Tempat duduk yang masih kosong sangatlah banyak. Silahkan pergi ke sana!"

Lelaki itu menghembuskan nafasnya pelan. "Tidak mau. Aku ingin bersama  ratuku. Aku sudah menemukannya. Aku tidak mau kehilangannya kembali."

Mendengar jawaban dari lelaki itu, seketika badan [Name] merinding. Ia melirik sekilas sekitar mereka. "Ratu? Kau seorang indigo, ya?"

Lelaki itu mengernyitkan dahinya. "Indigo?"

[Name] mengangguk. "Kau bilang ratu. Padahal di sini tidak ada sosok ratu sama sekali. Itu adalah kemungkinan paling masuk akal."

"Kenapa dikaitkan dengan hal semacam itu?" Gumam lelaki itu.

Lelaki itu melukiskan senyum manisnya. "Tidak ada pikiran bahwa sebutan itu untukmu? Kudengar banyak gadis tersipu dengan gombalan semacam itu."

[Name] berdecak. "Kau suka romansa juga rupanya. Kudengar kau adalah mahasiswa yang mampu menolak pesona Ailin, model tercantik di kota ini."

Lelaki itu terkekeh. "Menolak perempuan bukanlah satu alasan untuk disebut tidak suka romansa. Lagipula, novel yang kupegang adalah genre romansa."

[Name] menepuk kepalanya pelan. Gadis itu bergumam. "Maaf."

Lelaki itu tersenyum tipis. "Tak apa."

Sekilas, [Name] memandang bagaimana lelaki itu membaca novelnya. Dari visual, visual lelaki itu sungguh gila. Sangat menawan. Pantas saja seorang model ternama jatuh hati padanya.

Manik mata [Name] memicing melihat judul dari novel itu. Tanpa sadar, [Name] bertanya. "Tentang apa novel itu? Kau membacanya berkali-kali. Kelihatannya kau begitu menyukainya."

[Name] mendapatkan fakta itu ketika selama beberapa bulan terakhir, ia mendapati pemandangan lelaki itu yang begitu sibuk dengan novel yang sama.

Lelaki itu menjawab, "benar. Aku sangat menyukai novel ini. Novel ini bercerita tentang kisah seorang pangeran yang dibuang jatuh hati pada putri marquess."

[Name] mengangguk mengerti. "Romance fantasy?"

Lelaki itu menangguk.

Suasana kembali hening. Gadis itu sibuk dengan secangkir kopi di tangannya, sementara lelaki itu tetap berkutat dengan novelnya.

Berbicara mengenai genre novel, [Name] menyukai genre novel romance fantasy diantara genre lainnya meskipun [Name] juga menikmati genre lainnya.

Sekian lama terdiam, lelaki itu mencoba mengajukan pertanyaan. "Kau suka genre serupa?"

[Name] mengangguk. "Kemarin, aku baru saja menyelesaikan novel who made me a princess."

[COMPLETED] I Was a Villainess Everyone Hated Onde as histórias ganham vida. Descobre agora