Part 10

250 39 0
                                    

"Cepat bawakan kalung putih itu!"

"Tidak, tidak. Kalung hijau jauh lebih baik untuk Nona."

"Kau bicara apa? Hari ini adalah pemberkatan. Sangat tidak masuk akal menggunakan aksesoris berwarna selain putih!"

"Kau kuno sekali. Aksesoris boleh berwarna. Apalagi yang senada dengan pengantin. Akan lebih indah."

"Tidak, itu pendapatmu saja! Aku yakin pendapatku menang. Nona, tolong pilih pilihan saya!"

Penelope menggelengkan kepalanya. "Aksesoris putih memang indah."

Pelayan yang mengusulkan aksesoris putih mendongakkan kepalanya. Memancungkan hidungnya. Layaknya menang dari kompetisi yang sangat sengit.

Penelope menyambung kalimatnya. "Namun, aksesoris hijau terlihat pas dengan gaunku. Gaunku telah didominasi warna putih. Aku memilih aksesoris hijau untuk kali ini. Maaf ya, Kellie."

Kellie, pelayan yang mengusulkan aksesoris putih menundukkan kepalanya lesu. Namun, ia berujar, "tidak apa, Nona. Tidak perlu merasa bersalah."

Begitulah kehebohan di sisi Penelope untuk mempersiapkan Penelope. Persiapan untuk pernikahan Penelope dan kaisar baru, Claude.

✧⁠◝◜⁠✧

Pemberkatan dijalankan dengan khidmat. Tidak ada masalah yang terjadi di dalamnya.

Penelope terkikik geli. Entah bagaimana Claude meyakinkan para bangsawan yang Penelope dapat pastikan menolaknya sebagai permaisuri karena kemiskinan keluarga marquess.

Kali ini, pesta yang digelar memiliki dua makna. Pesta pernikahan dengan pesta peresmian pengangkatan permaisuri kekaisaran. Claude sungguh tidak mau membuat Penelope dalam kondisi bahaya. Bahkan pesta yang diselenggarakan pun menunggu usia kandungan Penelope menginjak usia yang lebih tua.

Kali ini, Penelope menghadiri pesta dengan jangka waktu yang tidak lama. Claude membawanya kembali ke kamar sesaat setelah pemberitahuan penerus kekaisaran telah hadir.

Penelope menatap nyalang ke arah Claude. Lalu, menghela nafasnya kasar. "Claude, aku tahu tujuanmu melakukan ini kepada kami. Tapi, tidakkah kau berpikir ini terlalu berlebihan? Aku bukanlah wanita kaca yang selalu memerlukan perlindungan. Aku mampu melindungi diriku sendiri. Kau ingat dengan kemampuanku, bukan?"

Claude menarik lengan Penelope. "Aku mengerti. Namun, keadaannya berbeda, En. Kau mengandung. Dua anak pula. Aku tidak ingin mencari resiko."

Penelope berdecak. Ia memejamkan kelopak matanya dengan paksa. Berniat tidur dan menghindari pembicaraan yang membuat suasana hatinya kesal.

Claude yang melihat reaksi istrinya hanya mampu melukiskan senyum tipisnya. Ia menggerakkan jemarinya. Menyusuri bentuk wajah Penelope dengan lembut dan lamat. Seolah ingin mengukir wajah manis istrinya di dalam ingatannya dengan jangka waktu yang lama.

"Maafkan aku jika terkesan overprotektif kepadamu. Aku hanya tidak ingin kehilanganmu seperti sebelumnya, En."

Claude mengecup dahi Penelope seusai puas memandangi wajah Penelope. "Aku sungguh mencintaimu."

Claude menaikkan selimut mereka. Menutupi tubuh Penelope dengan sempurna. Memberi kehangatan yang cukup untuk orang-orang berharganya.

✧⁠◝◜⁠✧

Langit berganti cerah. Menyingkirkan suhu dingin yang sempat berkuasa. Menggantinya dengan suhu yang lebih tinggi. Dengan iringan suara burung dan sinar mentari, pemilik manik mata hijau teduh itu membuka kelopak matanya.

[COMPLETED] I Was a Villainess Everyone Hated Donde viven las historias. Descúbrelo ahora