Part 8

252 37 0
                                    

Pencarian selesai. Target telah ditemukan. Di depan sana, Claude dan Penelope menemukan sesosok lelaki dengan rambut hitam tertidur dalam mimpi panjangnya.

Penelope melemparkan senyuman dan pandangannya ke arah Claude. Claude yang mengerti akhirnya melepaskan rengkuhannya pada pinggang Penelope dan menggenggam erat Penelope.

Claude menyatukan tangannya dengan tangan Penelope. Menyatukan mana mereka dan membangunkan penyihir menara hitam yang sedang hibernasi.

Dalam kurun waktu dua menit, misi berhasil dilakukan. Sosok dengan rambut hitam panjang bangun dari tidurnya. Menampilkan manik mata merah menyala.

"Tikus lagi yang membangunkanku?"

Jemarinya mengusak kelopak matanya. Membersihkan kotoran yang menempel setelah sekian tahun tidur tanpa bangun.

Namun, manik matanya mendelik ketika telah berhasil memandang wajah Claude dan Penelope. Ia mendekati keduanya dengan cepat.

"Aku merasakan jejak sihirku pada kalian. Jenis sihir apa ini?" Lelaki itu mengusap dagunya.

Penelope menelengkan kepalanya. Belum bisa memahami pernyataan dari penyihir itu. Jejak sihir biasanya didapatkan setelah berinteraksi. Sementara dirinya saja baru bertemu lelaki itu hari ini.

Sedetik kemudian, lelaki itu berujar, "ah, sihir ruang dan waktu. Kalian sudah menemuiku yang lebih tua rupanya. Perjanjian apa yang kalian perbuat dengan diriku?"

Penelope mengernyitkan dahinya. Ia masih belum paham dengan ucapan sang penyihir menara hitam. Belum sempat ia menjawab pertanyaan penyihir menara hitam, Claude berujar, "aku tidak tahu. Kami baru menemuimu hari ini. Lalu, bantu kami menyelesaikan masalah kami."

Penyihir itu tertawa keras. "Untuk apa aku membantumu? Tidak ada untungnya bagiku."

Penelope menghela nafasnya panjang. "Akan kami berikan imbalan yang anda mau."

Lelaki itu menyiratkan senyum tipisnya. Lalu menunjuk ke arah Claude. "Aku menginginkan seperempat mananya. Bagaimana?"

Penelope menggeleng. "Manaku saja. Jangan mananya-"

Lelaki itu berdecak. "Aku menginginkan mana dari jiwa yang melakukan kontrak denganku di masa depan bukan jiwa dari dimensi lain."

Penelope membulatkan manik matanya. Bagaimana lelaki ini bisa tahu jika jiwanya adalah jiwa yang berasal dari dimensi lain?

Claude mengangguk. "Akan kuberikan mana yang kau minta. Tapi, sebagai gantinya, kau harus membantu kami menyelesaikan masalah sihir hitam."

Lelaki itu memicing. "Sihir hitam masih digunakan?"

Penelope mengangguk. "Sepertinya demikian. Kami merasakan jejak sihir hitam berada di tubuh kakaknya."

Lelaki itu mendesah kesal. Ia mengumpat. "Aethernitas sialan!"

"Baiklah. Akan kuselesaikan masalah itu."

Penelope mengangguk. "Terima kasih. Kami akan sediakan tempat untuk anda tinggal di istana-"

Lelaki itu mengibaskan tangannya. "Tidak perlu. Aku tidak suka tempat menjijikkan itu. Kau hanya perlu memberikan tanda dan aku segera datang dengan tanda itu."

Penelope mengangguk. "Baik. Terima kasih."

Penelope dan Claude undur diri. Ketika keduanya melangkahkan kakinya menjauh dari penyihir. Suara penyihir menghentikan langkah keduanya.

"Omong-omong, jaga dua anak itu. Mereka memiliki mana yang hebat. Jaga mereka dari orang-orang bodoh itu."

Mendengar ucapan dari sang penyihir, keduanya memutar tubuhnya. Menghadap ke arah penyihir lelaki itu.

[COMPLETED] I Was a Villainess Everyone Hated Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt