Bab 3

632 95 3
                                    

"Sudah ku katakan bahwa kehidupan yang kamu inginkan terlalu mustahil untuk bisa kamu wujudkan dalam sekejap mata."

......

"M-maaf mama, harsa minta maaf" ucap harsa yang tidak bisa didengar oleh mama nya

Harsa duduk sambil memeluk lutut, menyesali kesalahan nya karena sudah menjadi anak yang nakal. Harsa tidak menangis, harsa hanya melamun sambil memandang pintu yang masih tertutup.

Harsa memang masih berusia 4 tahun, tapi harsa sudah cukup mengerti jika mamanya sedang marah terhadap nya.

Harsa menyesali nya, harsa sangat sangat menyesal...

Jika harsa kira dia ditinggalkan sendirian, maka perkiraan dia salah. Dari tadi, ten duduk dibalik pintu kamar anaknya sambil menunggu masa hukuman harsa selesai.

Ten sudah terduduk dengan posisi yang hampir sama seperti harsa, beda nya dia telah menundukan kepalanya sambil menangis tanpa suara.

"Maafin mama nak" ucapnya ditengah isak tangis yg senyap

Waktu sudah menunjukan pukul 2 siang dan ini saatnya harsa mengakhiri masa hukuman nya. Ten segera membuka pintu yang sengaja tidak dia kunci. Ten kira harsa akan memberontak dan memaksa untuk keluar, tapi perkiraan dia ternyata salah, Harsa nya memang anak yang baik.

Pelan, pelan, bahkan sangat pelan sekali, ten membuka pintu kamar harsa, mempersilahkan yang berada didalam untuk keluar. Tapi, sudah beberapa detik, kehadiran harsa tidak kunjung ia lihat dan itu membuat dia sedikit mengernyit

"Ada apa dengan anaknya? Kenapa tidak mau keluar? Apa dia marah padanya? Apa anaknya tidak sengaja tertidur?" Pertanyaan pertanyaan itu muncul dibenak ten, hingga dia melangkahkan kakinya, masuk kedalam kamar milik sang putera

Tapi, hati ten mencelos ketika ia melihat harsa, anak kesayangan nya meringkuk dilantai tanpa alas, matanya tertutup tapi mulutnya terlihat seperti merapalkan sesuatu yang ten tidak tau apa itu

Ten bergegas menghambur menubruk tubuh harsa. Panas, kenapa tubuh anaknya panas sekali. Tanpa berpikir panjang, ten langsung berteriak meminta bantuan pada siapa saja yang ada dirumah

"BI IMAH! MANG UJANG! TOLONG CEPAT KESINI, TOLONG SAYA!!"

Tak lama yang dipanggil oleh ten pun datang dan mereka sama terkejutnya ketika melihat harsa si tuan muda dirumah itu sudah lemas terkulai digendongan majikan nya

"Bi, tolong jaga rumah, dan mang ujang, tolong segera siapkan mobil"

Mereka berdua mengerti, mereka melakukan tugas masing masing. Biimah membukakan pintu mobil agar mempermudah majikan nya untuk masuk.

Di sepanjang perjalanan, ten tidak henti hentinya meminta maaf pada harsa. Karena ten dari tadi sudah menyalahkan dirinya sendiri, jika saja harsa tidak ia kurung dikamar, mungkin saja hal seperti ini tidak akan pernah terjadi "bodoh, kamu bukan mama yang baik, tenderlova" rutuknya dalam hati.

Sesampainya dirumah sakit, harsa langsung dibawa ke ugd dan segera mendapatkan pertolongan dari yang lebih ahli.

Beruntungnya tidak ada yg serius dengan harsa. Harsanya hanya demam biasa, tapi tetap saja kekhawatiran terlihat jelas sekali diwajah ten, pasalnya harsa nya masih belum membuka mata.

Ten belum menghubungi suaminya perihal ini, dia tidak mau menambah beban pikiran suaminya jika ia mengetahui bahwa jagoan nya kesakitan karena ulah ten sendiri.

Tapi, jika dipikirkan sekali lagi, bukankah akan menjadi tidak adil sekali jika suaminya tidak mengetahui hal sepenting ini. Ten segera membuka ponselnya, berniat mengabari jovan

FelicityWhere stories live. Discover now