Gavin melihat tangannya yang ada dalam genggaman Bella. Kakinya terkatuk-katuk karena salah fokus.

"Ke sini." Bella mendorong tubuh Gavin pada belokan. Membuatnya bersandar pada tembok dengan tangan menahan dada cowok itu. Sementara pandangan Bella mengawasi ke arah gang tadi.

Gavin merasa kerja paru-parunya terganggu, bukan karena Bella menekan dadanya dengan kuat, tapi posisi yang terlalu dekat membuat Gavin bahkan bisa mencium aroma shampoo yang dikenakan cewek itu. Gavin baru tahu jika aroma seperti itu terasa menyenangkan jika di tubuh orang lain, atau hanya karena ini dari Bella(?)

"Kayaknya mereka udah pergi semua deh." Bella menghela napas lega lalu mundur selangkah, memberi jarak dari Gavin.

Tak kalah lega, Gavin juga ikut menghela napas. Ia menggaruk kepalanya dengan wajah sedikit berpaling. Merasa aneh, hanya karena aroma shampoo saja dia berpikir serumit itu

"Ngomong-ngomong, kenapa kabur?" Gavin mengatasi kerancuan situasinya dengan sebuah obrolan.

Bella terdiam sejenak. "Mau daftar MNTI."

"Nggak bawa apa-apa?"

"Kalo tasnya dibawa, nanti guru tau gue kabur."

"Terus syarat-syaratnya?"

"Makannya ini mau pulang dulu buat ambil."

"Ya udah, gue anterin."

Bella menahan tangan Gavin yang hendak pergi. "Nggak usah." Bella menyunggingkan senyum manis. Yang membuat kuping Gavin secara spontan bersemu merah.

"Di kelas lagi nggak efektif, makanya tadi mikir daripada bengong, mending pake buat daftar. Tapi itu bukan urgent kok, karena kebetulan ketemu lo, pendaftarannya bisa dilakuin nanti lagi. Toh batas waktunya masih ada seminggu. Kita bisa lakuin hal lain. Lo bawa makan biar gue makan 'kan?"

"Eu ... iya."

"Ya udah, lo tau tempat buat kita nongkrong?"

"Warung langganan gue, mau?" Gavin ragu menawarkan karena itu bukan tempat bagus. Sayangnya itu yang paling dekat karena Gavin pun tidak membawa motor.

Bella mengangguk. "Boleh. Di mana?"

Gavin melihat tangan Bella. Ia sedikit membasahi bibirnya gugup sebelum kemudian memantapkan tekad dengan meraih tangan itu.

Tidak apa-apa, tadi Bella juga melakukan itu 'kan?

"Ayo. Jalan dikit nggak papa?" ucapnya seraya menggenggam tangan itu dengan erat-erat.

Setelah beberapa saat berjalan di trotoar seraya bergandengan tangan, Gavin membawa Bella memasuki gang kecil lagi, lalu sampailah mereka pada sebuah warung.

Di sana ada sekitar 10 anak cowok dengan seragam yang sama seperti Gavin. Kulit kacang berantakan bercampur dengan kartu-kartu monopoli. Tawa mereka menggelegar seolah tidak takut ada guru yang akan datang dan memergoki.

"Wah Vin, siapa?" tanya salah satu dari mereka yang pertama menyadari kehadiran Bella dan Gavin. Ucapannya itu menarik perhatian yang lain hingga suara siulan pun terdengar bersahutan. Menandakan jika keberadaan Bella cukup spesial di sini.

"Ham, Gi, Dra, pindah." Gavin menepuk-nepuk bahu temannya menyuruh pindah hingga kini ada meja kosong yang bisa ditempati dirinya dan Bella.

"Nggak papa?" tanya Bella sedikit meringis melihat meja samping di mana cowok-cowok itu duduk di bangku panjang dengan saling berdempet-dempetan. Hanya ada 2 meja yang disediakan warung ini. Meski bangkunya panjang-panjang, tapi terlalu sempit untuk 10 orang dan terlalu luas untuk 2 orang.

Pacaran [TAMAT]Where stories live. Discover now