19. Perpus Date

141 94 40
                                    

Helloo
Jangan lupa support ceritaku dengan cara vote dan comment yaaa

☆Happy Reading All☆

Sebentar lagi ujian tengah semester. Jika para murid-murid ambis sudah mempersiapkan dirinya dari jauh-jauh hari, maka tidak dengan Abel. Gadis itu akan belajar H-1 sebelum ujian. Itupun persiapannya setengah-setengah, Abel hanya mempelajari mata pelajaran yang disukainya saja, seperti Bahasa Indonesia.

Kini Abel tengah berada di perpustakaan bersama Rea. Mereka sibuk membaca buku untuk ujian besok pagi. Edrea sudah terkantuk-kantuk dengan buku di hadapannya. Sedangkan Abel sibuk membaca unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik buku fiksi.

Edrea mengerjapkan matanya agar terus melotot, tapi lama kelamaan ia tak tahan juga. Kepalanya menoleh ke arah Abel yang masih asik membaca.

"Ngantuk gue, Bel. Gue ke kantin dulu deh beli ice coffee, sekalian beli camilan," ujarnya dengan nada pelan. Abel menoleh.

"Lo mau nitip gak?" Tanyanya.

"Matcha aja," Rea mengangguk. Abel merongoh kantongnya hendak memberikan uang ke Rea. Rea yang melihatnya lantas menyahut.

"Duit lo simpan aja. Gue traktir,"

"Jangan Re, nih ambil."

"Tahun depan aja bayarnya." Sebelum Abel bersuara lagi, Rea melenggang pergi meninggalkan perpus menuju kantin. Abel hanya menggeleng, Rea selalu begitu. Selalu mentraktir dirinya, Abel sampai bingung bagaimana cara membalasnya.

Bosan membaca isi buku yang sudah diketahuinya, Abel beranjak menuju rak perpus. Ia ingin membaca novel, sudah cukup belajarnya.

Langkah kaki Abel menuju ke arah rak buku fiksi yang berdekatan dengan buku non-fiksi. Matanya berfokus pada novel karya penulis ternama. Ada banyak sekali referensi novel yang disediakan perpustakaan di sekolah Abel dengan berbagai genre. Salah satunya, karya Tere Liye dengan berbagai series dan judul lengkap disini.

Retinanya fokus melihat jajaran buku karya Tere Liye dengan judul-judul "Bumi", "Bintang", "Bulan", "Matahari", "Komet", "Nebula" dan sebagainya.

"Baca yang judulnya "Bumi" dulu, itu awal dari petualangan mereka menyelesaikan misi petualangan dunia paralel." Celetuk seseorang tiba-tiba. Abel sampai tersentak kaget. Sedangkan sang pelaku hanya menampilkan senyum manisnya dengan buku Oppenheimer dan Bom Atom di genggamannya.

"Gue udah baca semuanya," ujarnya tanpa ditanya. Arghi menatap retina Abel yang masih diam menatapnya juga.

"Kalau lo?"

"Baru beberapa. Sampai yang judulnya "Bulan" gue udah baca," Arghi mengangguk. Kemudian pemuda itu mengajak Abel duduk di salah satu bangku disana.

"Jadi, karakter siapa yang paling lo suka?" Tanyanya lagi.

"Gue suka Ali..."

"Karena dia satu-satunya cowok di circle mereka?" Goda Arghi, sedang Abel hanya mendengus karena Arghi memotong pembicaraannya.

"Dengerin dulu. Ali itu pemalas tapi jenius, ada aja tingkahnya yang bikin Raib dan Seli naik darah. Tapi asli deh dia satu-satunya makhluk klan terbawah (bumi) di antara mereka tapi dia bisa bertahan dan melewati berbagai rintangan dengan otaknya."

"Dia bisa menguasai bahasa Klan Bulan hanya dalam kurun waktu semalam ya, hebat," ujar Arghi. Abel mengangguk antusias.

"Nah, dari Ali kita bisa tahu kan kalau orang malas itu aslinya jenius." Arghi menjitak pelan kening Abel, sedang Abel meringis.

Bad Girl and Her SupermanWhere stories live. Discover now