1. Kinara : Penyangga lilin

135 4 4
                                    

"Pagi dunia, apakah hari ini akan dimulai dengan baik?"

"Bolehkah aku merasakan kebahagiaan? Sejenak saja, aku hanya ingin merasakannya sebentar"

"Apakah aku tidak pantas untuk bahagia?"

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*

PAGI ini suasana dingin menyelimuti atmosfer bumi, seharusnya pagi dimulai dengan sinar matahari. Namun kali ini berbeda, rintik hujan sudah menyapa tanah merah dihalaman rumah.

Suara rintikan yang terdengar menenangkan, namun cukup menghambat rutinitas pagi yang seharusnya dilakukan oleh para manusia penghuni bumi. Dimana mereka kesusahan untuk berangkat bekerja ataupun sekolah.

Sama halnya dengan aktivitas pagi dari gadis cantik yang sedari tadi memandang kearah luar jendela. Rambut panjang hitam legam yang terurai tertiup angin yang tanpa sengaja masuk melalui jendela.

Kinara Alea Alvalendra, itulah namanya. Gadis cantik berusia 16 tahun, namun sayang nasibnya tak secantik paras yang dimiliki. Diusia yang terbilang masih remaja, tak pernah sekalipun kebahagiaan hadir menyapa Kinara. Yang ia dapatkan selama 16 tahun hanyalah hinaan, cacian, kebencian dan tatapan intimidasi dari sosok yang seharusnya memberi kebahagiaan dan keamanan untuk dirinya.

Nama panggilan Kinara memiliki arti Penyangga lilin, ia rasa nama ini sangat pas dengan keadaannya saat ini yaitu terus berjuang menyangga semangat serta kewarasannya agar tidak padam layaknya lilin.

Kinara tumbuh dalam keluarga yang tak pernah menganggap dirinya sebagai manusia, Kinara tak pernah mendapat kasih sayang, perlakuan baik dan perhatian Yang adil dari kedua orangtuanya.

Seolah putri keluarga Alvalendra hanya "Kania elea Alvalendra" Saudari kembar Kinara, yang lahir lebih dulu daripada Kinara. Yah Kania tumbuh menjadi gadis yang ceria dan pintar, dia selalu mendapat juara dikelas dan bahkan seluruh keluarga besar selalu menganggap Kania adalah princes mereka.

Berbanding terbalik dengan Kinara, dia selalu diabaikan dan tak pernah diberi kasih sayang.

"Apa hari ini akan berjalan lancar? Atau akan ada luka baru lagi?" Gumam Kinara sembari menatap rintik hujan yang semakin deras.

"Apapun itu, aku harus bisa. Demi omah aku harus bertahan" Ucapnya mencoba menyemangati batinnya yang telah lelah.

Gadis itu sudah rapih dengan seragam sekolah, rambut hitamnya dia biarkan tergerai. Langkah kecilnya melangkah penuh keteguhan tak lupa senyum palsu yang harus selalu dia tampakkan dan juga tas berwarna abu-abu yang tersampir dilengannya.

Langkah kakinya menuruni setiap anak tangga yang ada, namun netranya menangkap pemandangan yang selalu membuat hatinya sedikit berharap. Berharap akan ada suara wanita yang menyapanya untuk sarapan bersama, namun kembali lagi semua hanya sebuah harapan yang Kinara sendiri tau bahwa itu tak akan pernah terjadi.

Pemandangan sebuah keluarga yang berkumpul untuk sarapan bersama. Ada sepasang suami-istri paruh baya, 2 lelaki tampan yang satu mengenakan seragam persis seperti yang Kinara kenakan dan satu lagi memakai setelan jas kantor, oh satu lagi ada seorang gadis duduk diantara dua pria tersebut, dia adalah Kania, saudari kembarnya sendiri. Kinara tak pernah membenci saudarinya itu, walaupun gadis itu sama seperti keluarganya yang lain tak pernah menganggap Kinara ada.

Doubt about happinessDove le storie prendono vita. Scoprilo ora