sejumput pikiran ini juga butuh wadahnya.

pikulan berat ini sangat perlu sandarannya,

agar berkurang bebannya.

Sendiri dulu bagaimana?

Bukannya nyata kalau saya selalu sendirian.

tiap Gerakan tubuh ini pun ada maknanya walau tidak sebermakna pemiliknya.

tarikan nafasnya menjeritkan suara yang buta huruf.

tatapannya melembut menutupi genangan merah yang mengusik.

jeritan terdengar, tapi tidak ada yang menoleh.

Sendiri dulu tidak apa-apa ya?

Kan sudah biasa.

Naruto Alizandra

Tidak terhitung berapa kali Sasuke sudah membacanya, tapi air mata tetap memberi peran di mimik wajahnya. Gadis itu selalu saja menangis tiap kali membaca tulisan-tulisan Naruto. Tidak bisa ia bayangkan sesakit apa lelaki itu selama ini, sakit hatinya melihat tinta luntur akibat air mata. Naruto pasti menangis hebat saat menulisnya.

Sasuke menengadah menghalau air mata yang tidak mau henti, ia rasakan angin laut menerbangkan surainya yang ia gerai. Sasuke sengaja melarikan diri kemari, sengaja kabur dari hiruk pikuk acara perpisahan yang menggembirakan. Sasuke lebih memilih mengabulkan keinginan Naruto.

Selesai olimpiade, ajak Sasuke ke Pantai.

Begitu isi notes yang ditangisi hebat oleh Perempuan yang kini mengenakan jepitan lumba-lumba berwarna biru disurainya. Sasuke mengelap sisa air mata menggunakan sapu tangan, gadis itu membuka halaman sebelum tulisan Naruto, ia ingin menuliskan Sesuatu disana agar lelakinya tidak sendirian.

Gadis itu menarik nafas dalam lalu membuangnya demi merasakan lega lalu mulai menggoreskan tinta hitam pada buku yang kini ia letakkan diatas lututnya.

Pemenang

Sasuke menulis tebal pada kata pertama, bermaksud menjadikannya judul.

Waktu cepat berlalu, ya?

Kamu lagi apa disana? Sudah bahagia?

Setiap hari aku bertanya-tanya, pernah sekali aja kamu mikirin aku?

Tiba-tiba bayangan Naruto tersenyum genteng padanya terlintas mengikutsertakan senyum di wajah cantik Sasuke yang masih menulis sesuatu untuk si ganteng.

Kalau aku, ya jangan ditanya. Tidak ada satu detak jantung pun yang terlewat tanpa aku mikirin kamu. Biarlah, biarlah tarikan nafasku menjadi saksi akan sesaknya ia yang tidak lagi menghirup udara yang sama denganmu.

Biarlah sepeda hitam bergaris biru ikut turut merasakan betapa perlunya kamu untuk aku ajak bersama-sama memutari laut yang berlomba-lomba mengecup pantai.

Biarlah langit sekarang lebih sering runtuh membasahi hati-hati yang hancur kehilangan cahayanya, langit pun kehilangan iris menawan yang selalu memandangnya.

Gadis itu memandang langit yang tampak mendung dan siap menurunkan hujan, awan-awannya yang kelabu seperti siap menyerang bumi dengan guyuran hebat.

Biarlah senja semakin berdarah karena juga kehilangan penggemarnya. Biarlah langit malam menjadi lebih lama menduduki singgahsananya sebab telah hilang teman baiknya.

Biarlah bulan tetap kosong ditiap tanggal itu setelah ia kehilangan cintanya.

Biarlah..

Sasuke menangis. Air bening itu jatuh menetes dan membuyarkan tinta pada buku yang ia tulis.

Biarlah hati ini tetap penuh akan nama dan semua kenanganmu.

Naruto.. Cintaku.. Sayangku..

Sasuke mu ini menjadi manusia yang paling lama duduk didekat pusara mu.

Sasuke menunduk setelah menutup buku itu dan mendekapnya erat seolah Naruto lah yang sedang ia peluk saat ini, dan terpaan angin laut yang bagai usapan lembut pada surainya seperti yang biasa Naruto lakukan.

"Na, aku izin tidak Ikhlas, ya."

"Aku izin menunggu kamu menjemput aku, aku izin untuk jatuh cinta sama kamu berjuta-juta kali."

"Naruto Alizandra, Aku izin untuk tetap hidup didalam bayangan kamu."

***

Pukul delapan malam di hari yang sama, seorang gadis tampak berantakan masuk kedalam kantor polisi didekat sekolahnya. Gadis itu kacau, bajunya robek dan nafasnya tampak memburu seperti habis dikejar sesuatu membuat semua atensi yang ada disana terfokus hanya pada gadis itu.

Shion menghempas kasar dirinya pada dudukan yang ada disana, tepat di meja polisi saat menerima laporan. Pupilnya bergetar menatap polisi yang mencoba menenangkannya.

"Ada apa dek? Kamu di rampok?" Tanya polisi muda itu pelan.

Dengan nafas terengah sang gadis menjawab yang membuat semua yang ada disana terkejut bukan main. "Saya ingin menyerahkan diri karena telah membunuh seseorang." Shion menggenggam tangan bergetarnya.

"Saya membunuh Naruto Alizandra." Gadis itu menjelaskan perbuatannya yang sengaja memutus rem motor Naruto sehingga tidak bisa lagi berfungsi.

"Kenapa kamu melakukan itu?" Tanya polisi muda itu sambil mencatat sesuatu.

"Karena ayahnya membuat ibu saya menjadi orang gila."

Sempit sekali dunia sebab Ibu Shion lah yang akan Roseline jodohkan pada Minato anaknya 28 tahun yang lalu, Namun Minato meninggalkan Ibu Shion satu jam sebelum pernikahan membuat wanita itu malu dan stress sebab dirinya terlanjur jatuh cinta pada pria menawan yang dikenalkan bos tempat ia bekerja.

EPILOG SELESAI.

Terima kasih!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terima kasih!

Kasih tanggapan buat cerita Apocryphal yang aku tulis ini ya 😄

buat kamu yang menjadi silent reader selama ini, akan sangat menyenangkan kalau kamu mau kasih tanggapa atau kritik dan saran buat cerita ini.

komen ya ♡

Apocryphal (end) Where stories live. Discover now