7. Neomarica longifolia

127 14 4
                                    

Iris •Faith, hope, courage, wisdom and admiration•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Iris
•Faith, hope, courage, wisdom and admiration•

"You're the sinesthesia of my favorite song."

🌸🌸🌸

Aku tidak tahu mengapa hari ini begitu sulit bagiku. Kesialan datang bertubi-tubi. Awalnya aku cukup bersyukur ketika klienku memajukan jam meeting, walau sedikit mengesalkan karena mendadak. Namun, pertemuan itu tidak menemukan titik terang, sebaliknya aku harus menahan kesabaran untuk tidak menjambak klien yang serba sok tahu dan banyak maunya. Ya, dia memang punya banyak duit, tetapi tidak bisa semena-mena dengan lembaran-lembaran yang tidak dibawa mati itu.

Namun, selain itu, ada yang lebih menyebalkan. Oke, bukan tidak biasa menghadapi klien yang banyak maunya, sudah banyak yang begini. Dan apa yang membuatku lebih pusing karena aku harus menghadapi orang menyebalkan sepertinya di saat aku sendiri sedang riweuh mengurus dua bocah berumur 5 tahun. Ulangi kata-kataku. Dua!

"Rika, Riko, bisa mainnya di luar sama Mbak Ina? Jangan di sini, nanti ada yang jat—"

Prang!

Shibal!

Aku langsung beranjak dari kursiku dan berlari kecil menuju sumber suara. Tak lain tak bukan berasal dari tragedi tragis, pot kesayanganku terpecah belah di lantai dengan tanah berhamburan. Aku terduduk lemas di lantai, memandang sendu pada pot tersebut. Sementara itu, kedua anak kembar nakal itu keluar dari ruanganku dan segera mencari Mbak Ina. Kenapa tidak dari tadi?

"Setelah saya pikir-pikir, rancangan pertama bagus, Mbak," ucap klien gilaku tanpa rasa bersalah.

Sialan! Aku sangat marah saat ini.  Herannya, klienku itu tidak terganggu dengan keributan anak-anak tadi. Ia menganggap tak ada apa pun, kecuali niatnya untuk membunuh karakterku.

Akan tetapi, segala-gilanya mereka, masih ada aku, spesies gila teratas dan terlangka. Bisa-bisanya aku menoleh padanya dan tersenyum manis.

"Oke, Mbak."

"Wah, saya terharu banget kerjasama dengan konsultan lanskap yang kayak kamu, Mbak. Biasanya saya mendapat perlakuan buruk, mereka pada marah-marah ke saya. Emang susah nyari orang waras di jaman sekarang," kata klienku yang menganggap dirinya 'waras'.

Aku langsung berdiri dan tersenyum. "Terima kasih pujiannya."

"Oh ya, yang kembar tadi anak kamu?"

Aku menggeleng kuat dengan cepat. Tentu saja bukan dan semoga tidak akan nakal seperti mereka. Aku akan sangat stres jika menghadapi anak-anak seperti itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 19 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sunset Butterfly 🦋Where stories live. Discover now