1.AWAL

5 1 1
                                    

Dikelas, dunia Nala seakan terpaku pada sosok Rama, hanya Rama dan seakan harus Rama. Dia tidak ingat kapan pertama kalinya mulai tertarik terhadap Rama, mungkin sekitar dua atau tiga mingguan yang lalu?.

Malam itu Nala benar-benar kebingungan mencari ojek, sungguh dia mengutuk hpnya yang tiba-tiba saja mati karna lupa tidak ia isi daya dari pagi. Setelah pulang kuliah dijam 5 sore Nala tiba-tiba ingin pergi kemall sebentar untuk sekedar makan dan jalan-jalan, minus Jihan dan Dimas. Anggap saja dia ingin me time.

Siapa sangka sebentar menurut Nala melebihi 3 jam, dari saking senangnya dia bahkan memesan tiket nonton dijam 8 malam dengan durasi flm 2,5 jam. Akibatnya dia keluar mall saat semua lampu-lampu sudah mati, dan apesnya lagi hpnya juga ikut-ikutan mati.

Jalanan ramai sekali, masalahnya adalah untuk mencari taksi atau tukang ojek dia masih harus pergi ke sebrang jalan yang artinya untuk sampai disana dia harus menyebrang. Tidak, tentu saja dia tidak berani.

Setelah lama berdiri dia memutuskan duduk dikursi trotoar pinggir jalan, berandai-andai. Seandainya saja hpnya tidak mati dia akan memesan ojek atau menelfon Dimas dan meminta bantuan laki-laki itu untuk menjemputnya, sayang sekali. Sibuk menghela nafas lelah Nala mendengar suara nyaring motor dari belakang yang kemudian persis berhenti disampingnya.

"Nala Andini?, ngapain disini?"

Nala menunjuk dirinya sendiri. "bapak kenal saya?" tanya Nala

Laki-laki dihadapannya mengernyit heran sambil melepas helm yang dia pakai.

"Bapak?" jawabnya

Nala bingung, perasaan dia tidak mengenal pria yang sekarang turun dari sepeda dan melihatnya dari atas sampai bawah seakan menelisik bahwa dia memang perempuan yang dia kenal.

"lo ngapain malam-malam sendirian disini?"

"Hah. Lo kenal gue?"

"lah lu gak kenal gue siapa?, lu bener Nala Andini kan? Anak fakustas ekonomi kelas B?"

Oke. Nala tidak tahu harus merespon apa, sepertinya laki-laki ini memang mengenalnya, buktinya dia sampai tahu kelasnya. Seakan mengerti kebingungan Nala, pria itu menjawab.

"gua Rama, kita teman sekelas."

Nala mulai berpikir, perasaan dia tidak sekuper itu, dia mengenal semua teman sekelasnya, bahkan teman sebelah dan beda fakultas saja dia juga banyak kenalan. Untuk Rama kenapa dia merasa tidak pernah pernah melihat laki-laki itu?.

Mengesampingkan kebingungannya, sekarang dia harus bagaimana, apa dia harus meminta bantuan Rama untuk mengantarnya pulang?, atau alih-alih meminta diantarkan pulang apa dia pinjam handphone saja dan menelfon dimas untuk menjemputnya?.

"lo masih betah disini?"tanya Rama

Nala menoleh sekilas tanpa menjawab.

Rama terlihat mendesah dan kembali bertanya

"lo gak mau pulang? Gua mau pulang. kalau lo masih mau disini yasudah gua tinggal."

"eh jangan, gua nebeng, anterin gua pulang" Nala jadi panik sendiri, dia takut kalau saja Rama benar-benar meninggalkannya.

Alih-alih merespon Nala, Rama memilih bangkit berdiri menuju sepeda motornya. Kalau dilihat-lihat dia sama sekali tidak mirip bapak-bapak, entah kenapa tadi Nala beranggapan kalau dia bapak-bapak ojol. jika dilihat sekali lagi rama bahkan terlihat gagah saat menaiki sepeda motornya.

"bisa naik gak?"tanya Rama sambil mengulurkan tangan.

"okee, itu sepertinya bukan pertanyaan La" bisik lala pada diri sendiri.

"bisa kok" jawab Nala asal, tentunya menerima uluran tangan Rama.

Nala memakai rok selutut, meskipun begitu dia juga memakai leging, bahkan sejajar dengan panjang rok yang dia pakai. Maklum motor yang dipakai Rama sejenis CBR atau mungkin memang CBR. Nala tidak terlalu paham.

"lo kedinginan?" tanya Rama sebelum berangkat.

"lumayan" jawab Nala

"gua gak akan ngasih jaket gua ke lo, karna gua juga kedinginan."

Dijok belakang Nala menganga tidak percaya, perasaan dia tidak ada meminta cowok itu untuk meminjamkannya jaket. Diantar pulang saja Nala sudah bersyukur, lebih bersyukur lagi kalau nanti dia benar-benar sampai kos dengan selamat.

Sibuk dengan fikirannya, nala terkesiap saat tangannya tiba-tiba tangannya ditarik melingkari perut Rama.

"lo bisa peluk gua biar gak kedinginan, sori gak bisa pinjemin jaket"

"kalau masih dingin, peluknya dikencengin aja." Lanjutnya lagi

Nala cengo, ingin membantah tapi Rama sudah terlanjur melajukan sepeda motornya. Benar kata Rama, anginnya kencang, dingin. Jadi mau tidak mau Nala mengeratkan pelukan. Bukan berniat modus atau apa, ingat. dia hanya menuruti ucapan Rama.

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Sep 26, 2023 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

RamaNalaOnde histórias criam vida. Descubra agora