"Nggak, di kampus lagi banyak tugas, bentar lagi Abang juga bakal pergi."

"Sesore ini?"

Dhika mengangguk.

"Nggak bisa banget ditinggalin?" Bella menggerakkan sebelah alisnya memberi kode. Bella sudah pasrah jika dirinya akan bermalam di sini. Bella tak berharap Dhika mau menunggui, tapi setidaknya dia butuh kebohongan kakaknya itu untuk membuat Gavin pergi.

Sayangnya Bella berharap pada orang yang salah, karena kini Dhika terlihat menyunggingkan senyum mencurigakan. "'Gimana ya, bukan Abang nggak mau, tapi emang nggak bisa ditinggalin." Dhika memasang raut sedih.

"Nggak papa gue bisa jagain kok, Bang."

"Nggak--"

Dhika membelalakkan matanya penuh binar. "Serius, Vin? Wah gue bener-bener terima kasih sama lo. Gue barusan udah bingung mau gimana, Bella paling nggak bisa dibiarin sendiri apalagi di RS gini."

Bella menutup matanya dengan telapak tangan. Keluarga terverifikasi gila. Bagaimana bisa mereka memanfaatkan Gavin yang bahkan masih memakai seragamnya. Ya meskipun kemejanya sudah dilepas dan menyisakan kaos, tapi cowok itu sama sekali belum beranjak darinya sejak pagi.

"Nggak papa, Bang. Santai aja."

"Sekali lagi makasih ya." Dhika menunduk pada Bella.

"Dek, gue pamit dulu." Dhika lebih mendekatkan wajahnya pada Bella. "Nanti gue bilangin ke Mama biar ke sininya telat, selamat love dovey," bisinya yang dilanjutkan dengan kekeh.

"Gila," gumam Bella. Ia hanya bisa menahan kesal. Menutup mulut hingga Dhika pergi dan menyisakan mereka berdua.

Bella selalu punya seribu cara untuk menghadapi orang lain, tapi entah mengapa jika menghadapi keluarganya Bella selalu kalah dan masuk ke dalam jebakan mereka.

"Vin."

"Ya?" Gavin menarik kursi lalu duduk di samping Bella.

"Ortu lo nggak bakal marah."

"Gue udah biasa nggak pulang seharian, selama gue kasih kabar, mereka oke aja."

"Tetep aja gue nggak enak." Bella menghela napas kecil. Keheningan pun terjadi di antara mereka untuk beberapa saat hingga Gavin membawa topik baru

"Ada satu hal yang nggak sempat gue sampein."

"Apa?" Bella menatap cowok itu. Tatapannya sedikit mempengaruhi Gavin hingga cowok itu mengalihkan pandangan ke bawah.

"Yandra udah dari lama nemuin Bagas yang dia cari dan udah selesaiin urusannya, sorry gue baru bilang."

Bella terdiam dengan kening berkerut samar, berpikir. "Lo mau kita udahan?"

Gavin menggeleng. "Bukan gitu maksudnya. Lagian kita bisa pisah setelah lo ngelakuin hal itu di depan Clara?"

"Terus?"

"Gue nggak mau aja dibilang masih manfaatin lo pake Bagas. Dan karena gue baru bilang jadi lo nggak perlu ngerasa nggak enak gue di sini, anggap aja ini feedback buat itu."

Ujung-ujung bibir Bella tertarik membentuk senyuman. "Maksudnya lo lagi berusaha jadi pacar yang baik gitu?" godanya.

Gavin tergagap. "Ng-nggak, bukan gitu. Intinya gue bakal tungguin lo di sini, lo nggak perlu ngerasa nggak enak."

Bella justru semakin merasa tidak enak dengan sudut pandang yang lain, tapi karena melihat telinga Gavin yang sampai memerah, artinya ini juga bukan hal yang mudah buat cowok itu. Bella menghargai usahanya.

Pacaran [TAMAT]Where stories live. Discover now