CHAPTER 45 ; Nice things

Magsimula sa umpisa
                                    

Disisi lain, Ryoto pun tersenyum, lelaki itu senang dengan keprbadian Catherine yang Anggun dan cerdas.

Percakapan mereka terhenti saat suara tawa seorang gadis diiringi beberapa langkah kaki mendekat kearah mereka.

"Keira?"

Keira menoleh menatap ayahnya yang memanggilnya.

Gadis yang berjalan beriringan dengan Edward itu menghentikan tawanya dan berjalan menghampiri sang Ayah.

"Selamat Siang, Duchess. Apa saya mengganggu acara siang kalian?" Tanya Keira, ramah.

Catherine tersenyum tipis dan menggeleng.

"Tentu saja tidak, saya memang ingin mengundang anda" jawab Catherine.

Wanita berbadan dua itu menatap Edward dan menjulurkan tangannya, menyambut sang suami.

Edward pun mengecup lembut punggung dan telapak tangan sang istri sebelum mendudukan dirinya di sebelah wanita tersebut.

"Silahkan duduk, Lady Keira" sambut Catherine.

Dan dengan sengan senang hati, Keira duduk di sebelah sang Ayah.

Catherine segera menuangkan teh khas Eudonia ke gelas Edward dan Keira.

"Rumah kaca anda begitu indah, Duchess"

Catherine tersenyum sembari meletakkan teko berukir bunga tersebut.

"Terimakasih, ini merupakan hadiah pernikahan dari Duke" jelas Catherine.

Wanita itu beralih menatap Edward dengan senyum manis yang tentu saja dibalas oleh lelaki tersebut.

"Wah manisnyaa, Saya harap jika saya menikah nanti, pernikahan saya bisa semanis Duke dan Duchess Emeric" ujarnya.

Catherine tersenyum dan meng-aminkan ucapan Keira.

.

Menit demi menit berlalu dengan pembahasan yang tak jauh dari kultur antar Kerajaan. Seperti busana macam apa yang kini digemari Kerajaan timur dan Eudonia, ataupun sesekali menjerumus kearah permasalahn wilayah dimana Ryoto dan Edward ikut angkat bicara.

"Syukurlah jika wilayah Timur sudah membaik" ujar Catherine.

Cuaca di Wilayah Timur akhir-akhir ini memang buruk. Namun melihat perkembangannya, Catherinne takjub dengan bagaimana tanggapnya Ryoto menanggulangi semua itu.

"Ya, selalu ada saja ujian yang tak terduga"

Catherine menaikan tangannya, berniat meraih cangkir tehnya yang ternyata telah kosong.

Tanpa kata, Edward segera mengisi cangkir sang istri dan meletakan kue kering di piring wanita tersebut- tahu bahwa Catherine selalu meminum teh dengan kukis kesukaannya, sesekali Edward bahkan menyuapkan kukis tersebut karena pria itu tahu sang istri akan jauh lebih menikmati makannya saat Edward yang menyuapkan.

Sedangkan disisi lain, benak Ryoto membenarkan rumor-rumor yang beredar.

Tampaknya Duke Emeric memang begitu mencintai pujaan hatinya.

"Melihat anda, saya jadi mengingat saat istri saya hamil Keira dulu. Di 3 bulan pertama kalian memiliki gejala yang sama" ujar Ryoto sembari terkekeh.

Catherine tersenyum,

"Istri anda pasti sangat cantik, saya tidak sabar untuk bertemu dengannya"

Ryoto membalas senyuman tersebut dengan binar dimatanya.

"Ya, dia memang sangat cantik"

"Kalian bisa saja membuatku iri" ujar Keira.

"Maaf, saya tidak bermaksud membuat anda tidak nyaman"

Keira hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Jangan khawatir, doakan agar aku segera menyusul"

Catherine tahu kemana arah tatapan itu memandang. 

Ia tersenyum dengan mata yang menyorot penuh arti.

"Aku doakan yang terbaik untukmu"

***

Setelah berbincang santai didalam rumah kaca, kini Catherine dan Keira tengah berjalan bersama menyusuri kebun bunga Catherine.

Pada awalnya, Edward ingin ikut dengan sang istri, namun sayang Keira dan Catherine berniat untuk menghabiskan waktu berdua.

"Saya dengar pada awalnya Duke Emeric di jodohkan dengan Kakak anda?"

Catherine tersenyum dan mengangguk.

"Kakak saya menolak, karena itu saya yang menggantikannya"

Keira mengangguk-anggukan kepalanya.

"Saya kira, seseorang seperti Duke Emeric lebih pantas memilih pasangannya sendiri, bukan begitu?"

Catherine tak terkejut. Sudah sangat menduganya.

Gadis yang memasuki rumah kaca bersama Edward ini bahkan terus bertingkah begitu akrab dengan suaminya.

"Ah benar... seharusnya memang lebih baik kami tidak dijodohkan ya"

Langkah mereka terhenti ditengah kebun bunga dengan warna beragam.

"Ah, maaf. Saya tidak bermaksud menyinggung anda, Duchess" ujar Keira dengan wajah canggung.

"Saya hanya berfikir, bukankah Duke penguasa wilayah Utara itu seharusnya memiliki pasangan yang sama kuatnya dengannya?"

Keira menatap Catherine dengan berani.

"Seperti, aku misalnya?"

***
TBC

Published, 05-09-2023

Komen dong yg banyak!

Keira baru dateng 2 chapter kalian udh males baca kah? (Ada yg komen udh males baca kemarin)

Ya gapapa sih, aku gamau maksa kalian baca juga, males juga bacain komen ngatur mulu anjrit😭
Padahal dah dikodein mau end, mana bisa konflik menye2, percaya aja udah, dr awal kita kan udh klop, kalian tuh sama ko ama aku, gasuka cerita dengan soundtrack rossa-hati yang kau sakiti🙏🏻

Anw aku lagi nulis ending lohhhh

DREAM [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon