CHAPTER 32 ; His

80.9K 7.7K 203
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

CHAPTER 32 : His

Saat ini merupakan tepat 1 jam sebelum hari ulang tahunnya usai.

Catherine yang mengenakan piyama satin berwarna putih gading itu menatap Edward yang baru saja kembali dari ruang kerjanya.

Beberapa saat lalu setelah pria itu menyatakan perasaannya secara gamblang, tanpa menunggu balasan Edward izin untuk mengambil sesuatu di ruang kerjanya.

Catherine yang saat ini terduduk di ranjang, hanya bisa terdiam saat Edward berlutut dihadapannya.

"Catherine Rosalina..."

Dengan penuh pemujaan, lelaki itu memanggil nama lengkap Catherine sembari meraih tangan gadis tersebut dan mengecup seluruh permukaannya.

"Rasanya sangat menyesakan... aku mencintaimu hingga rasanya sangat sesak."

"Edward..."

"Sebentar lagi pernikahan kita, sudah sepantasnya dunia tahu bahwa kau milikku"

Lelaki itu mengeluarkan cincin dari saku jasnya dan memakaikannya di jari manis Catherine.

Sesaat, pria itu terpaku pada jari Catherine yang kini telah di hiasi cincin berlian pemberiannya.

Lelaki itu menatapnya penuh pemujaan.

"Seharusnya seperti ini. Mengapa mereka ingin memisahkan kita? Orang-orang brengsek itu ingin mengambilmu dariku..."

Pada awalnya semuanya baik-baik saja, hingga Harvey datang.

Pria itu tidak dapat menahan rasa takutnya. Bagaimana jika wanita itu membahas mengenai mimpi Catherine dan meminta gadis itu untuk pergi darinya? Bagaimana Edward bisa hidup tanpa Catherine?

"Edward... hei"

Catherine menghentikan seluruh gumaman Edward.

Merasa bersalah karena seluruh kejadian yang berawal dari mimpinya ini membuat Edward berubah.

"Tidak ada yang ingin mengambilku"

Edward mendongak dan menatap Catherine dengan mata memerahnya.

"Benar? Kau milikku kan?"

Catherine mengangguk.

Detik selanjutnya, Catherine dapat melihat kelegaan luar biasa dari mata Edward.

"Lupakan mimpi yang pernah kualami, berhenti merasa bersalah" ujar Catherine sembari mengelus rambut sang lelaki.

'Bagaimana bisa?' Batin Edward.

Bagi Catherine yang bagai dewi mungkin akan mudah memaafkan orang lain, namun Edward tidak bisa berhenti membenci dirinya sendiri.

Meskipun secara harfiah bukan dirinya yang mengkhianati Catherine, namun sosok yang sama sepertinya sedikit banyak telah menyakiti Catherine. Entah berapa malam yang sudah dilewati gadisnya untuk menangis. Sungguh Edward tak bisa melupakannya begitu saja.

DREAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang