Part 39 - Something About Awakening

Start from the beginning
                                    

"Untuk apa?"

"Entahlah." Derek mengangkat bahu seraya berdiri menghampiri Raphael, ikut menatap ke luar jendela. "Semua orang haus hiburan baru. Kau menyukai bisnis, bukan? Pertunjukan itu membuat toko-toko di Bond Street begitu ramai."

"Aku tidak tertarik pada bisnis pertunjukan."

"Ia tidak akan menerima saran darimu. Dia hanya mengikuti Maximillian si dewa uang, Vaughan."

"Tidak." Raphael mengingat hubungannya dengan Maximillian yang masih dingin. Itu karena Raphael sendiri yang tidak menanggapinya. "Aku hanya tidak berniat membuat diriku bangkrut karena terlalu berambisi menghabiskan modal. Lagipula banyak hal yang harus diurus lebih dulu."

"Termasuk kuda-kudamu itu?" Derek mengedikkan dagu pada kandang kuda terbuka mereka dengan arena rintangan yang terlihat di kejauhan.

"Ya, termasuk mereka."

"Ascot tiga bulan lagi. Aku akan fokus melatih Merlin dan mencarikan joki terbaik untuknya. Sungguh, aku tidak sabar untuk kejuaraan itu."

"Memang sepertinya bakatmu ada pada kuda dibanding berjudi, Derek," timpal George.

"Ascot juga adalah judi, George," toleh Derek.

"Tapi setidaknya kau jarang kalah di sana."

"Benar." Derek menghela napas lelah. "Sayang sekali Ascot hanya diadakan setahun sekali."

"Atau mungkin kuda adalah bidangmu, bukan judi itu sendiri."

"Teh Anda sekalian, My Lord, Master George." Winston menaruh baki berisi teh dan scone hanya untuk formalitas kepada tamu. Ketiga orang di ruangan itu menoleh sejenak lalu mengabaikan Winston lagi tanpa ucapan apa pun termasuk terima kasih karena memang hal itu pantang diucapkan bangsawan kepada pelayan. 

"Sungguh hening di sini. Dan dingin." George menaruh koran dan menuang salah satu teh ke cangkir tanpa susu dan satu balok gula. "Estatmu benar-benar suram, Rafe."

"Tapi kalian tetap kemari."

"Kami khawatir kau kesepian di sini. Bukankah nenekmu masih di Harrogate?"

"Ya, ia masih di Harrogate hingga pertengahan musim semi."

"Lalu tahun ini tidak ada Miss Kaytlin yang menyemarakkan suasana lagi, bukan? Bukankah ia sudah di Carlisle?" timpal Derek.

"Ya, ia sudah di Carlisle."

"Bagaimana kabarnya?" Derek terkekeh. "Aku tidak bisa melupakan wajah paniknya setelah kau takut-takuti terakhir kali di Torrington House."

"Ia baik-baik saja," jawab Raphael. "Dan sepertinya begitu bahagia di sana," tambahnya mengingat surat Kaytlin yang ia baca. 

"Wajahmu menunjukkan kau tidak senang ia bahagia."

"Apa kau pernah melihat Rafe senang, Derek?" canda George.

"Rafe sebenarnya menyukai gangguan Miss Kaytlin, sama seperti ia menyukai gangguan kita. Ia sedang merasakan kehilangan gangguan itu."  Derek menyengir. "Benar bukan, Rafe?"

Something About YouWhere stories live. Discover now