Chapter 3 : Ulang tahun

597 79 9
                                    

Ulang tahun. Sebuah peristiwa spesial yang datangnya hanya sekali setiap tahun. Kebanyakan orang akan merayakan hari ulang tahun mereka dengan hal hal yang mereka sukai. Menggelar pesta, jalan jalan, makan makan di restoran, atau hanya sekedar berdiam diri dikamar tidur dengan tenang tanpa memikirkan banyaknya hal yang tengah di hadapi. Hal seperti itu sudah lumrah dan sering terjadi.

Tapi apa jadinya jika yang ulang tahun itu anak kembar 7 yang usianya baru genap 3 tahun?

Ya benar, kekacauan.

Yang rencana awalnya adalah merayakan ulang tahun dengan sebuah kue, kini kue itu justru menempel di mana mana. Krim putih dan oren menodai segalanya. Ruangan yang tadinya bersih dan rapi kini telah berhiaskan krim yang tak terhitung jumlahnya.

Tersangkanya? Tentu saja si kembar yang tengah berulang tahun.

Ke tujuh anak itu awalnya makan dengan tenang dan rapi, karena di suapi Bunda. Tapi karena Bunda tiba tiba mendapat panggilan pekerjaan yang mendesak mau tidak mau harus meninggalkan mereka dengan anak sulungnya. Yah, tidak ada yang salah sih, toh anak 8 tahun itu sudah bisa mengurus adiknya.

Tapi kemudian, [M/n] harus pergi ke kamar mandi dan meninggalkan adiknya selama beberapa menit. Dan Itu adalah keputusan yang sangat salah. Hanya dalam waktu beberapa menit, ruangan yang tadinya bersih dan rapi berubah menjadi simulasi kapal pecah.

Bisa di tebak ekspresi wajah [M/n] ketika melihatnya. Wajahnya memucat, syok, mematung melihat pemandangan di depannya. Bukan, bukan karena ruangan yang tidak karu-karuan, tapi karna Taufan yang mengambang terbalik di udara. Untuk sesaat jantung [M/n] rasanya berhenti berdenyut.

"T-Taufan!" Katanya memanggil bocah itu.

Taufan, bocah yang dipanggil hanya terkikik dan menepuk kedua tangan kecilnya. Bocah itu pada akhirnya mau turun ketika sang kakak sudah membujuknya puluhan kali. Dia turun dengan lembut, seolah ada tali yang menurunkan nya secara perlahan.

[M/n] disisi lain masih panik, di dekapnya bocah bermata safir itu erat. Tubuhnya gemetaran dan wajahnya pucat pasi, nampak masih syok dengan apa yang ia lihat sebelumnya. Dia menatap adiknya, yang menatap balik padanya dengan tatapan bingung.

"Jangan.. jangan lakukan itu lagi yaa.." Bujuknya pada sang adik.

"Napa? Hayi juga!"

[M/n] menoleh, menatap Halilintar yang sudah berada di atas lemari seperti yang ditunjuk oleh Taufan.

"Bagaimana.."

Sementara sang kakak tengah syok, Taufan justru terkikik dengan tangan yang meraih udara. Seolah mencoba memberi isyarat pada adik kembarnya. Si pemilik mata zamrud tampaknya juga mengerti akan isyarat sang kakak, seketika sebuah sulur muncul entah dari mana dan merebut Taufan dari genggaman hangat kakaknya.

Taufan pada akhirnya di turunkan diatas lemari, tepat di samping Halilintar. [M/n] hampir terjatuh karena keterkejutannya, dirinya menatap Taufan sejenak lalu beralih menatap si kembar nomor 6. Dirinya menatap bocah itu intens namun juga dengan secercah cahaya ketidak percayaan.

"Tima acih!"

Hahaha, [M/n] hampir pingsan rasanya. Padahal adiknya yang berulang tahun tapi kenapa dia yang kena kejutan seperti ini?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC..

Published : 14-09-23
Revisi : -

Note: Ehem.. eheheh maaf yaa, saya mulai sibuk sama tugas sekolah yang banyaknya gak ketulungan, yaa walaupun karena ke distrak genshin juga sih

Well, saya sebenarnya mau tanya, kalian lebih suka pakai Thorn atau Duri? Yaa buat penulisan selanjutnya gituu

Dear Brother Where stories live. Discover now