CHAPTER 42 ; Babe, don't threaten me with a good time

Start from the beginning
                                    

"Aku ingin istirahat" pungkas Catherine dengan suara lelah.

Jangan tanya mengapa gadis- wanita itu sudah lelah saat jam masih menunjukan pukul 1 siang.

"Istirahatlah sayang" ujar Edward lagi, sembari mengecup lembut pipi sang istri dan menepuk-nepuk bokong Catherine dengan lembut.

"Edward aku bukan bayi"

Edward hanya terkekeh tanpa menghentikan kegiatannya.

Beberapa menit berlalu, Edward merasakan nafas teratur dari wanita kesayangannya tersebut.

Edward tersenyum gemas.

"Bukan bayi katanya"

**

Edward tidak sepenuhnya meninggalkan pekerjaannya.

Seperti sekarang, lelaki itu tengah memindai beberapa dokumen penting di ranjangnya, dengan Catherine yang tertidur nyaman di pangkuannya.

Sebelah tangan memegang dokumen, sebelahnya lagi terus mengelus pinggang Catherine.

Meskipun wanita itu terkadangn malu mengakuinya karena tidak ingin dianggap seperti bayi, namun Edward tahu Catherine akan tidur pulas jika dielus atau di tepuk.

"Mmh"

Edward menoleh.

Istri kecilnya terbangun.

"Tidur lagi sayang"

Catherine menggeleng kecil.

"Lapar..."

Edward tertawa lembut dan menggigit pipi manis wanitanya itu.

"Sebentar lagi makanan datang, tunggu sebentar ya?"

Catherine kembali mengangguk dengan mata sayu.

Wanita itu masih mengantuk namun mau bagaimana lagi? Dirinya lapar meskipun beberapa saat lalu ia sudah memakan sarapannya.

Mohon dimaklumi, selama 12 jam terakhir wanita itu banyak mengeluarkan energi.

***

Sudah 2 hari semenjak Catherine secara resmi menjadi seorang wanita.

Dan selama itu mereka belum berhubungan kembali, mengingat kewanitaan Catherine yang dipaksa melebar dengan waktu singkat, wanita itu masih nyeri bila harus banyak bergerak.

Saat ini dengan gaun putih dan bawahan berwarna merah, Catherine tengah memeriksa data pengeluaran dan pembayaran pajak manor.

Seperti instruksinya minggu lalu, kini pengeluaran untuk makanan mereka sehari-hari jauh lebih efisien setelah wanita itu menunjuk satu orang untuk bertanggung jawab atas dapur. Baik itu pengeluaran dan pemasukan, maupun makanan apa saja yang dimasak setiap harinya.

Memeriksa laporan lainnya, Catherine terkejut saat seseorang tiba-tiba mengecupnya bertubi-tubi.

"Mmh"

Tidak hanya di bibir, oknum yang tak lain adalah Edward mengecupnya diseluruh bagian wajah cantik tersebut.

Jangan heran mengapa Edward ada disana, pasalnya sedari awal Catherine menjabat sebagai Duchess Emeric, lelaki itu menempatkan ruang kerja Catherine di tempat yang sama dengannya.

Setelah di renovasi menjadi lebih besar, kini ruang kerja itu secara resmi memiliki 2 pemilik.

Ruangan itu di perbesar, dengan 2 meja yang kini saling menempel dan tentu 1 pasang kursi berbeda ukuran.

Meskipun Catherine memiliki kursi yang lebih kecil, kursi sang wanita tersebut terlihat lebih mencolok.

Alasannya merupakan karena kursi itu secara khusus di desain senyaman mungkin, jadi berbeda dengan kursi pada umumnya, Edward rela mengeluarkan anggaran lebih agar istri kecilnya tak merasa lelah.

Melihat bagaimana Catherine nyaman duduk di kursi yang bak dipenuhi bantal tersebut, Edward tersenyum.

Untuk beberapa saat ruangan hening dengan Edward yang memeluk Catherine, dan Catherine yang menyelesaikan pekerjaannya.

Dengan cepat wanita berusia 17 tahun itu menahan kepala Edward saat kecupan pria itu semakin turun kearah salah satu area sensitifnya.

"Tidak"

Menggeser seluruh barang yang ada di meja, dengan cepat mengangkat Catherine keatas mejanya.

Sontak saja Catherine memekik dengan tangan yang refleks memeluk sang suami.

"Edward!"

Edward terkekeh gemas.

Lelaki itu mencium lembut bibir manis Catherine.

Tak butuh waktu lama hingga akhirnya Catherine luluh dan tanpa sadar melebarkan kakinya untuk mengikis jarak dirinya dan Edward.

"Mmmh"

Tangan Edward tentu tak tinggal diam.

Memasuki gaun Catherine, pria itu membelai lembut paha halus Catherine. Membuat bulu kuduk wanita itu berdiri seketika.

"Edhhh"

Edward melepas ciuman mereka dan beralih ke leher Catherine.

"Kita... berada di ruang kerja..." Ucah Catherine menahan desahannya.

Wanita itu berharap tidak ada yang memasuki ruangan ini, meskipun tak akan ada yang berani masuk tanpa izin, namun tetap saja rasanya begitu salah melakukan ini di area kerja.

"Aaah!!"

Catherine membekap mulutnya sendiri saat Edward melumat payudara penuhnya dengan payudara lainnya yang di remas.

Gila, apakah mereka benar-benar akan melakukan ini disini?

Edward bahkan sudah tak menjawab perkataannya- pertanda bahwa lelaki itu sudah berubah menjadi pemangsa buas.

Dan Catherine sudah tak bisa menghentikannya.

***

TBC

DREAM [END]Where stories live. Discover now