twenty-third

4.2K 208 60
                                    

"Rania Ningrum....?? kenapa kau memberi nama itu..??!!!"

"Kenapa...? Kamu tidak suka...?"

Dewi bertanya dengan harapan Aaron bercerita tentang alasan perihal asal usul nama yang dia berikan pada anaknya. Namun ternyata Aaron malah balik bertanya. Keadaan ini membuat Dewi  canggung dan bingung bersamaan.

Bertanya jelas ingin mendapatkan jawaban, bukan malah mendapatkan pertanyaan yang menjadikan Dewi  merasa tertekan lalu malah merasa bersalah dan harus memberikan jawaban dari pertanyaan balik Aaron. Luar biasa pria satu ini selalu menyulut api emosi Dewi.

Mendelik sinis, Dewi tatap Aaron yang sedari tadi berdiri kaku memangku anaknya.

"Aku tidak mau ada unsur nama wanita laknat di dalam nama anakku"

"Apa maksudnya wanita laknat...? Lebih spesifik Dewi"

Dewi menegakkan duduknya lalu menyilangkan tangan di dada, merasa tertantang dengan kepura-puraan Aaron yang bersikap seolah tidak mengerti siapa wanita laknat yang Dewi maksud.

"Tifiliu. Wanita laknat yang aku maksud adalah Tifiliu, wanitamu"

Wajah Aaron mengeras dengan mata melotot alis menaik dan mengerutkan dahi saat mendengar pernyataan Dewi yang berhasil menggetarkan hatinya.

Wanita dan rasa cemburu memang menakutkan, tapi Dewi yang terlalu dangkal dan tidak tahu diri lebih  mengerikan lagi. Dewi adalah gambaran wanita kosong dan bodoh sesungguhnya.

Bagaimana bisa nama Rania Ningrum yang begitu indah penuh pemikiran serta doa di dalamnya bisa menggiring opini yang jelas tidak bisa di buktikan kebenarannya. Aaron ingin membenturkan kepala cantik Dewi sekencang-kencangnya berharap dapat sedikit menyadarkan otak bodoh permanennya.

Satu bulan yang lalu, sehari  setelah acara pesta baby shower Ranu ibu kandung Dewi menemui Aaron di kantornya. Saat itu Ranu memintanya untuk menyelipkan nama Rania pada cucunya nanti. Aaron setuju dengan nama Rania yang berarti kecantikan dan kedermawanan, sungguh mengagumkan. 

Sementara itu nama Ningrum, Aaron dapatkan saat dirinya sedang dalam pesawat yang baru take off dari jepang ajaibnya terlintas begitu saja dalam pikiran Aaron tanpa alasan. Ningrum adalah yang memiliki makna di dalam jiwa, kata Ningrum menjelaskan seseorang yang seperti tak pernah lelah sekaligus gigih menuntut kesempurnaan dalam segala hal dan sangat kritis. Aaron mengharapkan hal indah pada anaknya bukan sekedar kecantikan, tapi juga selalu mengandung kebenaran yang memumpuninya.

Bergerak pelan sembari menahan nafas, Aaron menidurkan anaknya yang terlihat setengah mengantuk di box bayi dengan slow motion penuh kehati-hatian, kemudian menyelimuti juga menutup kelambu merah jambu untuk menghadang kilau cahaya lampu langsung. Aaron berbalik menghampiri Dewi yang masih dalam posisi sama saat menyusui Rania, duduk di sofa panjang sedikit jauh dari box bayi tempat anak mereka tidur.

Pembahasan ini akan panjang menguras emosi. Apalah daya, Dewi yang keras kepala tidak mungkin bisa menahan dan diam saja.

Aaron duduk di samping Dewi dengan menyandarkan tubuh sepenuhnya pada sandaran sofa, menatap sayu Dewi. Pandangan mata Aaron turun, terpesona pada tiga kancing terbuka kemeja putih yang Dewi kenakan memperlihatkan belahan indah.

"Dia orang lain Dewi, tidak ada hubungannya dengan nama anak kita"

"Mulut pembual sepertimu tidak bisa di percaya Aar"

Pada dasarnya Dewi hanya ingin pengakuan bukan penjelasan. Sangat terbaca tapi Aaron tidak bisa berbaik hati, itu bukan gayanya.

"Rania Ningrum Permata Sadhya. Tidak perduli setuju atau tidak, suka atau tidak, itu urusan mu Dewi. Besok Maulana akan membawakan dokumen identitas Tifiliu untuk kau baca dan pahami"

Hatimu Bukan UntukkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang