fourteenth

1.6K 113 1
                                    

Bergandengan tangan berjalan dengan langkah kaki seirama yang harmonis terlihat indah  begitu serasi. Aaron membawa Dewi membelah melewati kerumunan orang-orang yang berwajah berbeda dari setiap benua,  bercampur padu bercakap-cakap dengan beberapa bahasa yang  berbeda .

Aaron berhenti untuk  membalas tegur sapa beberapa pria asing lalu melepaskan gandengan tangan Dewi hanya sekedar untuk  berjabat tangan dengan beberapa pria itu. Menarik pinggang Dewi membawa  lebih merapat  menempel pada tubuh tingginya. Melingkarkan sebelah tangan kiri memeluk menutupi  pinggang terbuka Dewi dengan lengan kokohnya.  Gestur tubuh seperti menunjukan kontrol sosial sampai menunjukan sebuah keintiman.  Ungkapan  kasih sayang yang tulus di tunjukan dengan penguasaan Aaron terhadap Dewi.

Tersenyum kaku tidak ada satu kata yang terucap dari bibir merah darah Dewi, cukup dengan menunduk sungkan senyum tipis di kala mendengar Aaron menyebutkan namanya. Mengenalkan siapa dirinya.

Acuh tak acuh  tidak peduli terhadap hal-hal yang terjadi di sekitar, kurang minat pada berbagai hal dalam topik obrolan suaminya dan para pria itu. Sungguh pesta yang monoton membosankan dan kurang hasrat  untuk melakukan apa pun.

Salah satu hal yang di pikirkan adalah mencari Tifiliu, di antara para tamu yang sangat asing untuk Dewi. Gerakan kepala  menoleh ke kiri ke kanan tidak kentara menyapu pandangan ke setiap penjuru tempat yang dapat di jangkau sejauh mata memandang untuk mencari wanita yang katanya tidak akan mampu untuk Dewi saingi dan kalahkan.

Dewi pernah mendapati potret Aaron dan wanitanya saat dulu dia dengan tidak sengaja membuka laci di salah satu bupet kamar Aaron di rumah orang tuanya. Di selembar photo itu sepasang kekasih berpelukan erat mesra dengan mengarah tepat ke depan, itu photo yang sempurna di lihat dari setiap gestur keduanya.

Di sana, di antara para tamu yang  umur dan generasi berbeda. Pria dan  wanita berkumpul berdiri mengobrol berbincang dengan sebelah  tangan menggenggam gagang gelas tinggi  berisikan wine atau sampanye terlihat dari jenis bentuk gelas yang berbeda dan cairan yang mengisinya.

Dewi melihatnya, Tifiliu. Wanita berketurunan Tiongkok bertubuh ideal,  mata sipit berkulit putih rambutnya lurus hitam panjang tergerai jatuh pada batasnya indah menawan begitu mempesona. Wanita itu kiranya mungkin seperti  mengenakan gaun malam berbahan sutra dengan panjang sebatas mata kaki. Terlihat jauh lebih cantik dan juga anggun namun terlihat cukup resmi dan sexy dalam waktu bersamaan.

Dewi dan Tifiliu berjarak sekitar tiga  meter, cukup jelas dan dekat. Dewi mengunci tatapan matanya pada Tifiliu saat bersamaan saling menatap.

Tersenyum menyeringai melihat  dia abu-abu pucat. Dewi melihat semuanya. Tifiliu yang menunduk memutus tatapan mata lebih dulu, mengajak teman pria di sampingnya mengobrol. Pengalihan yang bodoh. Dewi tahu tatapan apa itu tadi sebagai sesama wanita, Dewi memahami. Mendesisi sinis sebagaimana ular yang melata melihat mangsanya.
.
.
.

"Kau melihatnya bukan..?!!"

Aaron berbisik kecil memeluk erat tubuh Dewi dari belakang dengan kedua telepak tangan yang menyangga, merayap mengelus lembut perut buncit Dewi.

"Dia di sana, indah dan menarik"

"Duh, isshhh..."

Bayinya aktif dalam kandungan Dewi, sampai  membuat sang ibu meringis tak nyaman. Ah, ingatkan Aaron untuk mencium perut Dewi nanti,  menyapa mengelus sayang. Menyibak rambut Dewi mengumpulkannya jadi satu lalu menyampirkan rambut curly harum dan lembut itu ke satu sisi pundak Dewi. Aaron bergerak pelan mencium pundak bebas Dewi dan leher terbukanya lalu menumpukan rahang kokoh sedikit berbulu karena beberapa hari ini dia tidak bercukur tepat ke pundak Dewi, yang tadi dia cium kecup mesra.

Hatimu Bukan UntukkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang