Anjel 39 : Cael (The End)

5.1K 455 110
                                    

Mama Cael hampir saja pingsan ketika melihat tubuh kaku anaknya yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit, wanita itu jatuh terduduk, bersimpuh dengan kedua kakinya dan memanggil nama putranya berkali-kali.

Papa Cael menatap tidak percaya pada sosok itu, emosinya memuncak. "Lihat apa yang terjadi? Lihat apa yang terjadi jika kalian berhubungan dengan gadis itu?!"

Mama Cael terkejut mendengar perkataan suaminya, dia menatap pria itu tidak percaya. "Apa kamu tidak lelah? Apa kamu tidak lelah menyalahkan orang lain?" Wanita itu bangkit, dia mencekram kemeja suaminya itu. "Aku mohon padamu, berhenti menyalahkan orang lain, aku mohon...." Wanita itu terisak. "Tolong..... tolong..... tolong... tolong..... Shawn, koreksi diri kamu sendiri...." Wanita itu membungkuk, dia memohon pada suaminya itu. "Anak kita sudah tiada, putra kita pergi...."

Papa Cael tertegun ketika mendengar perkataan itu, dia menatap tubuh Cael yang sudah tidak bernyawa, air matanya mengalir, hatinya yang keras luluh, kebencian yang ia tujukan pada putranya itu menghilang.

"Aku....aku.... maaf.... maafin Papa Canda... maafin Papa...." Pria itu mendekati jasad anaknya, dia mengangkat tubuh Cael yang kaku dan memeluknya erat.

"Maafin Papa! Maafin Papa!"

Mama Cael hanya bisa pasrah menerima takdir, dia tidak mengatakan apapun dan hanya menangis.

Tidak pernah dibayangkan dia akan melihat anaknya pergi terlebih dahulu.

Ini lebih sakit dari luka apapun yang ia terima selama ini.

"Hentikan, hentikan... darahnya mengalir lagi..." Mama Cael menutup mulutnya, dia tidak kuasa melihat ini.

"Papa menyesal, maafin Papa..." Papa Cael tidak melepaskan tubuh putranya. "Papa akan jadi orang tua yang baik, Papa engga akan menghakimi kamu lagi, Papa akan berubah, Papa mohon, Papa mohon, Canda, Canda, Canda, kembali lah, buka mata kamu, panggil aku Papamu sekali lagi...."

Penyesalan selalu datang terakhir.

Seperti itu lah polanya.

Seseorang tidak akan menyadari seberapa pentingnya sesuatu sebelum ia melihatnya pergi untuk selamanya.

"Jangan pergi...jangan.... maafin Papa..."

Apa yang bisa dilakukan disaat seperti ini?

Berapa banyak hal jahat yang ia katakan pada putranya ini?

Apa yang dia lakukan selama ini?

Koreksi diri kamu

Seandainya dia tidak menyelesaikan masalah kemarin dengan uang, seandainya dia melakukan penyelidikan, seandainya dia memasukkan pria itu ke dalam penjara.

Ah, apa gunanya memikirkan hal itu sekarang.

Putranya sudah pergi.

Dia pergi tanpa sempat mendapatkan maaf darinya.

Tian kembali ke kamar mayat tempat Cael berada dengan kursi roda yang di dorong oleh pamannya, dia sedikit terkejut melihat keadaan Papanya, Tian mengalihkan pandangannya, air matanya kembali mengalir.

Mama menghampiri Tian dan memeluk laki-laki itu dengan erat, mereka semua berbagi kesedihan yang sama.

Tian kembali menangis di pelukan Mamanya, dia memeluk wanita itu dengan erat.

Mereka semua menangis karena rasa kehilangan dan penyesalan yang menumpuk.

Perkataan maaf tidak bisa disampaikan lagi.

Perkataan sayang juga tidak bisa.

Apalagi cinta.

Yang tersisa hanya kenangan bersama dengan rasa sakit yang akan terus terasa sampai beberapa tahun ke depan.

Cael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang