BAB 4

13 3 0
                                    

"Pagi". Sapa Ara yang baru keluar kamar dengan menggunakan tongkat. Rambut panjangnya digulung asal, menggunakan daster biru. Duduk di meja makan mini memperhatikan Riga yang sedang memindahkan nasi goreng ke piring.

"Hm". Balas Riga sambil membawa dua piring berisikan nasi goreng dengan telur dadar kepunyaan Ara dan telur mata sapi kepunyaan Riga.

"Makan!" Perintah Riga, yang langsung dituruti oleh Ara. Riga dan Ara makan dengan tenang hanya kedengaran denting sendok. Riga memang pandai dan rajin memasak, dibandingkan dengan Ara yang hanya memasak mengikuti moodnya.

Setelah kejadian kaki Ara yang keseleo, Ara tidak diperbolehkan Riga untuk pulang ke kos sampai kakinya sembuh. Selama tiga hari itu juga Ara tinggal di apartemen Riga dengan semua kebutuhannya dipenuhi oleh Riga. Ara benar-benar istirahat total.

"Besok kuliah ya Ga?" Tanya Ara perlahan, mereka telah menyiapkan sarapan.

"Ngga".

"Gue udah bisa jalan".

"Coba lari". Tantang Riga dengan senyuman mengejek.

"Rigaaa" Rengek Ara tetapi tidak didengarkan oleh Riga. Riga membawa piring dan gelas kotor mereka ke wastafel, lalu mencucinya. Suami idaman pikir Ara.

"Gue mau mandi, lo mau ke kamar atau ruang tv?" Tanya Riga.

"Sini". Jawab Ara cuek. Riga yang melihat itu hanya tersenyum dengan tipis.

"Padahal udah bisa jalan, walau masih pincang-pincang dikit, tapi tetap aja ngga boleh kuliah". Ara mengoceh sendirian. "Jahat banget sih Ga".

Ara memilih bangkit menuju ke ruang tv. Menghidupkan tv tetapi pikirannya entah ke mana. Ia kangen dengan kosannya, kangen kuliah dan juga teman-temannya, ini baru tiga hari bagaimana kalo seminggu pikirnya.

"Gaa, ambilin hp di kamar". Teriak Ara. Tidak, Ara tidak sekamar dengan Riga. Apartemen ini memiliki dua kamar, kamar utama adalah kamar Riga dan di sampingnya kamar tamu yang biasa dipakai Ara.

Uluran tangan yang memegang hp berada di depan Ara, Ara mendongak dan mengambil hp di tangan Riga. "Pulang dari kampus gue ke cafe, abis itu kita pergi buat urut kaki lo lagi".

Ara yang mendengar hal tersebut memasang lebih masam "Udah sembuh, ngapai diurut lagi".

"Lo ngga ingat apa yang dibilang tukang urutnya?".

"Ya pura-pura lupa aja, lagian ngga dosa kalo ngga diurut lagi".

Riga memutar bola matanya malas mendengar jawapan Ara "Ini urut terakhir, setelah itu lo sembuh total".

"Terus gue kuliah ya?"

"Senin". Riga menghulurkan tangannya untuk mengusap rambut Ara, merapikan anak rambutnya. "Gue berangkat, jangan ke mana-mana. Makan siang nanti gue pesenin".

"Iya. Hati-hati lo". Riga mengambil kunci mobil di samping tv, melangkahkan kakinya ke pintu apartemen, hal tersebut tak luput dari pandangan Ara.

Setelah kepergian Riga, Ara membuka hpnya dan melihat begitu banyak notif. Dilihatnya satu persatu ternyata dari Rena, Bagas dan Nita yang menanyakan tentang kondisinya. Ara memiliki kebiasaan buruk jika sedang sakit jarang memainkan hp dan tidak akan membalasin pesan-pesan yang masuk di hpnya.

Ara membuka satu pesan wa yang menanyakan dirinya kenapa tidak pernah datang lagi ke tempat itu. Ara hanya tersenyum dan membalas bahwasannya dia sedang sibuk sekarang. Sibuk untuk belajar berjalan dan berlari lebih tepatnya. Ara sebenarnya merindukan tempat itu dan orang yang mengirim pesan kepadanya.

***

Meja pojok ruang baca perpustakaan diisi oleh Bagas, Ridho, Rena dan Nita. Mereka fokus dengan tugasnya masing-masing. Setelah tugas pemasaran produk yang berhasil dipresentasikan dengan baik dan memiliki keuntungan dari penjualan, ternyata mereka harus mengerjakan tugas kelompok mata kuliah yang lain. Terkadang kelompok ini membuat iri teman sekelas mereka yang lain.

KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang