"What the fuck?" tukas Rangga mendecih sinis.

Tiba-tiba ada suara pintu dibuka. Rangga luar biasa lega mendapati Raffi, sahabatnya telah tiba.

Rangga segera menggeser duduk agar pria itu duduk di sampingnya.

"Shit man! Kalo bikin dosa tu yang cerdas." Raffi duduk berlagak tak mengucapkan apapun.

"Shit!"

"Pengacara dari lu gimana?" lanjut Rangga melupakan umpatannya tadi.

"Aman. Dua aja cukup. Bisa, kok, dipotong jadi cuman lima belas tahun."

"Fuck! You kidding me?"

"Hahaha. Lu anggap gua pengusaha abal-abal?"

"But! Hold on. Hakimnya udah gue kedipin," bisik Raffi tiba-tiba saja menunduk dan sedikit menyampingkan wajah. Ia menyeringai lebar tanpa memperdulikan para polisi disana.

Rangga menyeringai tak kalah lebar. Inilah gunanya teman, apalagi satu kebiasaan. Mereka saling mendukung, saling membela, saling membantu.

Para polisi yang sedang berucap mereka abaikan begitu saja. Rangga mengarahkan diri pada temannya. Mereka berbisik-bisik.

"Kasian bini gua." Rangga berbisik setenang mungkin.

"I see."

"Alina baru empat hari lahiran. Gua udah harus masuk penjara."

"Salah lu siksa orang sampe koma!" geram Raffi memutar wajah memelototi sahabatnya. Untung saja volumenya rendah.

"Terus lu mau gua nonton istri gua dilecehin? Dibikin nangis cowok goblok?"

"Ya at least bogem aja cukup tiga kali. Abis itu abisin di Jakarta. Udah! Masalah aman, dendam lo terbayar."

"Mana ada gua mikirin taktik." Rangga mendecih memalingkan wajah.

"Are you guys done?"

"Yes? Y-yes! Rigth!" jawab Rangga segera menegapkan bahu.

Tak mau berlama-lama berbincang, Rangga biarkan pengacara yang temannya bawa untuk menghadap. Pengacara yang Rangga dan Raffi panggil ternyata sudah tiba tuk mendampingi.

Kasusnya sempit, namun serius. Rangga ingin memakai banyak pengacara karena ingin hukumannya ringan. Tak ada banyak ruang untuk dirinya memanipulasi.

"Dah malem. Gua harus buru-buru." Rangga meninggalkan lobi kantor polisi dalam keadaan sudah memakai pakaian rapi.

"Iya. Kasian bini lu. Mana mau direbut cowok pula."

"Berisik lo!"

"Hahaha. Lagian punya istri maunya yang muda," timpal Raffi si hobi bercanda.

"Ngaca! Lu pedo!" sembur Rangga tak terima. Perbedaan usianya dengan Alina hanya 11 tahun, sedangkan sahabatnya beda 15 tahun.

"Pedo? What the fuck!" geram sahabat Raffi tak terima. Pedofilia adalah makhluk menjijikkan.

Rangga duduk mengendalikan napas di samping Raffi yang menyetir mobil. Entah berapa bulan hukuman yang akan diberi padanya. Andai istrinya tidak baru melahirkan, dirinya baru mempunyai bayi merah, mungkin tidak akan seberat ini.

Rangga tak mendengus kala baru sadar ini sudah malam. Dirinya baru saja sampai di lantai dimana kamar istrinya berada.

"Tuan?"

"Tuan? Selamat datang, tuan!"

"Akhirnya tuan bebas."

"I'm not free!" desis Rangga tak mau berhenti melangkah menuju salah satu kamar dimana ada lima ajudan berjaga.

Alina's Love Story [TAMAT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora