10. ada rasa?

48 5 1
                                    

Halo halo...

Kembali lagi bersama Tata...

Siapa yang kangen?






Happy Reading

*****

Hari sudah mulai sore, seperti biasa Aleza akan pergi ke masjid untuk mengajar di salah satu TPQ untuk mengganti Ustadzah Aini selama dua minggu. Sesampainya disana Aleza langsung saja mulai mengajari anak-anak kecil itu.

"Mbak Aleza" panggil salah satu anak kecil perempuan seraya mengangkat tangan kanannya.

Aleza yang merasa namanya dipanggil pun menoleh dan menghampiri anak perempuan itu. "ada apa?" Tanya Aleza dengan lemah lembut.

"Itu mbak" tunjuk anak kecil itu pada sebuah jendela.

Aleza pun menolehkan kepalanya mengikuti arah tunjuk anak perempuan itu. Aleza mengernyitkan dahinya tatkala melihat siapa yang berada di sana. Aleza pun melangkah keluar untuk menemui orang itu.

"Hai" sapa orang itu dengan tersenyum ramah.

"Kamu kenapa di sini?" tanya Aleza pada cowok dihadapannya itu. Cowok yang benar-benar mengesalkan baginya. Siapa lagi jika bukan Darel.

"Terserah gue dong, nggak ada larangan di sini" jawab Darel dengan gampang.

"Astagfirullah, kamu tau nggak, ini itu tempat menuntut ilmu bukan tempat nongkrong, jadi kamu ngak boleh seenaknya datang kesini" omel Aleza pada cowok itu.

"Tapi gue dateng kesini bukan mau nongkrong" balas cowok itu dengan lantang seraya tersenyum remeh.

"Terus mau ngapain?" Tanya Aleza.

"Mau liat bidadari cantik lagi ngajar" gombal Darel dengan menaikkan alisnya.

Aleza pun hanya menggelengkan kepalanya heran. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan laki-laki itu.

"Lain kali janan kesini lagi, ini bukan tempat untuk kamu datangi seenaknya saja."

"Tapi gue maunya datang tiap hari, mau liat bidadari soalnya."

"Ini tempat mengaji."

"Kalau gitu gue mau ngaji, biar bisa kesini tiap hari."

*****

Waktu sudah mulai semakin sore, Aleza telah selesai mengajari para anak-anak kecil dan kiyowo itu. Aleza memilih untuk langsung pulang saja.

"Sudah mau pulang Aleza?" Tanya Ustadz Haidar yang menundukkan pandangannya.

"Iya Ustadz, saya mau pulang saja sudah sore banget" balas Aleza dengan ramah.

"Aleza laki-laki itu--"

"Tidak usah dipikirkan Ustadz, anaknya memang seperti itu" serobot Aleza yang memang sudah tahu apa yang dibicarakan oleh Ustadz Haidar.

"Kalau begitu saya pulang dulu ya Ustadz, Assalamualaikum" pamit Aleza seraya melangkah pergi.

"Iya, Waalaikumsalam"

Aleza pun melangkah pulang dengan berjalan kaki, tidak disangka ternyata Darel masih setia menunggu di depan gerbang madin, padahal tadi Aleza sudah menyuruhnya pergi tadi.

"Sudah selesai mengajarnya bidadari?" Ucap Darel yang membuat Aleza kaget bukan kepalang.

"Astagfirullah, kamu belum pulang?" Tanya Aleza.

"Belum. Kan gue udah bilang, mau nungguin bidadari cantik ini" goda Darel dengan tersenyum merekah.

Aleza menarik napas panjang "saya kan sudah bilang, ini bukan tempat umum"

Setelah mengatakan itu pun Aleza lebih memilih pergi dari pada mengurusi manusia menjengkelkan yang satu ini. Entahlah dosa apa yang telah Aleza perbuat hingga dibuntuti manusia seperti Darel.

"Bidadari ayo gue anterin pulang" sarkas Darel yang tiba-tiba sudah berada dihadapannya.

"Tidak usah, saya jalan kaki saja" tolak Aleza pada ajakan itu.

"Lo nggak kasian apa sama gue yang udah nunggu 2 jam disini"

"Siapa suruh menunggu saya"

"Nggak ada yang nyuruh, karena emang gue suka"

"Suka menunggu?"

"Suka sama lo"

"Kalau menyukai hanya untuk main main lebih baik tidak usah"

"Kalau gue serius suka gimana, hmm?"

*****

Setelah menunggu Aleza selama kurang lebih dua jam, Darel pun memutuskan untuk pulang, di perjalanan ia selalu terngiang-ngiang dengan satu kata yang sangat menggangu pikirannya. Padahal kata itu hanyalah kata yang sangat sederhana.

"Kalau gue serius suka gimana, hmm?" Darel mengucap kata itu entah terpikir dari mana, tiba-tiba saja mulutnya itu seakan-akan terhipnotis dan akan mengatakannya.

"Aku muslim" jawab Aleza singkat.

"Kenapa kalau muslim? Nggak boleh?" Tanya Darel lagi seraya menatap lekat wanita cantik dihadapannya.

"Saya nggak bisa"

"Terus, biar bisa gimana?"

"Secara Agama saja kita berbeda, saya muslim. Sedangkan kamu... maaf bukannya menyinggung"

"Jika memang kamu serius suka, bukannya seperti ini, langitkan namanya di sepertiga malam," lanjut Aleza yang kemudian melangkah pergi meninggalkan Darel yang masih diam termenung.

Darel menggelengkan kepalanya, bayangan itu terus-menerus memenuhi isi kepalanya. Entahlah apa yang dimaksudkan oleh Aleza, namun ada sedikit getaran yang menggoyahkan hatinya.

"Gue mikir apa si!" Kesal Darel pada dirinya sendiri. Sudah cukup ia memikirkan hal itu.

Darel pun memilih untuk melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, untuk bersiap pulang ke rumahnya. Apakah Darel sudah mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang tak pernah terjawab selama ini.

"Apa gue harus masuk islam?"

Bersambung...

Waw...

Kira-kira bakal bersatu nggak ya pasangan yang temboknya terlalu tinggi ini...

Spam next

Jangn lupa vote dan komen...








You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 07, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Jadikan aku Imam muWhere stories live. Discover now