"Maksud gue kalo lo nyerah kayak tadi, artinya lo bikin jalan buat Clara nginjak lo. Sekali aja dikasih celah, lo bisa aja selamanya di bawah kendali dia."

Gavin tahu soal itu. Dia juga memikirkannya cukup lama. Gavin punya alasan, tapi si alasan itu malah seenaknya menggagalkan.

"Ceroboh." Gavin menepuk puncak kepala Bella. "Sekarang gimana? Clara pasti nggak bakal tinggal diam."

"Gue nggak takut."

"Kata orang yang habis dari mall nangis-nangis ngerengek sakit."

Bella mencebik kecil. "Ish, lupain itu."

"Cengeng."

"Enggak," tolak Bella.

"Makanan aja nggak bisa ngehadapi, gimana Clara."

"Ya 'kan ada cowoknya. Pentolan sekolah, ngapain takut?"

Gavin mengernyit seraya menunjuk dirinya.

"Iya lah siapa lagi, barusan kita habis go public loh."

Gavin membuang muka. "Itu 'kan tetep pura-pura."

"Iya pura-pura, tapi Masnya nggak usah sambil buang muka gitu dong." Bella mencondongkan wajahnya pada Gavin seraya menahan tawa. Jujur Gavin ini benar-benar sangat mudah sekali digoda.

"Jelek, lap sana." Gavin mendorong kening Bella menjauh.

"Gue nggak ada ingus."

"Yang bilang ingus siapa?"

Bella berdecih kemudian meraih tisu dari atas meja. "Jelek banget emang?" tanyanya seraya mengusap sekitar matanya.

"Banget."

"Kenapa nggak bilang dari tadi!"

oOo

Bella duduk terdiam pada bangku. Di depannya Gavin dan Jo tengah melakukan sesuatu yang tidak ingin Bella ketahui. Motor itu urusan cowok, Bella hanya perlu duduk manis 'kan? Cantik dan anggun.

Meskipun begitu bukan berarti sedari tadi Bella hanya bengong tidak ada kerjaan. Tangannya diam-diam mencari informasi dari ponsel. Harusnya tidak lama lagi Bella mendapatkan apa yang dia butuhkan.

"Bang Jo!" pekik seorang cewek yang setengah berlari ke arah mereka. Pakaiannya terkesan rebel dengan wajah banyak memar. Tak lupa mulutnya yang terlihat mengunyah permen karet.

"Yo, Ki. Ngapa?"

Cewek yang diperkirakan sebaya dengan Bella itu mendekat. "Benerin hp gue, Bang."

"Ki, sesering-seringnya lo bolos sekolah, minimal bacalah ini itu bengkel motor."

"Waktu itu lo bisa benerin hp gue loh, Bang," sahut Kikan tanpa beban.

"Ya tapi passion gue bukan itu."

"Gue cuma ada gocap, dibawa ke konter nggak bakal digubris." Kikan masuk ke dalam, ia merogoh saku lalu menyimpan ponselnya di atas etalase.

"Gebukin orang tiap hari, masih juga kere," gerutu Jo yang masih bisa didengar oleh semua.

"Udah benerin aja," balas Kikan lalu kembali keluar, saat melewati Bella, Kikan tiba-tiba berjongkok. Membenarkan tali sepatu yang kepas karena terinjak oleh kaki yang sebelahnya lagi.

Setelah mengikatnya, Kikan berubah menghadap kiri. Wajahnya mendongak pada Bella. Posisi seperti berlutut di depan Bella yang duduk pada bangku. Posisi ini juga memblok pandangan dari arah Gavin dan Jo.

Untuk sesaat Kikan seolah terpana begitu melihat wajah cewek di depannya itu, tapi selanjutnya dia memasang senyum.

"Boleh numpang SMS nggak?"

Pacaran [TAMAT]Where stories live. Discover now