Pernyataan Cinta yang tidak Romantis

Start from the beginning
                                    

Panti hari itu nampak sepi karena anak-anak mengikuti perkemahan di sekolah masing-masing, hanya tinggal pengurus dan beberapa yang masih kecil  sedang bermain di halaman.

Cantika datang setelah Zayan mengirim pesan. Dengan terhuyung dan masih belum mandi bahkan rambutnya berantakan Cantika menemui Zayan. Ia begitu tidak semangat, bahkan merasa tidak perlu berpenampilan cantik untuk menemuinya.

Zayan tertawa geli melihat rambut Cantika saat itu, ia tahu Cantika tidak pernah berpura-pura di hadapannya, dan justru itu yang membuat dia suka.

"Bagaimana kondisimu? Sudah sehat?"

Cantika mengangguk sambil mengambil posisi duduk agak jauh dari Zayan. Dari sikap menjaga jarak itu saja Zayan sudah tahu bagaimana perasaan Cantika terhadap dirinya. Dia tidak seperti gadis di luar sana yang mudah ditaklukan.

"Aku minta maaf, Zayan. Aku membuatmu harus datang ke sini, dan aku tidak bisa memenuhi janjimu untuk datang ke taman kota."

"Tidak apa-apa, lagian kondisimu belum sepenuhnya sehat. Sebab itu aku datang ke sini untuk menjenguk. Aku tidak memaksamu harus memenuhi janji itu. Aku bisa mengerti."

Cantika hanya tersenyum tipis sambil mengangguk.

Zayan melihat ekspresi itu sebagai cara Cantika membangun benteng. Namun sebisa mungkin Zayan tetap teguh atas keputusannya. Tidak masalah bagaimana pun hasilnya, ia akan menerima asal Cantika tahu isi hatinya.

Satu tarikan napas yang menggugupkan.

"Can, aku tahu mungkin kamu tidak nyaman dengan kedatanganku ke sini, atau bahkan dengan sikapku selama ini. Namun ada satu hal yang begitu mengganjal di hatiku, dan aku tidak bisa tenang jika belum mengeluarkannya."

Cantika tertegun sambil menoleh melihat Zayan. Cowok berkarisma itu sedang menatapnya hangat. Tatapan yang membuat Cantika semakin merasa tidak nyaman.

"Aku menyukaimu."

Deggg...
Seperti ada petir yang tiba-tiba menghentikan detak jantungnya. Ini pernyataan cinta pertama yang Cantika terima, tapi kenapa harus datang dari cowok yang tidak membuat hatinya berdesir.

"Aku tahu ini mendadak, dan pasti membuatmu tidak nyaman, tapi aku hanya ingin jujur. Aku hanya ingin tahu aku punya perasaan padamu, sehingga jika suatu saat nanti kamu siap untuk membuka hati, aku berharap kamu akan ingat dengan pernyataanku ini." Jelas Zayan dengan sedikit khawatir, ia khawatir Cantika justru akan menjauh.

Cantika mengalihkan pandangan dan beberapa kali sambil menarik napas canggung. Ia jelas bingung harus berkata apa. Melihat kecanggungan itu Zayan lekas menggeser duduknya menghadap Cantika.

"Aku tidak bermaksud membuatmu bingung, kamu juga tidak perlu menjawabnya. Aku hanya ingin kamu tahu saja. Hanya itu." Jelas Zayan sangat berharap Cantika bisa memahami maksudnya.

Cantika berusaha tersenyum meskipun pahit. Bagaimana bisa seorang cowok mengungkapkan perasaannya tanpa berharap balasan.

"Aku tidak tahu harus bagaimana, karena kamu tahu sendiri aku ingin fokus sekolah. Ada begitu banyak impian yang ingin sekali aku raih, sebab itu tidak pernah terlintas dalam pikiranku tentang hal semacam ini. Dan jujur, aku bingung harus menjelaskannya padamu."

"Karena itu aku tidak butuh jawaban, aku hanya ingin kamu tahu. Itu saja."

Cantika kembali tertegun, ia pun kembali menarik napas berat.

"Aku hanya ingin menjadi teman dekatmu, yang bisa kamu andalkan. Karena aku tahu, hanya dengan cara itu kita bisa menjadi dekat, dan aku bisa melihatmu setiap saat."

Lagi-lagi Cantika hanya bisa tertegun, Zayan sungguh pandai merangkai kata. Andai saja ia punya perasaan untuk cowok itu, pasti hatinya sudah terbang.

Zayan mencoba menenangkan gemuruh di dadanya. Pernyataan Cinta yang tidak romantis, dan begitu mendadak. Padahal tadinya ia ingin merencanakan hal yang mengesankan, tapi kenyataan berkata lain.

Satu tarikan napas, Zayan berdiri dari duduknya dan berdiri di depan Cantika. Ia mengulurkan tangan sambil menatap dalam-dalam.

Cantika menatap tangan itu, lalu mengangkat wajahnya untuk membalas tatapan Zayan.

"Mulai saat ini, kamu harus berjanji, kalau ada apa-apa, jadikan aku orang pertama yang kamu panggil."

Masih diam, lagi-lagi Cantika dibuat tertegun.

"Dan aku juga akan selalu ada jika kamu membutuhkan, bahkan tanpa kamu minta, aku akan berusaha untuk ada."

Entah kenapa kalimat romantis itu justru membuat telinga Cantika terasa berdengung berisik. Ia menyadari kalimat itu justru membuat suasana hatinya tidak nyaman.

"Baiklah, aku akan pulang. Kamu harus istirahat." Kata Zayan sambil menurunkan tangannya. Ia sedikit kecewa karena Cantika tidak mau meraih tangannya.

"Jika kamu terganggu dengan semua yang kukatakan hari ini, maka lupakan saja. Anggap kamu sedang bermimpi dan tidak terjadi apa pun.".

Cantika masih membisu. Ia tidak berani angkat bicara karena bingung harus berkata apa.

"Aku pulang ya, jaga kesehatanmu. Sampai jumpa!" Kata Zayan lalu melangkah pergi.

Hingga bayangan itu hilang dari pandangan, Cantika masih membisu. Ia tidak mengerti apa tujuan Zayan sebenarnya, namun ia bisa melihat cowok itu jujur dan tidak sedang mempermainkannya.

Perlahan Cantika meraba dadanya, ia tidak menemukan degup hangat yang biasanya ia temukan saat bersama Gibran.

"Ya Tuhan, sebenarnya aku kenapa?"



Happy Reading
Maaf ya gays, lama banget baru bisa post 🙏


Last Summer (on going)Where stories live. Discover now