Menarik nafas mengumpulkan tenaga, Dewi menepis kasar buket bunga Lily yang Aaron ulurkan sampai terlempar. Dengan kekuatan  penuh dendam, Dewi  meninju kasar bagian tengah panggul suaminya yang sialnya merupakan pusat tubuh kebanggaan Aaron.

Aaron yang masi jet lag, tidak sigap meringis reflek menyentuh selangkangan lalu menangkupkan kedua tangan di kejantanannya. Dia membungkukkan tubuh kesakitan melangkah mundur menjauhi Dewi. Sesak ngilu bukan main sakit minta ampun, luar biasa nikmat.

Aaron shock mendapatkan perlakuan Dewi yang berbahaya mengancam kelangsungan hidupnya. Bagaimana jika dia cidera dan tidak mau berdiri lagi?    Ular betina sialan bertingkah terlalu jauh.

Tubuh Aaron diam tidak bergerak. Bernafas dengan hidung dan mengeluarkannya dengan mulut terus di lakukan secara berulang-ulang sampai merasakan perubahan dan sensasi pada dada beserta anggota tubuh lainnya. Perlahan ketenangan kembali Aaron dapatkan dan rasa sakit berangsur sedikit menghilang.

"Jangan sembrono Dewi, tahan tingkah preman mu. Aku tidak masalah kau pukul atau tampar sekalipun, tapi tidak di bagian tadi"

Suara Aaron pelan dan datar, namun tegas penuh ancaman. Kedua matanya memerah menatap Dewi bengis. Aaron menarik, merengkuh memeluk Dewi erat,  mendaratkan satu kecupan panjang di puncak kepala Dewi.

"Itu sakit sekali..!!!"

"Aku senang mendengarnya Aar.. sungguh...!!!!"

"Tidak lucu"

Dewi melepas paksa pelukan suaminya, menatap sengit Aaron yang jelas terlihat berbeda. Pria berwajah tampan insting buaya pergi ke Jepang mendadak ada pekerjaan. Alasan klise tak berbobot. Baru-baru ini Dewi bisa melihat Aaron tidak bahagia dalam hidupnya, mungkin dia kerepotan menjalani dua kehidupan sekaligus, menyedihkan.

Tentunya Dewi senang melihatnya. Mungkin sebentar lagi Aaron akan kurus kering lalu mati tersiksa. Jika tidak, Dewi yang akan gila.

"Aku penggoda, bukan pelawak...!!"

"Ya, itu dirimu yang sesungguhnya"

Aaron tersenyum kecut mendengar penuturan Dewi. Merogoh saku jas formal yang dia kenakan, mengeluarkan satu kotak biru kecil lalu membukanya.

Satu kalung bertahtakan berlian sama persis seperti yang Aaron berikan pada Tifiliu menyilaukan mata. Kalung menyerupai the hipe diamond yang Aaron pesan langsung dari Prancis. Saat itu Aaron memesannya satu khusus untuk Tifiliu, tapi entah setan apa yang merasuki jiwa dan pikiran sampai Aaron meminta di buatkan dua dalam bentuk dan rupa sama.

Sambil menyelam minum air, hadiah yang sama di situasi berbeda dan tentunya untuk dua wanita yang bertolak belakang.

Dewi terhipnotis melihat kalung bertaburkan berlian putih dan  berlian biru sebagai liontinnya. Sekujur tubuh Dewi meremang, merinding merasakan kedua tangan Aaron menyentuh lehernya memakaikan kalung terindah yang pernah Dewi lihat.

"Apa kau sedang menyogok ku...? Cih...!!! Menjijikan Aar"

Lain di hati, lain di mulut. Dewi berkata seakan tidak menyukai apa yang Aaron berikan padahal hatinya teramat senang, diam menerima dengan bibir berkedut tipis.  Menahan diri agar tidak berteriak kegirangan.

"Ck...! Kamu bukan orang penting yang perlu di sogok"

Aaron memungut buket bunga Lily dari lantai dan kembali mengulurkannya, dan kali ini Dewi menerimanya dengan senyum manis di buat-buat.

"Dewi....kamu telah menjadikan aku pria sempurna. Aku telah memiliki anak perempuan cantik. Dia merupakan hal terindah yang pernah ada"

Di ujung lidah Aaron sudah terpatri kata maaf dan juga terimakasih siap untuk di ucapkan, tapi dia memilih kembali menelannya.

Harga diri dan martabat akan jatuh jika Aaron mengucapkan kata terimakasih terlebih kata maaf pada Dewi yang berpikir dangkal.
.
.
.

Aaron adalah kesulitan yang membuat Dewi takut menerima kebenaran  di atas kenyataan.

Alasan kenapa Dewi tidak bisa menyerah karena dia tumbuh besar dengan menyaksikan ayahnya mengatasi segala rintangan hidup yang menimpanya. Dewi yakin ayahnya menangis hingga tertidur beberapa malam bahkan bertahun-tahun, namun dia tetap bangun setiap pagi dan melakukan pekerjaan luar biasa dalam membesarkan Dewi. Dewi tidak pernah bisa menjadi lemah, dia belajar jadi yang terbaik untuk menjaga perasaan ayahnya.

Berpisah karena perselingkuhan hanya akan membuka luka lama.

Percaya atau tidak, bukankah pria akan tetap menghubungi masa lalunya walaupun sekedar tanya kabar, bahkan di luaran sana  mungkin juga banyak pria yang  masih bisa menemui masa lalunya meskipun dalam keadaan tergila-gila dengan cinta barunya.

Tunggu saja sampai  habis toleransi Dewi, karena kesabaran ada batasnya.

Hatimu Bukan UntukkuWhere stories live. Discover now