Cika mengangguki sembari merangkul bahu Aira yang tingginya lebih dibawahnya, jadi mempermudah gadis itu untuk merangkul Aira.

"Ini serius nih, lo dijemput siapa? Supir lo?" Sekali lagi Cika bertanya, itu membuat Aira melirik sahabatnya tersebut dengan perasaan kesal sebelum mengangguk singkat.

Lebih baik Aira mengiyakan saja pertanyaan Cika dari pada dia jujur berakhir ditertawakan lagi seperti tadi.

"Ya udah ntar gue tungguin dah kalo supir lo belum nyampe," ujar Cika lagi.

Dan Aira mengangguk saja. "Yoi, thanks."

Sesampainya di parkiran dekat gerbang, Aira celingukan mencari mobil Sarga, melihat tak ada Aira pun mencoba mengirimkan pesan pada laki-laki itu.

"Gimana? Belum nyampe?" tanya Cika yang setia memilih menemani Aira ke dekat gerbang dari pada langsung ke parkiran mengambil mobilnya.

Aira menggeleng. "Bentar, gue coba chat dulu, lo kalo mau duluan gak papa kok Cik," balasnya.

Sejujurnya Aira tak enak jika harus ditemani Cika sampai Sarga datang, takutnya kelamaan dan membuat sahabatnya itu pulang telat.

"Gak, gue tungguin lo aja, ntar kalo lo diculik gimana?" Ada sedikit candaan di kalimat yang Cika katakan. Tapi gadis itu tak tertawa.

Sedangkan Aira yang mendengarnya reflek memutar bola matanya malas. "Gak lucu! Gue bukan bocah lagi ya Cik, mana mungkin gue diculik elahh," balasnya sedikit tak terima.

Cika tertawa. "Haha ya kan siapa tau Ai."

"Dah lah pokoknya gue tungguin lo sampe dijemput!" lanjut Cika dengan nada tak dapat dibantah.

"Serah!" Aira hanya melirik Cika sekilas sebelum fokus ke arah ponselnya lagi, menunggu balasan dari Sarga yang tak kunjung merespon pesannya.

'Apa lagi di jalan ya?' pikir Aira.

Brum brum

Terdengar suara deru beberapa motor sport yang melewati tempat mereka berdiri, wajar saja posisi Aira dan Cika di dekat gerbang dan duduk di sebuah pos yang biasa ditempati satpam.

"Eh Ai!"

Aira menoleh kala Cika memanggil, dia menaikkan salah satu alisnya.

"Eh itu Gian kek mau ke sini cuy," bisik Cika melirik ke arah tak jauh dari mereka seolah mengode Aira juga untuk melihat ke arah sana.

Aira pun reflek melihat ke arah yang Cika lihat, dia lagi-lagi memutar bola matanya jengah. "Gak usah gr lo! Dia cuma mau lewat," balasnya tajam.

Cika berdecak. "Gak Ai, sumpah dia kek mau ke sini, tungguin aja coba," sangkalnya yakin dengan opininya.

"Serah lo dah." Aira mengabaikan dan lebih memilih fokus menunggu balasan dari Sarga.

Kasihan sekali gadis itu seolah tak diberi kepastian oleh tunangannya sendiri.

Plak!

"Noh noh!" bisik Cika setelah seenaknya menggeplak lengan Aira sampai gadis itu berdecak kasar bersiap akan mengumpat jikalau tak melihat ada seseorang menaiki motor yang berhenti di hadapan mereka.

"Eh Gian, kenapa?" tanya Cika seketika berubah menjadi gadis kalem di hadapan Gian yang baru saja melepaskan helm nya.

"Temen lo lagi nunggu jemputan?" Bukannya menjawab, Gian justru bertanya balik sembari melirik Aira yang mengalihkan tatapannya ke arah luar gerbang.

Cika sontak menatap Aira kemudian tersenyum penuh arti. "Eh iya nih, gue temenin dia nunggu."

'Gila! Langka banget si Gian nanya gini, pasti ada sesuatu nih, bau-bau nganu' batin Cika ambigu melirik Aira dan Gian secara bergantian.

"Bareng gue?" tanya Gian singkat membuat kening Cika mengerut bingung.

"Maksudnya?" Sepertinya gadis itu masih loading dalam mencerna pertanyaan Gian.

Berbeda dengan Aira yang seolah tak peduli pembicaraan mereka, lagi pula dia sama sekali tak pernah dekat dan kenal dengan Gian, dia berhadapan langsung juga hanya saat tadi pasca dia dihukum saja.

"Temen lo sama gue mau gak?"

Cika spontan berdiri dari duduknya dengan senyum lebar. "Eh iya Ai, lo sama Gian aja dari pada nunggu supir lo ntar tambah kelamaan," ujarnya menepuk baju Aira.

Sang empu langsung menatap Cika dan mendelik tajam. "Ap–"

"Udah Ai, bareng Gian aja," potong Cika yang sepertinya mempunyai niat terselubung, Aira bisa melihatnya dari senyuman sahabatnya itu.

'Apaan sih nih cewe, kok ngeselin banget dah maksa-maksa!' kesal Aira dalam hati. Ditambah dia melihat Gian yang terus menatapnya dengan tatapan lekat. Entah mengapa walaupun Gian tampan, Aira tetap tak suka berada di dekat yang namanya laki-laki.

Digaris bawahi, terkecuali tunangan Aira, yaitu Sarga.

"Sam–"

"Maaf sayang, kamu udah nunggu lama ya?"

Ucapan Gian terpotong dengan kedatangan seseorang dari arah gerbang.

Ketiga manusia yang ada di depan pos satpam serentak mengalihkan atensi mereka ke arah orang itu.

Cika melongo terpesona, Gian dengan tatapan tajamnya, sedangkan Aira melotot tajam melihat siapa yang baru saja datang. Sarga lah orangnya.

Posisi Aira sekarang seolah tengah terciduk selingkuh, gadis itu panik sendiri kala melihat tatapan tajam dari Sarga.

"Anjay! Cakep banget Ai!"

Detik itu juga rasanya Aira ingin membuang Cika ke lautan sedalam-dalamnya.





AyataWhere stories live. Discover now