BAB 42

1K 152 1
                                    







"Aaaaaaaaaaa.........." Aku berteriak panik.

Dapat kurasakan jika kecepatan ku semakin cepat meluncur untuk sampai kepermukaan.

Apakah aku akan mati lagi kali ini?

Aku terus berpikir jika aku tidak akan selamat jika terjatuh dari ketinggian ini. Aku memejamkan mata sambil berucap didalam hati.

"Ku mohon selamatkan aku, Freya"

Entah apa yang merasuki pikiranku seketika saja aku teringat pada Freya. Yang membuatku memanggil namanya. Aku mengingat dengan jelas saat terakhir kali aku memakai element angin dan sepertinya itu adalah cara terakhirku untuk selamat dari kematian.

"Wind, aktifkan.."


Wooossshhhh...

Angin disekitarku tiba tiba saja menyelimutiku seolah memberikan perisai untuk mengurangi kecepatan jatuhku. Itu terlihat seperti sebuah bola berbentuk angin yang melapisi setiap sisinya. Aku tetap jatuh dalam kecepatan tinggi namun aku tidak merasakan sakit oleh tekanan yang diberikan oleh gravitasi disekitarku. Semakin lama perisai berbentuk bola ini berkilau terang dan semakin terang saja sampai aku harus memejamkan mataku.

"Kegh, kecepatan ini membuatku sulit untuk bernafas".

Apakah aku akan mati?

****



Matahari telah turun dari porosnya. Mengarah ke arah tenggelam namun tetap terang bersinar. Umbul umbul berwarna merah dengan lambang bunga Camelia berkibar menandakan pasukan dari keluarga kerajaan Artiar berada di zona ini.
Pangeran Arshavin Cleo hari ini terjadwal untuk berburu di wilayah selatan dari kerjaan.

Sebenarnya Cleo hanya membuat alasan ingin berburu diluar wilayah istana. Karena ia selalu saja dibuat pusing oleh desakan kedua orang tua nya untuk segera menikah. Padahal statusnya adalah seorang pangeran ke dua. Dan ia telah memiliki kakak yang sebentar lagi akan menjadi putra mahkota. Namun entah kenapa gosip yang beredar jika rakyat kerjaan Artiar lebih menginginkan Pangeran Cleo ketimbang kakaknya untuk menggantikan posisi ayahnya yang selalu raja kerajaan Artiar.

Ia selalu merasa tidak enak hati akan hal ini. Dan membuatnya sering bermain keluar dari istana. Terlebih jika ia menikah terlebih dahulu maka sudah dipastikan jika pewaris tahta akan diberikan padanya. Karena pangeran yang mendapat restu dari dewa untuk menikah duluan adalah pemimpin yang di dahulukan posisinya.

Cleo sudah muak dengan desakan para petinggi yang menyokongnya untuk naik tahta. Namun ia tidak menginginkan hal tersebut. Hari ini untuk kesekian kalinya ia memakai alasan berburu diluar wilayah istana.

"Pangeran, malam ini kita akan berkemah ditempat ini. Kami telah mempersiapkan segalanya". Ucap salah satu pengawal pribadinya.

"Ya ya baiklah" jawab Cleo. Ia menurunkan arah busurnya dari atas untuk bersiap menyimpannya.

"Pangeran, sepertinya anda harus mencari pasangan untuk meredam amarah pendukung politik pangeran"

"Hei jika tidak diistana, panggil saja namaku. Aku terlalu risih untuk berbicara formal padamu".

"Begitukah?..."

"Hmnn.."


Tak berapa lama pria dengan seragam pengawal dengan jubah hitam itu mendekati Cleo dan langsung memukul pundak sang pangeran.

Dancing On Ice In The Moonlight  [END] [PROSES REVISI] Where stories live. Discover now