Crimson Eyes - Postlude

Mulai dari awal
                                    

Hinata sudah merasakan pahitnya hidup terlunta-lunta di jalanan, bahkan ada beberapa kali ia nyaris dijamah oleh lelaki hidung belang namun ia masih bisa membela diri.

Dalam situasi terdesak, Hinata terpaksa melanggar beberapa prinsip hidup.

Di saat perutnya sudah kelaparan luar biasa dan tenaga fisiknya tergerus habis, ia nekad menggunakan chakra untuk melompati tembok bangunan yang ternyata merupakan dapur barak demi mencuri makanan walaupun ia tahu hukuman mati-lah yang menanti setelah itu.

Tidak disangka ia dengan mudah ditangkap oleh para prajurit, bahkan nyaris diperkosa beramai-ramai hingga Uchiha Sasuke melakukan interupsi dengan memberikan plakat miliknya.

Ia melayani hasrat seksual sang Jendral awalnya hanya sebagai bentuk balas budi.

Akan tetapi, lama kelamaan kasih sayang dan sisi lembut lelaki Uchiha yang hanya ditunjukkan kepada Hinata membuat hati dara manis nan lugu terikat seumur hidup pada sang Jendral.

Sanada terdiam, ini pertama kalinya sang ibu menceritakan pengalaman di masa lalu.

"Kalau Ayah pernah menyelamatkan Kaa-san, kenapa kau bisa meninggalkannya?"

"Semua itu karena kebodohanku. Dendam dan kebencian pada orang-orang yang menghancurkan desa Hyuuga, membuatku salah kaprah. Aku mengira klan Uchiha yang melakukannya, dan belati yang kau terima dari ayahmu pernah kugunakan untuk menikamnya. Karena itu, aku mengira ia telah lama mati. Dendamku terbalaskan, tapi rasa bersalahku padanya tak pernah hilang. Karena sejak awal bertemu dengannya, ia memperlakukanku dengan sangat baik."

Sanada benar-benar terkesiap dan menahan napas. Ia sama sekali tak menyangka sosok ibu yang begitu baik hati dan lembut bisa melakukan hal seperti itu. "Setiap orang pernah melakukan kesalahan, Sanada."

"Sekarang, kau mengerti, kan? Kenapa gambar diagram Yin-Yang warisan klan Hyuuga memiliki titik hitam dan putih yang begitu kontras dengan bulatan yang lebih besar. Dalam setiap cahaya yang begitu terang pun, selalu tersimpan setitik kegelapan. Demikian juga sebaliknya."

Ya. Sanada kini memahami filosofi tersebut.

"Aku tak memintamu untuk menerima Ayahmu sepenuhnya. Dalam diagram Yin-Yang tersebut, sosok ayahmu mewakili kegelapan yang begitu pekat, namun selalu ada setitik cahaya yang menunggu untuk ditemukan dan terlihat oleh orang yang tepat."

"Aku sudah menemukan titik cahaya tersebut dalam diri Ayahmu dan aku mencintainya. Karena itu pula, kau bisa terlahir ke dunia ini, Sanada."

Pelupuk mata Sanada menghangat dan tiba-tiba saja sebulir kristal bening sudah mengalir dari sudut mata, membasahi pipi hingga dagunya.

Ia merengkuh sang ibu dan memeluknya dengan erat. Hinata membalas pelukan putranya dan mengusap rambut hitam jelaga yang mengingatkan pada pria yang sangat ia cintai dan rindukan.

Adapun yang menjadi kekuatiran Sanada adalah ibunya tak akan sanggup melewati musim dingin jika terus menerus jatuh sakit seperti ini.

Jika memang sang Ayah peduli dengan mereka, setidaknya ia bisa meluangkan waktu untuk kumpul bersama keluarga mereka di masa-masa kelam tersebut.

*****

*****

Suatu hari di desa tanpa nama, menjelang akhir musim gugur dimana dedaunan mulai menguning dan meranggas nyaris semua.

Tanpa ada peringatan sebelumnya, desa tersebut dikunjungi oleh tamu istimewa.

Panji bergambar kipas merah dan putih berkibar tertiup angin tampak dari kejauhan.

Sekumpulan orang berkuda di barisan depan, beserta beberapa kereta kuda diiringi oleh barisan prajurit muncul di perbatasan desa.

Iring-iringan yang membuat para penduduk gemetar ketakutan dan bergidik ngeri karena mereka hanyalah penduduk biasa yang sama sekali tak memiliki pengalaman berperang.

Short Story Collection SH - Alternate UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang