Chapter 1 - The Newcomer

1.8K 50 1
                                    

THE NEWCOMER
 

"Ma, Noura berangkat dulu!" Teriaku di depan pintu kamar mama. Tidak ada jawaban. Kuketuk lagi untuk kesekian kali, masih juga tidak ada tanda kehidupan. Kubuka pintu itu dan aku  mendapati mama berbaring, punggungnya menghadap ke arahku. Ia tampak seperti masih terlelap, tapi aku yakin ia sudah terbangun bahkan sebelum aku bangun.

"Ma," aku mendekatinya. Ia berbalik, berhadapan denganku. "Aku mau berangkat." Pamitku lalu mencium pipinya. Ia tersenyum tipis, tatapanya masih kosong.

"Oke, hati-hati, Nour." Aku menutup pintu kamar dan seketika aku pun teringat sesuatu. Hari ini adalah anniversary pernikahan mama dan ayah. Ah, bajingan itu. Aku mendesah. Pantas saja hari ini kondisi mama seperti kembali ke masa-masa itu. Ya, tapi bagaimanapun juga kondisinya yang sekarang masih lebih baik kalau dibanding waktu itu.

"Jangan lupa sarapan, ma!" Aku segera mengambil kunci dan langsung melesat diatas motor automatic pink kesayanganku. Aku tidak ingin terlambat hari ini.

*****     *****     *****     *****     *****

Perjalanan dari rumah ke sekolah, dengan kecepatanku yang menurut Carissa (sahabatu) seperti nenek buyutnya siput, bisa memakan waktu 20 menit. Sekolahku terletak di tengah kota Jogjakarta. Sementara aku (dan mama) tinggal di pinggiran kota. Di sebuah desa yang dikelilingi banyak perkebunan, atau lebih pantas dibilang hutan karena begitu rimbunya perkebunan-perkebunan disini.

Aku masih sangat ingat, dulu aku, mama dan seorang pria yang dulunya kupanggil Ayah sering sekali berpiknik atau sekedar jalan-jalan diantara pepohonan itu. Kami bertiga begitu bahagia dan saling melengkapi seperti keluarga harmonis pada umumnya. Seperti. Dan semua itu tidak bertahan lama.

Tepatnya sekitar empat tahun lalu, saat aku sedang mempersiapkan diri untuk awal tahun SMP, semuanya mulai berubah. Ayah mulai jarang pulang dengan berbagai alasan yang kurang masuk akal, dan tatapannya pada mama yang dulunya penuh cinta itu berbeda. Mama pun mulai resah. Suasana rumah menjadi begitu dingin dan sepi sampai beberapa bulan berikutnya.

Ayah memang tidak pernah melakukan hal-hal kasar, ia tidak pernah membenci kami. Ia masih sangat menyayangiku dan sikapnya padaku tidak pernah berubah. Hanya saja, perubahan yang terjadi adalah, ia berhenti mencintai mama.

Puncaknya adalah beberapa minggu kemudian, ketika ia membawa seorang perempuan ke rumah. Saat itu aku sedang mendengarkan musik di kamar, ketika tiba-tiba ayah memanggilku dari lantai bawah dan memintaku turun.
Aku sama sekali tidak memahami apa yang sedang terjadi saat itu. Segalanya berjalan begitu cepat dan samar. Mengapa mama menangis tersedu-sedu dan terlihat begitu terluka, atau mengapa ayah terlihat begitu menyesal dan berulang-ulang mengucapkan maaf entah untuk siapa, namun ia justru menggenggam tangan wanita lain. Ya, ada seorang wanita. Aku tidak mengenal wanita itu, tapi aku tidak akan pernah melupakanya.

Aku tidak tahu harus berkata apa ketika ayah memintaku pindah, untuk tinggal bersamanya dan wanita itu. Ia bahkan memintaku untuk memanggil wanita itu 'Mama Nata'. Aku ingin muntah mendengarnya. Untuk sesaat aku tidak bisa berbicara, bergerak, atau bahkan mungkin bernapas. Aku hanya bisa menatap-dingin ayah dan wanita itu bergantian, ada ekspresi penyesalan di sana.

Wanita itu bahkan tidak secantik mama dan penampilanya pun sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda orang kaya. Aku sama sekali tidak paham kenapa ayah lebih memilihnya dari mama. Atau kenapa mama sama sekali tidak terlihat marah atau membenci ayah. Ia seolah begitu paham dan memaklumi sikap ayah, hanya saja ia tidak bisa menutupi perasaanya yang terluka. Kenapa ia begitu ... pasrah. Rasanya seperti ada sesuatu yang disembunyikan dariku.

The Curse [on hold]Where stories live. Discover now