08

67 27 29
                                    

Pagi itu matahari bersinar terang, Aksa berjalan dilingkungan sekolahnya. Melihat lapangan yang sudah terpasang panggung, ia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya.

Aksa melihat ke sekitar ruang osis. Terdapat Abel dan Haikal di sana.

"IRUU!!" teriak Abel ketika mendapati Aksa yang berjalan kearahnya.

"Yang lain mana?" Aksa mengedarkan pandangannya, mencari Sadam, dan Akay.

"Lagi ngurusin transportasi."

Aksa hanya menganggukkan kepalanya secara berulang.

"Iru, ini kaos anggota osis sih, tapi ayo pake! Soalnya kita kan kemarin ke panti bareng, Iru mau kan ikut jadi panitia di acara kali ini?"

Aksa nampak berpikir sejenak, jika ia ikut apa tidak akan menjadi masalah?

"Iru tenang aja, aku udah izin kok dan pasti diizinin, Iru kan siswa berprestasi disini orang penting hehe."

"Ya udah, gue ganti dulu." Aksa mengambil kaos itu lalu meninggalkan Abel.

Setelah kepergian Aksa, Haikal menghampiri Abel dan menyuruhnya untuk mengarahkan anak anak nanti ketika mereka sudah sampai.

Hingga tak lama kemudian, mini bus yang membawa anak anak panti bersama Sadam dan Akay pun sampai di depan sekolah.

Abel menghampiri mini bus itu, sesuai apa yang diperintahkan Haikal tadi. Sementara Haikal sendiri menunggu Aksa.

"Kakak Abel!" teriak Ala ketika turun dari mini bus tersebut. Abel yang merasa dipanggil pun menolehkan kepalanya, ia tersenyum kemudian merentangkan tangannya. Ala berlari kearah Abel lalu memeluknya.

"Kak Abel, nanti Ala main piano sambil nyanyi loh sama temen temen!" Abel terkekeh, lalu tangannya terulur untuk mengusap kepala Ala.

Anak itu penuh dengan kebahagiaan, penuh dengan kasih sayang. Ia sama seperti Abel yang tak pernah menunjukkan wajah lelahnya kepada siapapun.

Kemudian Abel menuntun anak anak untuk masuk ke area sekolah, Abel mengarahkannya ke ruang OSIS.

"Anak anak siap siap di sini ya, nanti Kakak panggil."

Anak anak menuruti apa katanya, Abel meninggalkan mereka dan hanya tersisa Aksa.

Ala menghampiri Aksa dan memeluk kakinya.

"Kakak grogi ya? Kok mukanya panik? Ala yang mau tampil malah Kakak yang grogi. Tenang aja okey Kakak pasti gak bakal ada masalah santai ajaaa lah," ucap Ala dengan senyum polosnya.

Aksa terkekeh, lalu ia sedikit menurunkan badannya agar sejajar dengan Ala.

"Sok tau banget ni bocah, Kakak gapapa Ala. Semangat ya tampil nya, tampilin yang terbaik buat Kaka oke?" Ala mengangguk, rambut halusnya menutupi matanya.

Aksa lagi lagi terkekeh, kemudian ia berkata, "Kakak izin keluar dulu, mau ambil minum buat kalian."

Setelah mengatakan itu, Aksa pun keluar dan mengambil satu box kardus berisi air cup dan memberikan kepada anak anak.

Tak lama dari itu Sadam memanggil Aksa dengan wajah panik. Aksa heran, mengapa Sadam terlihat panik?

"Kenapa?" tanya Aksa. "Lo kenapa panik gitu?"

"Lo disuruh jadi penutup acara."

"Lah? Gue cuman disuruh jadi panitia doang sama Abel." Aksa heran, pasalnya tadi Abel hanya menyuruh Aksa untuk menjadi pantia saja. Tapi sekarang ia malah disuruh untuk menjadi pembuka acara. Jelas Aksa bingung.

"Tadi Pak Ridwan bilang lo aja jadi penutup acara sekalian ngasih motivasi, pembuka nggak sama lo kok. Jadi lo cuman penutup doang."

Aksa nampak berpikir sejenak, namun setelahnya ia mengangguk. "Ya udah boleh. Jam berapa penutup acaranya?"

Semicolon;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang