05

146 102 10
                                    

Pagi di hari Senin adalah pagi yang teramat menyebalkan bagi beberapa orang, tetapi tidak dengan Aksa. Baginya, hari Senin itu hari baru untuk mencoba sesuatu yang baru, dan mempunyai semangat yang baru. Karena semangatnya di hari Minggu hampir saja hilang.

Aksa berjalan sendiri di koridor sepi. Tentu saja, karena jam baru menunjukkan pukul enam pagi ini. Saat hendak memasuki kelasnya ia dicegat oleh orang yang suka merecokinya.

"Si bisu udah dateng, mana antek-antek OSIS lo? Ngejauhin lo gara-gara lo anak haram.?"

"Sekarang sendiri gini, hahaha."

"Anak haram sih, makanya gak punya temen."

Mereka tiada hentinya merecoki Aksa dengan kata 'anak haram' yang sebenarnya Aksa sendiri tak tahu mengapa ia disebut seperti itu.

Recokan dan makian itu tak henti di lontarkan kepada Aksa hingga bel masuk pun berbunyi.

Aksa diam namun pikiran nya sedang kalut. Aksa bingung mengapa ia selalu dihina seperti itu?

Lamunan Aksa dibuyarkan oleh Akay yang mengguncang badan nya secara berulang.

"Aksa upacara anjir malah ngelamun."

Aksa menengok dan bergegas menuju lapangan, di sana sudah banyak siswa dan siswi yang berbaris dengan tertib.

Sebelum upacara berakhir ada kepala sekolah yang naik ke atas podium dan menyampaikan sebuah pengumuman.

"Pagi semuanya, maaf menganggu waktunya sebentar saya mau menyampaikan bahwa akan ada 3 orang siswa dan siswi yang akan mewakili sekolah kita untuk mengikuti lomba cerdas cermat,"

"Siswa dan siswi yang terpilih adalah Clarisa Hana, Aksara Sabiru, dan Sadam Bimantara. Bagi yang saya sebutkan namanya tadi silahkan maju kedepan."

Aksa berdecak pelan dan maju kedepan. Ia sudah tau pasti akan ada yang menghina nya.

"WOW ANAK HARAMMM."

"Keren anak haram."

"Ternyata anak haram berbakat hahaha."

Aksa hanya menundukkan kepalanya hingga upacara benar benar selesai.

Sesampainya di kelas Aksa hanya duduk dan melamun.

"Heh ngelamun bae ada Bapak noh."

Aksa hanya menengok sejenak dan mengangguk, ia mengeluarkan semua alat tulis nya dan menata nya di atas meja.

Kelas bahasa berakhir tepat di jam istirahat, kali ini Aksa membawa bekal dari rumah yang di masakan oleh sang Nenek

Aksa mengeluarkan bekal tersebut dan bergegas pergi menuju tempat favoritnya yaitu rooftop sekolah, di sana ia bisa menikmati makan siangnya dengan tenang tanpa ada gangguan dari siapapun.

Sesampainya di rooftop Aksa membuka bekal itu dan mula melahap nya.

Aksa terlihat sangat bahagia ketika memakan bekal tersebut, setelah selesai Aksa merapihkan nya dan menatap langit sejenak

"Sejelek itu ya gue dimata mereka.."

**

Saat pulang sekolah Aksa di hampiri pak Imam- kesiswaan di sekolah tersebut-

"Sore nak Aksara." Sapa Pak Imam.

"Sore Pak, ada apa ya?"

"Jadi gini nak, untuk cerdas cermat yang tadi sudah diumumkan apakah kamu bisa dan berkenan?"

"Saya ngikut gimana baiknya saja Pak."

"Alhamdulillah kalau begitu. Kamu persiapkan dari sekarang ya, bapak duluan."

"Baik pak hati hati."

Aksa kembali kerumah dan menemani sang Nenek untuk makan selesai makan aksara berpamitan untuk pergi.

Aksa pergi ke pinggir pantai dan menikmati indahnya senja ditemani sebatang rokok dan secangkir kopi yang ia beli tadi.

Ia meneteskan air matanya.

Aksa yang selalu terlihat kuat dan jarang mengeluh namun terdapat jiwa yang sudah sangat lelah akan semuanya.

Aksa hanya menyembunyikan kesedihannya ia tidak benar benar kuat ia lemah ia mudah menangis.

Aksa menghabiskan 2-3 jam di pinggir pantai, karena merasa sudah cukup larut malam ia akhirnya pulang.

Di rumah Aksa langsung menghampiri sang Nenek dan memeluknya.

"Mih Kaka capek, keluarga Aksa utuh tapi ancur. Aksa selalu dibilang anak haram sama orang orang, Aksa gakuat mih.. Aksa mau nyerah aja rasanya.."

Hati sang nenek bagai disambar petir mendengar ucapan cucu tersayang nya hancur sehancur hancurnya.

Pelukan itu semakin erat dan di temani oleh isak tangis keduanya.

"Kaka yang kuat ya? Allah lagi nguji Kaka, ayo berjuang bareng. Jangan nyerah gitu aja, Kaka hebat Kaka keren!"

Malam ini Aksa tertidur dipangkuan sang Nenek helai demi helaian rambut tak hentinya ia belai.

**

Pukul 04:00

Aksa terbangun karena sang nenek yang menepuk pundak nya.

"Ka, sholat dulu yu nanti telat loh"

Setelah selesai sholat Aksa memakai seragam dan bersiap siap untuk pergi ke sekolah.

Aksa tiba di sekolah tepat pukul 06:00 dan bergegas menuju ke kelas nya ia sangat bosan jika harus bertemu segerombolan orang yang memaki nya kemarin.

Sesampainya di kelas Aksa melihat ada beberapa siswa yang telah datang

Aksa menyimpan tas nya lalu menyusun bukunya sembari menunggu bel tiba.

Tak lama dari itu teman sebangku nya, yaitu Akay datang dan mengguncangkan lamunan Aksa.

"Aksa anjing hari ini ada ulangan harian matematika?!"

Aksa melirik sekilas dan mengangguk

"AH SIALAN! GUE GAK BELAJAR LAGI!"

Akay teramat panik, alasan apa yang harus ia beri untuk bolos dari sekolah hari ini?

Sementara Aksa hanya diam memandang heran kepadanya

10-15 menit kemudian bel benar benar berbunyi, dan disusul oleh guru matematika yang memasuki ruang kelas.

"Assalamualaikum, selamat pagi anak anak hari ini ada ulangan harian kalian bisa mencontek di lembar kerja kalian minggu kemarin silahkan keluarkan."

Seluruh murid mengeluarkan lembar kerjanya masing masing.

Dan hanya Aksa yang mejanya kosong ia sudah mencari lembar kerjanya namun tak ada dan ia baru ingat bahwa di saat lembar kerja itu di berikan ia tidak masuk sekolah.

Aksa menanyakan lembar kerjanya pada sang guru tapi nihil semua lembar kerja telah dibagikan.

Sebenarnya itu bukan masalah besar bagi Aksa, namun ia heran kenapa bisa tidak ada.

Setelah selesai mengerjakan ujian tersebut Aksa pergi keluar tak sengaja ia mendengar beberapa teman sekelasnya sedang berbicara

"Anjing lo umpetin lembar kerja si bisu pantesan dia celingak celinguk haha."

"Anak haram gak berhak sukses."

"Eh shut shut ada si bisu noh."

Aksa hanya bisa memendam amarah nya, ia tidak suka memancing keributan. Toh ulangan tadi tidak begitu sulit.

Selesai sudah jam pelajaran tersebut Aksa kembali memasuki kelas untuk mengambil hasil ulangan nya.

Nilai nya sama tetap sempurna "100"
Aksa tersenyum tipis dan menghampiri 3 teman nya itu.

"Nilai gue gak mungkin ancur cuman karna gituan, gue gak sebodoh lo pada. Lain kali kalo mau berbuat sesuatu utamakan berpikir, udah bodoh tambah bodoh."

Aksa menggulung kertas hasil ujiannya lalu melempar tepat di depan muka mereka, Aksa pergi meninggalkan mereka yang hanya terdiam tak berkutik sedikitpun.

Semicolon;Where stories live. Discover now