06

134 105 17
                                    

Semenjak kejadian beberapa hari lalu, kumpulan orang yang yang suka menganggu Aksa sudah jarang mengganggunya.

Kehidupan Aksa perlahan semakin membaik di lomba cerdas cermat kemarin pun ia berhasil meraih peringkat pertama.

Beberapa guru memberikan ucapan selamat kepadanya dan berterimakasih karena telah membanggakan sekolah.

Bagi Aksa semuanya tidak berarti jika sang Ayah masih tetap membenci nya dan sang Ibu masih tidak menyayangi nya.

Hari ini adalah hari dimana siswa dan siswi menerima raport hasil pembajaran mereka selama satu semester.

Siswa siswi lain bersama orang tua nya memasuki kelas masing masing, sangat berbeda dengan Aksa yang memasuki kelas seorang diri. Memang selalu seperti itu, dan tidak pernah berubah.

Semua siswa dan orang tuanya sudah memasuki kelas disusul oleh wali kelas Aksa yang membawa raport siswa

"Assalamualaikum. Perkenalkan saya Iren, saya selaku wali kelas siswa siswi kelas Ips 3, tanpa banyak basa-basi saya mulai dari peringkat pertama.."

Aksa hanya diam dan menatap sang guru, ia tidak peduli jika bukan namanya yang di sebut pertama.

"Sama seperti tahun sebelumnya peringkat pertama selalu didapatkan oleh Aksara Sabiru, selamat Aksara."

Aksa menoleh dan beranjak pergi dari kursinya untuk mengambil raport, namun sebelum ia beranjak dari kursinya ia mendengar celetukan salah satu wali dari temannya.

"Loh Aksara sendiri lagi? Mana orang tuanya? Anak pinter tapi gak punya orang tua."

Aksa terdiam mendengar perkataan tersebut, ia memang seperti anak yang tidak memiliki orang tua, ia selalu sendiri.

Aksa mengepalkan tangan nya lalu menjawab..

"Saya punya orang tua lengkap tapi orangng tua saya kerja, sebaiknya Ibu gak usah ikut campur tentang keluarga saya. Oh ya, asal Ibu tahu, kalo bukan karena kepintaran saya sekolah ini tidak mungkin menjadi sekolah favorit."

Setelah menjawab perkataan sang guru Aksa bergegas mengambil raport lalu meninggalkan kelas tersebut.

Sang guru yang mendengar kata tersebut hanya terdiam melihat punggung Aksa yang semakin jauh dari pandangan nya.

Aksa menuju parkiran dan langsung kembali kerumah Neneknya. Sesampainya di rumah ia langsung memeluk sang Nenek yang tengah menyapu halaman.

"Kaka kenapa sayang? Gimana raport nya?" Tanya sang Nenek.

Aksa menggeleng, ia menangis di dalam dekapan sang Nenek ia sangat lemah jika sudah berada dalam dekapan Neneknya.

"Hey malah nangis, Kaka kenapa? Ayo masuk dulu."

Aksa mengikuti langkah sang Nenek yang memasuki rumah, sesekali ia mengusap air matanya yang terus berjatuhan.

Aksa duduk di sebelah Nenek nya ia berbaring di pangkuan sang Nenek.

"Mih, kenapa mulut orang orang jahat? Apa Aksa gak berhak hidup di dunia ini?"

Nenek nya terdiam sejenak mencerna ucapan sang cucu.

"Sayang, kita gak bisa nyuruh orang lain buat baik sama kita, mereka gam bakal paham kalo gak ngerasain sendiri. Jangan dengerin omongan orang lain ya? Yang jalanin kan kamu, bukan mereka.."

Mendengar ucapan itu Aksa semakin dibanjiri air mata.

"Aksa cape Mih, Kenapa Aksa selalu dipandang rendah?"

Rambut Aksa dibelai lembut oleh sang Nenek

"Hidup memang kayak itu. Pasang dan surut itu suatu hal yang pasti. Serupa roda yang berputar, fase-fase yang akan kamu lalui itu bukan untuk membuat kamu berhenti. Tapi membuat kamu belajar banyak hal sampai kamu tiba ditempat tujuan kamu. Nikmati aja prosesnya dan jangan lupa bersyukur."

Semicolon;Where stories live. Discover now