CHAPTER 28 ; The other side

Start from the beginning
                                    

"Kenapa kau tidak membenciku?"

"Kata siapa aku tidak membencimu?"

Balasan Catherine sontak saja membuat tubuh Edward menegang.

"Dulu disaat aku terus mendapatkan mimpi itu setiap malam, rasanya aku terus membencimu lagi dan lagi" jelas Catherine yang masih mengelus tubuh Edward yang semakin menegang.

"Tapi setelah berlalunya waktu... rasanya tidak adil jika aku membencimu begitu saja. Meskipun hampir semua mimpiku memang menjadi nyata, namun hingga saat ini kau memperlakukanku begitu baik karena itu aku memutuskan untuk tidak membencimu. Rasanya seperti aku menghukum seseorang yang tidak bersalah"

Berbeda dengan Edward, Catherine sudah mengalami mimpi-mimpi itu sejak 1 tahun lalu. Sejak saat itu dia perlahan pulih dan mencoba berdamai dengan takdir, karena itu dirinya bisa lebih tenang sekarang.

"Dan... kau yang saat ini berada dipelukanku terasa berbeda dengan Edward yang ada di mimpiku. Kalian terasa seperti dua orang yang berbeda. Karena itu sulit bagiku untuk terus membencimu"

Sedangkan Edward masih terdiam. Lelaki itu kembali mengeratkan pelukannya pada Catherine, seakan gadis itu bisa hilang kapan saja.

"Jangan tinggalkan aku"

"Kau mengurungku disini dan memaksakan pernikahan. Raja bahkan tidak bisa menghentikanmu, jika begini bagaimana aku bisa pergi?"

Edward tersenyum tipis.

Benar. Meskipun ingin, Catherine tak akan bisa pergi darinya.

**

Dengan tangan Edward yang merangkul pinggangnya dengan erat, mereka akhirnya memutuskan untuk keluar dari ruang kerja dan menuju kamar tidur.

"Yang Mulia"

Begitu membuka pintu, mereka langsung disambut oleh beberapa prajurit yang tadi sempat membuat emosi Edward kembali naik.

"Kembalilah, aku dan Duke akan beristirahat" ujar Catherine, bermaksud mengabarkan bahwa semuanya sudah baik-baik saja meskipun saat ini Edward menatap mereka dengan aura gelap.

Para prajurit berseragam itu pun menunduk patuh dan segera kembali ke pos mereka.

Sedangkan Edward dan Catherine melanjutkan langkah mereka kearah kamar sang lelaki.

"Tanganmu tak sakit?" tanya Catherine.

Pasalnya tangan yang digunakan untuk merangkul pinggang Catherine merupakan tangan yang beberapa saat lalu berlumuran darah. Merasakan seberapa erat pria itu merengkuh pinggangnya membuat Catherine khawatir lukanya semakin parah.

Sedangkan Edward menggeleng. Tidak peduli akan hal yang lain, yang terpenting adalah menjaga Catherine untuk selalu tetap disisinya.

"Sepertinya aku harus mengganti gaunku terlebih dahulu" ujar Catherien sesaat sebelum mereka memasuki kamar Edward.

Bagaimana tidak? Gaun yang awalnya full broken white tersebut kini ternoadai banyak darah.

"Masuklah, aku akan memanggil pelayanmu"

Ingin menolak namun dorongan lembut pada pinggangnya terlebih dahulu ia terima.

Sikap dominan Edward yang begitu menguar membuat Catherine terkadang sama sekali tidak bisa berkutik. Karena itu ia lebih memilih menurut dan memasuki kamar terlebih dahulu.

Tak sampai 3 menit, Edward kembali dan mendapati Catherine yang duduk dengan tenang di sofanya.

"Pelayanmu sedang mengambil gaun tidur"

Catherine mengangguk dan kembali menerima Edward yang masuk kedalam pelukannya. Tak lupa lelaki itu juga mengangkat Catherine kepangkuannya.

Untuk beberapa saat hanya keheningan yang menyelimuti mereka.

Edward menyandarkan kepalanya pada bahu runcing Catherine.

Lelaki itu tenggelam dalam pemikirannya.

Niat awalnya, lelaki itu ingin sekali membuat Catherine melukainya dengan parah agar perasaan sesaknya hilang.

Namun lihatlah apa yang dilakukan gadis ini.

Catherine justru mengobati dan menenangkannya. Ia bahkan dengan tangan terbuka terus memeluk Edward. Sebenarnya dengan apa dewa menciptakan hati Catherine?

Meskipun Catherine memanglah gadis yang cerdas namun tak dapat dipungkiri gadis itu adalah makhluk paling perasa yang pernah Edward temui.

Catherine selalu bisa mengejutkannya.

"Edward... berhenti mengecupi leherku" lirih Catherine.

Menurut, lelaki itu berhenti mengecupi leher sang gadis dan beralih ke rahangnya.

"..."

**

Catherine yang kini sudah mengganti gaunnya dengan gaun satin dengan warna senada dengan pakaian tidur Edward pun kini menaiki ranjang perlahan.

Menyamakan warna pakaian tidur merupakan salah satu hal kecil yang Edward sukai, karena itu Catherine membiarkan saja saat lelaki itu mengatur pakaian tidurnya pada Siana.

Catherine menatap wajah Edward yang kini jauh lebih baik.

Aura gelap pekat pria itu seakan menguar. Dan kini yang ada dihadapannya merupakan Edward-nya yang asli.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Catherine sembari mengelus wajah pria tersebut.

Edward memejamkan matanya, meresapi segala perasaan yang diakibatkan dari sentuhan lembut jari mungil Catherine.

"Jauh lebih baik" lirihnya.

Catherine tersenyum lega.

Gadis itu pun membaringkan tubuhnya dan membiarkan Edward kembali dalam dekapannya.

"Catherine..."

"Hm?"

"Aku pernah bermimpi" lirih Edward dengan mata terpejam.

"Kau meninggalkanku...

Setiap kali mimpi itu muncul aku selalu berusaha menahanmu dengan cara apapun, namun tampaknya kau tetap akan menghilang"

Catherine mengerjapkan matanya. Apa ini yang dimaksud Edward dengan mimpi buruk yang ia alami beberapa bulan lalu?

"Lalu? Apa pada akhirnya aku benar-benar meninggalkanmu?"

Dilehernya, Catherine dapat merasakan bahwa lelaki itu menggeleng.

"Setiap kali kau akan meninggalkanku, aku memaksa diriku untuk bangun..."

Bahkan didalam mimpipun, Edward menolak takdir apapun yang membuatnya harus berpisah dengan Catherine.

***
TBC

Published, 22-07-2023

DREAM [END]Where stories live. Discover now