Part 28: Dua Jiwa

Start from the beginning
                                    

"Tapi—"

"Bener kata Princes, makan dulu sebelum pulang." Potong Bryan menatapnya membuat pemuda itu jadi tidak bisa menolak lagi.

Selanjutnya mereka duduk bersama di meja makan, seperti biasa jamuan yang dihidangkan pasti sangat banyak dan mewah, Kenzo dan keluarganya biasanya hanya makan bersama ketika malam saja karena kesibukan keluarganya, jadi jujur ia sedikit senang diajak makan bersama sekarang.

"Oiya makanan kesukaan Nak Kenzo apa? Biar lain kali Tante buatin."

Kenzo mengerjap perlahan, makanan kesukaan? Tanpa sadar ia tersenyum getir, "saya suka apa saja, tidak ada yang spesifik." Jelasnya pelan sembari mengalihkan tatapan.

Fai menatapnya sejenak, menghela napas pelan. "Ada alergi nggak?"

"Nggak Tan."

"Okey Minggu depan Tante buatin makanan spesial buat kamu." Senyumnya cerah membuat Kenzo diam-diam merasa senang karena diperhatikan, ia mengajari Princes dan Bryan setiap hari Minggu jadi bisa dibilang ia akan kesini seminggu sekali.

"Gimana tadi belajarnya, kalau Bryan susah diatur kamu bilang aja ke Om." Celetuk Kalendra membuat Bryan sampai tersedak.

"K-kok cuma aku yang dituduh!" pekiknya tak terima.

Kalendra menatapnya dengan tatapan nampak sudah lelah. "Adikmu lebih bisa dipercaya daripada kamu," balasnya membuat Princes yang mendengarnya langsung melemparkan tatapan mengejek kearah Bryan, pemuda itu hanya bisa mencebik tak bisa membantah.

Kenzo yang sudah lumayan akrab dengan keluarga ini jadi menyadari satu hal, seharusnya keluarga itu harmonis seperti ini bukan justru saling adu kompetitif dan sibuk dengan urusan masing-masing seperti keluarganya.

"Kak Bryan penurut kok Om." Jawab Kenzo pelan.

Kalendra tersenyum tipis, entah berapa kalipun ia menatap pemuda ini ia masih saja merasa jika pemuda ini benar-benar mempunyai sisi kemiripan dalam beberapa hal dengan dirinya.

"Saya senang anak-anak saya punya teman yang bisa diandalkan seperti kamu." Ucapnya tulus.

"Terimakasih, itu pujian yang berlebihan untuk saya." Balas Kenzo dengan sudut hati sebenarnya begitu senang mendengar pujiannya.

"Kamu tidak perlu terlalu sungkan dengan saya karena masalah status, di sini anggap saja saya seperti Ayah kedua kamu." Jelas Kalendra jelas tahu jika pemuda itu menahan diri dengan sangat hati-hati karena statusnya yang merupakan atasan keluarga dia.

Kenzo mengerling pelan mendengarnya, entah itu hanya sebatas basa-basi atau sungguhan tapi jujur ia merasa tenang mendengarnya. Setelah keluarganya tahu ia akan mengajar Princes dan Bryan mereka jelas begitu senang karena menganggapnya berhasil mendapatkan koneksi, mereka juga selalu memberikan peringatan keras untuknya agar menjaga sikap supaya tidak membuat Kalendra marah, sehingga ia sebisa mungkin selalu berhati-hati.

"T-terimakasih." Lirihnya sambil menyuapkan makanan ke mulutnya sengan sudut bibir terangkat samar, semua orang yang melihat hal itu diam-diam saling lempar senyuman penuh arti.

"Ini tambah lagi ayamnya." Fai dengan antusias menambah potongan ayam ke piringnya.

Bryan dan Princes yang melihatnya kemudian saling lempar kode yang hanya mereka pahami.

"Sini aku tuangin air."

"Capcainya juga enak banget, nih cobain."

Kedua bersaudara itu kemudian sangat sibuk memberikan pelayanan terbaik mereka untuk Kenzo, Kenzo yang sejak tadi menahan dirinya akhirnya bisa tertawa lepas untuk pertama kalinya membuat semua orang yang melihatnya ikut tersenyum.

***

Di mana ini?

Kenapa semuanya serba putih?

Princes berputar-putar di tempatnya dengan kebingungan, sepanjang mata memandang hanya ada warna putih membuatnya makin mengerutkan dahi.

"Bagaimana hidupmu?"

Ia terperanjat, spontan memutar kearah suara dan detik itu juga sekujur tubuhnya menegang bagai tersengat listrik. Seorang gadis yang berdiri di depannya menatapnya tanpa ekspresi, dengan rambut tergerai panjang gadis itu melangkahkan kakinya mendekatinya namun tanpa sadar ia justru bergerak mundur.

"S-siapa kamu!" pekiknya panik karena melihat wajah gadis itu.

Gadis itu justru mengerut, balik menatapnya lurus. "Bukankah kamu sudah familiar dengan wajahku ini," kekehnya menyentuh wajahnya sendiri membuatnya makin membeku di tempat.

Benar, gadis yang tiba-tiba muncul di depannya itu memiliki paras sama persis seperti wajahnya saat ini, namun ekspresi wajahnya yang dingin dan datar membuat keduanya memiliki aura yang berbeda meskipun berwajah sama.

"Sepertinya kamu hidup dengan nyaman ya," ujarnya masih tak menunjukkan ekspresi apapun.

Ia hanya bisa bergerak mundur meskipun percuma karena jarak diantara mereka seperti tidak berubah. "K-kenapa kamu bisa ada disini bukankah kamu sudah—"

"Mati?" potongnya tak lama tawanya menggelegar dengan begitu mengerikan, "ah iya juga kan sekarang tubuhku sudah menjadi milikmu." Imbuhnya memindai dirinya dari atas rambut sampai ujung kaki.

Ia menelan ludah susah payah, merasakan degup jantung yang berpacu hebat dengan darah seperti mendidih. "Bagaimana kamu bisa ada disini? Dimana kita sekarang?" tanyanya berusaha setenang mungkin.

Gadis yang merupakan Princes sesungguhnya itu memutar kepalanya ke sekeliling tempat mereka, kemudian dia menghela napas panjang seperti lelah.

"Apakah itu penting?" balasnya balik dengan datar, "kamu tidak penasaran kenapa tubuhku menjadi milikmu sekarang?" lontarnya membuat ia makin terdiam kaku di tempat.

"K-kamu tahu alasannya?" tanyanya gemetar, entah kenapa ia merasa aura gadis di depannya itu sangat menekan dan menakutkan.

Gadis itu menurunkan tatapannya, memandangnya dengan tajam. "Aku tidak akan berbicara banyak sekarang karena belum waktunya, tapi disini aku ingin memperingatimu satu hal," gadis itu tiba-tiba sudah berada di sisinya dalam sekejap mata, sebelah tangannya menyibak rambutnya ke belakang telinga dan mendekatkan bibirnya. "Hiduplah tanpa ikut campur banyak hal, jika tidak aku akan mengambil kembali apa yang menjadi milikku." Bisiknya.

Ia seperti tersihir, tidak bisa menggerakkan tubuhnya sendiri. "Jawab dulu sebenarnya apa rahasia di balik pertukaran tubuh ini! Aku harus tau!" teriaknya bercampur antara emosi dan panik.

Gadis itu justru tersenyum miring, menepuk wajahnya sesaat.

"Susah kubilang jangan ikut campur."

"HAAAH...!"

Princes terbangun dari tidurnya dengan napas memburu dan keringat bercucuran, pupil matanya membesar dengan tubuh bergetar hebat.

"Apa yang terjadi?" gumamnya tremor.

***

TBC.

PrincesWhere stories live. Discover now