BAB XVII

36 11 0
                                    

****************

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****************

Ghava dan Dino menatap aneh ke arah Zack yang terlihat murung. Sesekali laki-laki itu menghela napas berat seperti mempunyai beban yang sangat berat di pundaknya.

"Kenapa sih, Zack? Dari tadi gue perhatiin ngedesah mulu, patah hati lo?" ujar Dino.

"Ada masalah apa lagi, hah? Oh, gue tau, Zuri lagi kan? Cuman dia yang bisa buat seorang Zack uring-uringan," ungkap Ghava yang tepat sasaran. Zack mengangguk sebagai jawaban.

"Emang Zuri kenapa?" tanya Ghava mewakili Dino juga.

Zack menghela napas lelah. "Zuri ... setelah kematian Yara, dia nggak bisa ngontrol emosinya, kadang dia nangis sambil teriak-teriak, nyalahin dirinya sendiri, sering ngelamun, Zuri bahkan nggak makan seharian. Gue pusing!" curat Zack pada kedua temannya.

Mendengar perkataan Zack, Ghava dan Dino terdiam. Ghava menatap rumit ke arah meja dan Dino mengepalkan tangannya kuat.

"Zack, dia ... nggak nyentuh benda itu, kan?"

Zack menahan sesaat, laki-laki itu tiba-tiba menegakkan tubuhnya dan mengedarkan pandangan. Zack mencari keberadaan Zuri, hari ini gadis itu memaksa untuk masuk sekolah.

Tepat di sudut ruangan mata Zack menangkap satu objek, di sana ada Zuri yang duduk dengan tenang sambil memakan makanannya. Zack bernapas lega, dia beranjak diikuti Ghava dan Dino berjalan ke arah Zuri.

Zuri makan dengan pandangan datar, gadis itu tak sadar jika ketiga laki-laki itu sudah duduk di depannya. Zuri tersadar saat suara benda saling bersentuhan, gadis itu menggeser pandangannya ke arah ketiga laki-laki itu.

Matanya mendatar saat bertatapan dengan Ghava, entah mengapa dia selalu muak melihat wajah laki-laki itu. Mendengus kasar dan segera beranjak dari sana, bahkan Zack belum berkata satu katapun pada gadis itu.

"Nah, tuh kan. Zuri kayak gitu!" erang Zack frustrasi.

"Sabar man, mungkin Zuri perlu ketenangan lebih," kata Dino menenangkan, tapi di hatinya ada perasaan khawatir.

Tanpa keduanya sadar, Ghava sudah tidak ada di sana.

*****

Ghava berjalan beberapa meter dari Zuri yang berjalan di depan. Mungkin orang-orang tak akan menyadari keberadaan Zuri, karena pandangan mereka tak satupun menatap Zuri, tapi Ghava bisa melihat itu.

Namun karena itu juga, Ghava tidak bisa sembarangan mengalihkan pandangan. Ini sudah seperti pertama kali mereka bertemu, jika dialihkan sedikit saja dari gadis itu maka lenyap sudah dari pandangan.

Benar saja, baru saja Ghava mengalihkannya Zuri sudah hilang, bahkan hanya sedetik tadi!

"Sial!"

Ghava berlari dengan pandangan yang mengedar ke sana kemari. Pandangannya tiba-tiba mengarah pada lorong pendek di mana ada tangga menuju rooftop, Ghava tertarik untuk ke atas.

Hemlock Water DropwortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang