Si triplet sendiri sejak kedatangan keluarga Adijaya memilih untuk diam, mereka duduk dengan tenang dan mendengarkan, tidak mau mengganggu obrolan. Mereka melihat adik mereka terlihat dekat dengan keluarga Adijaya jaya dan terlihat senang dengan kunjungan mereka jadi si kembar juga ikut senang jika Vallen senang.

"Kami titip Vallen ya, hubungi kami jika ada apa." Ucap Bima.

"Baik."

Raga mengantar ketiganya sampai ke pintu sedangkan Arga dan Gara menghampiri ranjang Vallen.

"Sudah lebih baik?"

"Iya, Kak."

Arga mengelus pelan kepala adiknya. Awalnya Vallen merasa canggung diperlakukan seperti itu tapi tidak dapat dipungkiri ia merasa senang. Inilah yang selama ini Vallen cari. Perhatian dan kehangatan seorang Kakak yang tidak ia dapatkan di keluarganya yang dulu. Jadi Vallen akhirnya membiasakan diri dan merasa nyaman.

"Kak, Lusa, Vallen bisa ikut seleksi akhir kan?

"Masih belum menyerah, hm?

"Tidak, jangan bilang Vallen keras kepala, ini namanya gigih dan pantang menyerah."

"Oke oke, nanti kita tanya dokter dulu."

Ucapan Deon memang benar, menurut si kembar memang Vallen terlihat lebih manis memakai kacamata, mereka semakin menyukai Vallen. Tapi bukan berarti mereka senang dengan kondisi mata Vallen yang terluka yang mengharuskannya memakai kacamata. Jika bisa, mereka lebih suka Vallen tidak memakai kacamata asalkan adik mereka baik-baik saja.

Dokter datang untuk memeriksa keadaan Vallen.

"Apakah anda bisa melihat dengan jelas?"

"Bisa."

"Bisa melihat huruf yang ini?"

Dokter menunjuk huruf-huruf yang biasanya dipakai untuk mengecek tingkat ketajaman mata seseorang. Dokter juga menanyakan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan kondisi pasiennya. Vallen dengan kooperatif menjawab semua pertanyaan dokter dengan jelas dan jujur.

"Setelah hasil pemeriksaan, tidak ada masalah, lensanya cocok dan pas dengan kondisi pasien jadi tidak perlu ada perubahan lensa. Tapi saya menyarankan pasien untuk memiliki lebih dari satu kacamata. Karena dengan kondisi pasien, kacamata merupakan hal yang sangat penting dan tidak boleh tertinggal. Jadi saya menyarankan pasien memiliki kacamata cadangan dan ada baiknya juga jika keluar membawanya. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan."

Si kembar menganggukkan kepalanya, mereka memang sudah berpikir untuk membelikan lebih kacamata untuk sang adik. Jika perlu masing-masing dari mereka berencana membawa kacamata cadangan untuk Vallen.

"Dok, lusa ada seleksi akhir perlombaan. Apakah Vallen bisa ikut?"

"Apakah tidak bisa ditunda?"

"Tidak."

"Apakah anda masih merasa pusing?"

"Hanya sedikit."

"Bagaimana lukanya?"

"Masih terasa sedikit nyeri."

"Apakah anda sangat ingin mengikuti lomba tersebut?"

"Iya, dok, Vallen sudah belajar dengan giat dan tidak ingin kerja keras Vallen berakhir sia-sia."

"Apakah anda yakin dan mampu dengan kondisi sekarang?"

"Vallen yakin bisa dan mampu."

"Jika anda bersikeras, saya tidak bisa melarang. Tapi anda tahu betul dengan kondisi anda sendiri. Saran saya jika nantinya anda merasa tidak nyaman, anda tidak boleh memaksakan diri. Sebagai dokter saya ingin anda berjanji."

"Baik, Vallen berjanji."

"Oke, anda perlu memulihkan diri dengan istirahat yang cukup dan makan-makanan yang bergizi. Dan lusa kondisi anda akan jauh lebih baik."

"Baik, dok."

"Kalau begitu saya permisi, saya akan datang lagi kemari nanti."

Vallen menghela napas lega setelah mendapat ijin dari dokter.

"Ingat janjimu. Jangan memaksakan diri."

"Baik, Kak Gara."

"Karena sudah berjanji, sekarang waktunya makan lalu minum obat" ucap Raga sembari membawa makanan untuk sang adik.

Vallen dengan patuh menerima makanan yang diberikan kakaknya.

"Perlu Kak Arga suapi?"

"Tidak perlu, Vallen bisa sendiri."

Setiap mengunyah, Vallen masih merasakan nyeri dari pelipis kirinya.

Si kembar tentu saja memperhatikan reaksi Vallen dan mereka juga bisa menebaknya.

"Makan perlahan, tidak perlu terburu-buru."

"Em," jawab Vallen yang masih mengunyah pelan makanannya.

Ketiganya duduk mengelilingi ranjang sang adik, Vallen mulai terbiasa dengan ketiga kakak barunya yang suka melihat ke arahnya secara bersamaan. Sekarang ia sudah bisa tenang dan merasa nyaman jika bersama si triplet. Vallen sangat senang memiliki kakak seperti mereka. Vallen akan mencoba membuka kembali hatinya perlahan untuk menerima mereka. Ia berharap kali ini tidak akan lagi di kecewakan.


Inay Up nih,
Seneng ngga? Senenglah.

Kasih komentar kalian donk😁

Dan untuk Luhan, nanti dulu ya up-nya 🤭


17 Juli 2023

Another Cannon FodderWhere stories live. Discover now