Bab 14 Layani Aku

201 7 0
                                    

Bab 14 Layani aku

🍁🍁🍁🍁🍁

"Kesepakatan apa?"

"Kamu harus melayaniku!" Devan sudah mulai tidak menggunakan kata formal lagi.

Sarah seketika berdiri dengan berkacak pinggang.

"Kamu pikir aku perempuan....?"

"Sabar, Ra! Kamu pikir melayani apa, sih?"

"Memangnya apa?"

"Makanya jangan berpikiran buruk, dong!"

Sarah sudah memutar bola matanya jengah.

"Kamu buatkan makan malam sana, aku lapar!"

"Astaga, si bos merengek seperti anak kecil. Tapi saya harus pulang, Pak."

"Pulang ke kos? Ini jam berapa? Diluar masih hujan lebat. Kamu nginep sini aja, tuh ada kamar kosong?"

"Hah, Gimana saya percaya Pak Devan nggak ngapa-ngapain saya?"

"Kunci saja dari dalam, itu kamar untuk ayah dan ibu saya kalau bulan depan pulang."

"Memangnya mereka dimana?"

"Masih di luar negeri."

"Oh."

Pada akhirnya Sarah terpaksa menginap di apartemen bosnya setelah selesai memasak makanan yang diminta.

*****

Selepas Subuh, Sarah pamit ke kos karena harus segera ke hotel untuk jadwal shift pagi. Namun Devan memaksa mengantarnya ke kos karena sejalan dengan ke hotel untuk melanjutkan rapat kerja hari kedua. Mau tak mau Sarah menyetujui daripada lelah berdebat.

Sampai di kos, Sarah segera berganti pakaian dan bersiap mencari ojol. Tampak mobil Devan ternyata masih terparkir di tempat dia diturunkan, hingga membuatnya dipaksa ikut semobil menuju hotel.

Sepanjang perjalanan hanya obrolan tentang persiapan terjun ke lapangan minggu depan. Sarah mendengarkan dengan sungguh-sungguh penjelasan bosnya. Terlihat sekarang mereka lebih akrab. Lebih tepatnya, Sarah merasa seperti memiliki kakak laki-laki sekarang.

"Alhamdulillah, sampai juga," seru Sarah dengan semangatnya.

"Langsung kerja?" ujar Devan.

"Iya, terima kasih banyak tumpangannya, Pak."

Belum menjawab Sarah, Devan memicingkan mata ke arah mobil yang tak jauh terparkir di barisan seberangnya.

Terlihat pasangan yang membawa satu balita keluar dari mobil.

"Ra, itu bukannya Pak Mahesa?"

"Hah, mana?"

Telunjuk Devan mengarah pada obyek membuat Sarah mengarahkan matanya.

Dia terlonjak menyaksikan kedekatan laki-laki yang baru saja mengajak berhubungan kembali sekarang sedang bersama perempuan bernama Amira.

"Al, tunggu dulu!"

"Ada apa?"

Terlihat Amira mengalungkan kedua tangannya ke leher Alfian untuk membetulkan dasinya. Kentara sekali Amira melakukannya seperti pada pasangannya.

"Astaga, mesra gitu, Ra!" Ucapan Devan justru semakin menambah panas dan sesak dada Sarah.

Kedua telapak tangannya terkepal sempurna.

"Sabar, Ra! Jangan gegabah. Astaghfirullah."

Sarah tak sanggup berkata-kata membalas ucapan bosnya. Hanya saja matanya kini terlihat berembun.

Dosen Itu MantankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang