Asha mengendus telapak tangannya sendiri, kemudian berdigik "Masih bau"

Dia segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Memakan waktu beberapa menit, akhirnya Asha keluar dari kamar mandi dengan mengenakan bathrobe nya. Lalu segera bersiap menuju meja makan.

"Makan yang banyak, sayang" Liana meletakkan sepiring makanan di hadapan putrinya lalu menuangkan susu.

Asha menganggukkan kepalanya "Terimakasih, mommy cantik" wanita paruh baya itu membalas dengan senyum hangat miliknya.

Keluarga itu mulai menikmati sarapan mereka. Asha memakan makanannya dengan lesu, ia masih memikirkan kejadian tadi. Dia tidak khawatir jika dirinya harus terluka bahkan mati sekalipun, ia hanya takut jika orang itu akan melibatkan atau bahkan menyakiti orang-orang terdekatnya.

"Daddy sudah menyuruh para maid untuk membersihkan seluruh kamar mu, dan menyemprotkan obat anti serangga di setiap sudut, honey. Jika ada kecoa atau serangga semacamnya lagi, semprot saja dengan obatnya" ujar Marcell seakan menebak isi pikiran putrinya.

"Aku mengerti. Terimakasih, Dad" jawab Asha tersenyum manis. Padahal bukan itu yang ia cemaskan, pikirnya.

"Anything for you, sweetie"

•••

"Kamu sedang apa, sayang?"

"Berbaring." jawab Asha singkat pada seseorang di balik telepon genggamnya.

"Mengapa lesu sekali? Something happened?"

Asha menghela napasnya. Haruskah dia memberi tahu Zerga?

Asha menggigit ujung kukunya, "Bolehkah aku mengatakan sesuatu?"

"Sure, baby."

"Apa yang terjadi? Apa semua baik-baik saja?" tanya Zerga beruntun. Suara pria itu terdengar cemas.

"Tadi pagi aku menemukan kotak yang tergeletak di depan pintu balkon, aku kira milik seseorang. Tapi kotak itu sedikit aneh,"

"Aneh?"

"Isinya bangkai tikus, darahnya masih berceceran di dalam kotak itu. Dan ada tulisan disana."

"Tulisan?"

Asha menggangguk, "Hm 'you will die' ".

Asha mengerutkan dahinya saat tak mendapati jawaban dari Zerga. Dia menatap ke arah layar ponselnya memastikan sambungan telepon nya belum terputus.

"Zerga? Kamu masih disana?"

"I'm here,"

"Kamu tidak perlu cemas sayang, aku akan segera menyelidikinya. Tidak akan ada yang bisa menyakiti mu"

"Aku tahu. Aku hanya mencemaskan kalau-kalau keluargaku yang akan menjadi sasaran nya"

"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Semua akan baik-baik saja, believe me."

"Ya, semoga saja. Kalau begitu, aku akan menutup telepon nya"

"Baiklah, sayang. Tetap di dalam mansion. Jangan membiarkan orang asing masuk. Jangan pergi tanpa seizinku. Jika perlu sesuatu hubungi aku saja, mengerti?"

Possessive Male AntagonistWhere stories live. Discover now