Gavin menemukannya.

Langkah cowok itu mendekat dengan cepat. Dia berjongkok di depan Bella dan terlihat sangat kaget melihat kondisi cewek itu.

"Apa yang terjadi?"

Bella tak menjawab, dia hanya terisak.

Gavin mengedarkan pandangannya lalu ia mendapati gerak sosok yang berlari menjauh itu. Rahanya mengeras, ia hendak bangkit menyusul, tapi dengan cepat Bella menahan tangannya.

"Vin ...," ucap Bella dengan lirih. Matanya menatap nanar yang membuat rahang Gavin semakin mengeras.

"Sakit...," ucapannya yang mampu membuat siapa pun yang melihat itu akan memunyahkan semua rasa ibanya.

Gavin merengkuh tubuh Bella ke dalam dekapannya. Memeluknya dengan erat serta usapan pada punggung Bella.

"Me-mereka tiba-tiba na-narik gue ... mereka mu-kul. Ta-tadi ada yang no-nolong, da-n me-mereka ka-bur...."

"Iya, lo sekarang aman sama gue. Mereka nggak bakal ganggu lagi."

Bella mengangguk di sela isakannya.

oOo

Gavin melihat jam tangannya, wajahnya terlihat tidak santai. Bella sudah terlalu lama pergi. Ia mulai memikirkan apakah ada sesuatu buruk yang terjadi pada cewek itu.

Gavin bangkit, dirinya tidak bisa hanya sekedar menunggu lagi. Gavin harus memastikan keadaan dia. Gavin yang membawa dia ke sini, jadi sepenuhnya dia adalah tanggung jawab Gavin.

"Mbak, bisa tolong cek-kin temen saya di dalem, takutnya kenapa-kenapa, soalnya dia belum kembali dari tadi," ucap Gavin mencegat seorang wanita yang hendak pergi ke toilet.

Wanita itu mengangguk dan tak lama kemudian dia menyembulkan kepalanya dari pintu. "Mas, nggak ada siapa-siapa di sini, kosong. Saya udah cek biliknya satu-satu."

"Kosong?" Gavin terkaget. Perasaan tidak enak langsung menjalar di dadanya, diikuti pikiran-pikiran negatif yang kini membayangi otaknya. Gavib segera mengambil langkah cepat.

"Mbak, liat cewek tinggi pake cardigan rajut putih?" tanya Gavin pada pegawai di tempat makan itu.

"Oh tadi dia keluar Mas."

Kepanikan membuat Gavin tak memikirkan alasan Bella keluar tanpa memberitahunya. Gavin segera berlari. Pandangannya mengedar ke sana-ke mari. Bella cukup mencolok, jadi seharusnya dia mudah untuk ditemukan, tapi di sini nihil.

"Pak, liat cewek tinggi pake cardigan rajut putih?"

"Oh ada, tadi Mbaknya ke arah luar mas, mungkin ke arah basement."

"Makasih, Pak."

Gavin kembali memacu kakinya, beberapa nyaris bertabrakan dengan orang lain karena untuk malam minggu pengunjung sudah pastinya ramai.

"Bella!"

Gavin memanggil namanya. Suaranya menggema di antara jajaran kendaraan yang terparkir.

"Mabella!" Gavin terlihat nyaris frustrasi begitu tak melihat tanda-tanda dari gadisnya itu. Rasa panik dalam dadanya semakin bergemuruh dengan keras. Ia benar-benar takut sesuatu yang buruk terjadi pada Bella.

Gavin mendengar keributan kecil, ia langsung mengikuti sumbernya yang mana ternyata mengarah pada lorong sepi yang punya penerangan minim.

"Bell!" Gavin memekik kencang begitu melihat sosok yang ia kenali itu tengah terduduk pada lantai. Ia segera menghampiri dan nyaris menyuarakan umpatan begitu melihat kondisinya. Ia lega bisa menemukan Bella, tapi tidak terima dengan keadaan dia yang seperti ini.

Pacaran [TAMAT]Where stories live. Discover now