19. Tak Dibenarkan Memutuskan

Magsimula sa umpisa
                                    

Jeli dengan pakaian santainya, menyambut Alan dengan riang seperti biasa. Cerahnya senyum gadis itu mungkin hampir sama dengan sinar matahari pagi ini.

"Wangi banget?" ungkap gadis itu setelah tak sengaja menghirup aroma tubuh Alan yang menyeruak masuk ke indra penciumannya.

"Gue emang wangi."

Melihat raut wajah Alan yang tiba-tiba jadi super duper menyebalkan, Jeli mencibir. "Jelek."

"Muka lo. Narsis banget jelek. Ketularan Marvel nih pasti," lanjutnya.

Alan terkekeh kecil. Entah, dia hanya bingung mau merespon bagaimana. Kalau diam saja, sudah tentu salah di mata Jeli.

"Dih? Ketawa? Cakep lo begitu?"

Dikata demikian, tawa Alan lepas mengudara tanpa beban. Tangannya terulur untuk membenarkan penjepit rambut Jeli yang terpasang tampak kurang rapi. Senyum tipisnya setelah itu tak bisa Alan hilangkan.

Baginya, nada bicara Jeli mengundang tawa. Mungkin juga karena suasana hatinya yang cukup bagus.

"NAH MULAI, MULAI..."

"Alan mode ramah gini biasanya malem. Pagi kan jadwal lo jadi kulkas. Kenapa tiba-tiba banyak senyum sampe ketawa, nih? Curiga lo kerasukan setan pohon kelengkeng punya Bunda di depan," tuduh Jeli.

"Lucu."

Dengan bangga Jeli mengibaskan rambut panjangnya ke belakang. "Gue emang lucu."

Yang laki-laki menaikkan satu alis. "Siapa yang bilang lo lucu? Gue lagi muji jepit rambut lo itu."

Lagi-lagi ia tertawa karena sukses membuat Jeli kesal pagi ini. Dilihatnya gadis itu mendengus sebal.

"Kalo jepit rambutnya nggak dipake di gue, nggak keliatan lucu! Itu jadi lucu karena gue yang pake!" ketus Jeli.

Gadis itu lalu mempersilakan Alan masuk dan menunggu di ruang tamu, sementara dirinya menuju kamarnya lagi untuk mengambil sepatu yang belum sempat ia pakai.

"Duduk dulu, perlu gue siapin minum nggak?"

"Nggak usah."

Setelah memastikan Alan mendudukkan diri di sofa ruang tamu, Jeli berlalu naik ke lantai dua dimana kamarnya berada.

Gadis itu mengambil ikat rambut berbulu dan memakaikannya di pergelangan tangan.

Ketika sukses mengikat tali sepatunya dengan sempurna, notifikasi pesan masuk muncul di ponselnya.

Bundaa💕
| Jangan lupa ingetin Gigi sama jadwal les dia hari ini ya Kak. Dua kali pertemuan terakhir sudah dia lewatkan.
| Bilang pada adik kamu, harus bisa menghargai guru les dia. Jangan seenaknya kalau mau bertindak.

Kenapa nggak bilang langsung ke Gigi? |

Bundaa💕
| Nomor Gigi tidak aktif.
| Belakangan ini dia mulai berani menentang Bunda. Padahal Bunda cuma memberi arahan pada kalian. Sekarang, Bunda tidak ada waktu untuk bicara lebih banyak pada adikmu.
| Bunda juga mau kamu terus ikut apa kata Ayah, Kak. Kenapa kamu menolak kuliah di Yogya? Ayah sudah banyak menyiapkan semuanya untuk kamu.

Kenapa? Aku berhak ngambil keputusan buat diri aku sendiri, Bun |
Selama ini, aku cuma pernah nggak ikut kata Ayah sama Bunda itu sekali. Waktu aku lebih milih IPS daripada IPA |
Baru sekali, Bun. Kenapa rasanya sesusah itu buat aku milih semuanya terserah aku? |

Bundaa💕
| Semuanya justru berawal dari sana! Yang kamu lakukan itu, membuat Gigi seolah sedang memindai situasi yang dia lihat, Kak. Kamu menentang Ayah dengan beraninya, dan Gigi mungkin berpikir dia bisa menentang kami lebih dari yang kamu lakukan.

8 LETTERS | Chenle-NingningTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon