CHAPTER 25 ; The truth untold

Mulai dari awal
                                    

Karena sedari awal Horion memanglah pihak yang meminta negosiasi dan bertemu, jadil disinilah dia, menghampiri manor Emeric sesaat setelah ia mendapatkan surat dari Edward bahwa Horion dipersilahkan datang ke Emeric untuk diskusi.

Horion tahu, diskusi dengan Edward tidak akan mudah, apalagi menyangkut Catherine. Ini akan menjadi hari yang panjang.

"Pernikahan akan tetap dilaksanakan di istana, jika kalian sanggup menyiapkannya dalam waktu 2 minggu" ujar Edward, final.

"Mengapa begitu terburu-buru? Catherine sudah membatalkan perjanjiannya denganku kan? Dia tidak akan pergi kemana-mana" kilah Horion.

Edward tahu, tapi lelaki itu tak ingin mengambil resiko. Semakin cepat Catherine sepenuhnya menjadi miliknya, semakin baik.

"2 minggu atau tidak sama sekali"

Horion menghembuskan nafasnya. Lelaki ini setergila-gila itukah?

"Baiklah-baiklah, perintahkan ajudanmu untuk mengirimkan segala konsep pernikahan yang kalian inginkan" Ujar Horion yang bersikeras untuk melakukan pemberkatan pernikahan di istana. Karena ia begitu menjunjung tinggi peraturan tradisional kerajaan, bahwa seluruh anggota inti kerajaan wajib mengadakan pemberkatan pernikahan di Istana.

**

Setelah perbincangan alotnya dengan Edward, kini Horion pun keluar dari ruang kerja pria tersebut.

Sekarang adalah saatnya dia menemui Catherine yang telah berada di ruang perjamuan.

Jika kalian bertanya-tanya mengapa Edward tak ikut serta? Jawabannya adalah karena Catherine memintanya.

Seperti biasa, Horion dan Catherine selalu meminta ruang untuk pembicaraan pribadi mereka.

Meskipun pada awalnya Edward ragu karena bisa saja Raja dan Catherine merencanakan hal tak terduga lainnya, namun Catherine berhasil meyakinkan pria itu dan berjanji tidak akan berusaha pergi lagi dari Emeric.

"Selamat Sore, Yang Mulia" sapa Catherine begitu Horion memasuki ruang perjamuan bernuansa biru laut tersebut.

Setelah beberapa pelayan yang tadinya melayani Catherine itu pergi dan menutup pintunya, Horion pun berjalan mendekat kearah Catherine dan memeluk gadis yang sudah ia anggap sebagai anaknya tersebut.

"Apa kau baik-baik saja? Edward tidak melukaimu kan?" tanya Horion, memastikan.

Catherine menggeleng dan mengurai pelukannya dengan Raja.

"Dia tidak menyakitiku, namun hampir memenggal Abigail" ujar Catherine.

Tak menunjukan raut wajah tertarik, Horion pun mendudukan dirinya di sebrang Catherine.

"Untuk yang satu itu aku tak peduli, selagi kau baik-baik saja maka tak ada yang perlu dikhawatirkan" jawab Horion.

Dan Catherine hanya menghela nafasnya, kecewa karena seakan hanya dirinya yang peduli pada Abigail. Padahal disisi lain, sungguh gadis itu tak melakukan kesalahan apapun. Semua ini murni karena keteledorannya menyebut nama Abigail dihadapan Edward. Memikirkannya sungguh membuat Catherine kembali dihinggapi rasa bersalah.

"Jadi, mengenai perjanjian itu, itu sudah dalam proses pembatalan. Kini keluarga Emeric kembali ke peraturan awal. Mereka tak boleh menikahi rakyat biasa" jelas Horion, menuntun pembicaraan kearah serius.

Gadis dengan gaun sabrina itu terdiam sesaat sebelum akhirnya kembali menatap mata Horion.

"Jadi hanya itu? Usahaku selama ini tak menghasilkan apapun ya?" lirih Catherine.

DREAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang