00. Prólogo

106 19 22
                                    

Altalas Vaderwez Darlain merupakan salah satu detektif polisi muda yang menjadi ketua divisi 1 di daerah Gladius. Ia bertugas untuk menjaga keamanan daerah Gladius, namun suatu hari di tengah Gahana terdengar suara teriakan histeris dari orang-orang sekitar.

Altalas yang memang orang yang bersemangat tapi tenang pun langsung menuju ke sana. Kebetulan sekali Altalas sedang berjalan-jalan di daerah Gahana yang berada di samping daerah Gladius.

Saat Altalas sampai di sana, ia sedikit dikejutkan dengan sebuah mayat yang di gantung terbalik dengan kaki yang terlihat dikuliti dan leher yang di sayat hingga darah nya menetes.

"Pantas saja mereka berteriak," gumam Altalas.

"Yah, itu sedikit nakutin sih tapi aku gak takut," sela Eltelas.

Eltelas Vaderwez Derlein merupakan saudara kembar Altalas lebih tepatnya ia adalah kakak dari Altalas. Tidak diragukan lagi kekuatan saudara nya itu kuat melebihi dirinya. Namun, posisi Eltelas hanya sebagai wakil divisi satu.

Kenapa Eltelas tidak menjadi ketua?

Karena Eltelas tidak menginginkan itu, ia selalu mengeluh atas segalanya dan selalu bercanda di situasi yang tidak tepat. Eltelas selalu mendukung sang adik untuk menjadi ketua, lagi pula kecerdasan Altalas itu melebihinya dirinya.

"Kak El?"

"Sepertinya kita tidak bisa menyelamatkan nya," ucap Eltelas.

"Ya, tidak mungkin jika situasinya seperti ini."

Altalas berjalan mendekati mayat itu, benar-benar menyakitkan pikir Altalas.

"Semuanya tolong mundur, kami akan mengecek TKP!" teriak Eltelas.

Setelah semuanya selesai, para polisi dan ambulance pun sudah sampai disana. Siang hari di daerah Gahana kali ini penuh dengan warna merah darah, bau amis begitu mendominasi di tengah teriknya matahari.

***

Altalas berada di ruang otopsi dengan Eltelas dan dokter yang menangani mayat itu.

"Luka ini terlalu tipis dan dalam, bagaimana orang bisa membunuh dengan cara yang mengerikan seperti ini?" kata dokter Reyyan Jhandroper - ahli foreksik/dokter forensik - sambil memperlihatkan leher korban.

Memang luka itu terlihat tipis namun sangat dalam, dokter Reyyan sempat berfikir alat apa yang di gunakan sang pelaku namun sepertinya sulit. Karena jika pisau atau kapak lukanya pasti akan lebih besar dari ini.

"Mungkin dia memakai benang yang dilapisi pecahan kaca?" tebak Eltelas membuat Altalas kembali berpikir.

"Itu tidak mungkin," pikir Altalas.

"Karena ini bukan hanya luka gores yang tipis, tapi lupa dalam yang tipis," pikir Altalas.

"Sepertinya bukan," jawab Altalas yang akhirnya membuka suara.

"Pembunuh ini memakai sebuah alat yang orang pikir tidak bisa untuk membunuh. Sebuah alat yang hanya digunakan untuk membuat sayatan kecil, sebuah alat yang kecil dan tajam, Bisturi," ucap Altalas.

"Bisturi?" tanya Eltelas.

"Iya," jawab Altalas.

"Apa itu?"

"Sesuai dengan apa yang dikatakan tuan Altalas. Bisturi adalah pisau medis yang digunakan untuk membuat sayatan kecil di kulit. Tapi bagaimana bisa pisau bedah itu membunuh orang?" jelas dokter Reyyan.

SignWhere stories live. Discover now