Bab 25. Let it go

4 0 0
                                    

Memasuki hari ketiga masa skors yang Lovina jalani dia coba hubungi Jehan lagi, karena sejak kemarin Jehan masih belum berhasil dihubungi, tapi hari ini terdengar suara sahutan di ujung telepon

"Halo?" jawan Jehan

"Hai.. gimana kabar kamu?"

"Hmm yah begini lah.." jawab Jehan dengan suara serak khas bangun tidur

"Kamu baru bangun tidur? udah siang loh ini"

"Memangnya apa yang bisa dilakuin sama pengangguran kalau nggak bangun siang?"

Lovina terperanjat mengapa Jehan mengucapkan kalau dia sekarang seorang pengangguran, apakah dia juga sama di skors dari perusahaan atau bahkan dia dikeluarkan.

Untuk karyawan biasa seperti Lovina mungkin jika harus sampai dikeluarkan tentu saja bisa dipahami, tapi kalau sekelas Jehan rasanya tidak mungkin karena dia salah satu direktur di perusahaan.

"Apa maksudnya ucapan kamu tadi?"

Tidak ada jawaban hanya terdengar suara tawa ringan sebagai jawaban.

"Kamu dimana sekarang?" lanjut tanya Lovina lagi

"Di Apartemen"

"Boleh aku datang?"

"Boleh, kesini saja" jawab Jehan ringan terdengar tidak sesemangat biasanya, Lovina mulai berpikir apa yang sedang terjadi dengan Jehan.

.

Siang itu Lovina bersiap berangkat menuju ke apartemen Jehan, saat berjalan keluar dari gerbang kontrakan, Revano sudah berdiri disitu seperti sedang menunggu Lovina untuk keluar, tentu saja Lovina terkejut dan masih trauma dengan apa yang terjadi tempo hari.

Lovina berusaha menghindarinya, tatapan dingin dari Revano membuat Lovina tak nyaman

"Tunggu Lovina, kita harus bicara"

"Apalagi yang perlu kita bicarakan, semua sudah selesai tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan" jawab Lovina sambil berusaha berlalu menghindar dari hadangan Revano

"Tunggu Vin aku pengen bicara baik-baik" ujar Revano sambil menarik tangan Lovina dengan lembut.

Lovina terdiam, dia berpikir mungkin memang sebaiknya mereka menyelesaikan masalah dengan baik-baik, diajaknya revano ke taman tak jauh dari kontrakan.

"Kamu masih takut sama aku, sampai nggak mau deket-deket?"

Lovina sedikit menjaga jarak beberapa langkah dari Revano

"Ya aku masih belum bisa bersikap biasa di dekat kamu"

"Aku minta maaf kalau sikap aku bikin kamu ketakutan kemarin, aku sudah berpikir dan merenung, aku akui memang apa yang kemarin aku lakukan salah"

Lovina tertegun dengan pernyataan Revano, dia coba raih tangan Lovina namun Lovina menarik diri.

"Maaf Van aku masih nggak ngerti apa sebenarnya yang kamu inginkan?"

"Aku cuma pengen minta maaf dan pengen kita kaya dulu lagi"

Lovina menggeleng tanpa mengucapkan sepatah katapun, bagaimana bisa Revano berpikiran mereka kembali bersama setelah kekacauan yang dia lakukan.

"Rasanya kemarin sudah jelas kalau kita sepakat untuk membatalkan pernikahan kita, dan kita juga tidak akan berhubungan lagi"

"Vin semudah itukah kamu melupakan hubungan kita?"

Four Is Too MuchWhere stories live. Discover now