17. Temen Boleh Peduli?

12.3K 3K 1.3K
                                    

iya iya doubleee, rame bener dm





17. Temen Boleh Peduli?












Motor Abel masuk ke dalam pom bensin, ia berhenti tepat di antrian orang-orang. Merogoh saku celananya untuk menyiapkan dompet karena tidak tahu bensinya menipis. Biasanya selalu persiapan dari rumah.

"Isi bensin bentar," Abel menoleh sekilas.

Sampai tiba-tiba Rose turun dari motor membuat cowok itu menoleh sambil menegakkan badan. "Mau kemana??" tanyanya.

"Ke Indomaret," jawab Rose terus melangkah menghampiri minimarket di dalam pom bensin.

Abel yang sedang mengantri melipat kedua tangannya sambil terus memperhatikkan cewek itu. Terlihat dari kaca sedang berdiri di depan freezer mencari sesuatu.

Abel mendorong motornya dengan kedua kaki saat gilirannya datang, ia turun dari motor tapi masih memandang ke arah minimarket karena Rose keluar tanpa membawa apa-apa membuatnya menaikan alis.

"Ngapain tadi?" tanya Abel.

Rose cuma geleng-geleng kepala. Matanya masih terlihat sembap dan kedua pipinya makin mengembang. Ikat rambut yang biasa tinggi udah turun ke bawah dengan beberapa helai yang berantakan.

Setelah isi bensin Rose naik lagi ke atas motor, Abel yang sedang menyalakan mesin melirik ke arah spion. Melihat Rose seperti sedang menahan tangis karena matanya berkaca-kaca.

Abel dengan cekatan menoleh. "Kenapa?" tanyanya.

Rose cuma menggeleng, tapi kemudian menatap jalanan dengan air mata menetes. Bibirnya mulai bergetar menahan tangis membuat Abel risau sendiri.

"Rose," panggilnya. Memiringkan wajah agar Rose menatapnya.

"Mochinya abis," katanya dengan suara tercekat. Cewek itu mengucek matanya sambil terisak. "Mba nya ditanyaiin jutek banget."

"Jangan dikucek ah," Abel menurunkan tangan Rose. "Dijutekin gimana?"

Ini mood Rose emang lagi berantakan, paham Abel, makanya sensitif banget sama hal-hal kecil. Disenggol dikit pasti langsung sakit hati.

"Cuma nanya ada stok mochi nggak terus dijawab, kan bisa diliat sendiri di situ ada apa enggak, terus gue bilang kosong, dia jawab kenapa nanya kalo udah tau?" jelas Rose dengan nada tersakiti.

"Akhirnya nggak beli apa-apa?"

Rose mengusap hidungnya sambil menggeleng.

"Nggak papa, wajar nanya. Dah ah nangisnya, tar kita cari ke minimarket lain," Abel mengusap pipi Rose dengan punggung tangannya. Tapi cewek itu belum berhenti menangis ditambah mengingat lagi kejadian menabrak kucing.

Abel diam sebentar, lalu menghadap depan dan menunggu. Paling nggak bisa liat orang nangis, takut ikut nangis soalnya dia gampang terharu.

Selang beberapa menit suasana hening, Abel menoleh untuk memastikan. Menatap Rose sudah tidak menangis lagi jadi ia melemparkan senyum kepada cewek itu. "Udah siap nyari mochi?"

"Nggak usah nggak papa,"

"Cari lah,"

"Pulang aja,"

"Kata gue pamerin ke mba nya yang jutek tadi, nih Mba lo liat warung sebelah lebih lengkap dari punya lo. Dapet nih gue mochinya, dapet. Biar apa lo jutekin pembeli? Hah?"

Rose menahan senyum.

Rose tau sejak tadi Abel berusaha membuatnya tidak merasa bersalah karena menabrak kucing dan membuatnya tidak malu sudah menangis karena hal sekecil dijutekin orang.

My Lovely President  ( AS 11 ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang