vegetatif

1.8K 67 21
                                    


Kama mengalami kondisi vegetatif. Dia sadar tapi dia tidak bisa melakukan apapun, bahkan seringkali dia tidak mengingat apapun. Tentang dirinya sekalipun.

Sudah 1 bulan Kama tinggal di panti ini, dan selama itu, Kama dirawat oleh Ranti. Gadis berumur 17 tahun yang bertekad mengabdikan sisa umurnya untuk panti tempat dia di besarkan.

Jatuh cinta dan menikah tidak pernah ada dalam kamus hidupnya. Tapi sejak pasien vegetatif bernama Kama itu hadir, sepertinya Ranti jatuh hati.

Ranti suka memainkan rambut ikal Kama, rambutnya yang panjang menyentuh pundak. Ranti sangat menikmati setiap hal tentang Kama.

"Mas Kama, bagaimana tidurnya? Nyenyak ya ... Mas Kama semalam tidurnya tenang..."

Ranti mengajak Kama bercerita sambil membersihkan tangan Kama, mengusapnya dengan handuk dan air hangat.

Pagi ini udara sangat dingin, sepertinya Kama tidak bisa mandi. Tubuhnya sangat rentan. Jadi untuk itu Ranti hanya menyeka Kama dengan kain dan air hangat.

Ranti menyeka wajah Kama, mengusap liur dan beleknya, membuat wajah Kama terlihat lebih bersih dan segar.

Setelah selesai dengan tubuh bagian atas Kama, dan memakaikan Kama hodie berwarna hitam dan handuk baru untuk menampung liur Kama, Ranti beralih membersihkan tubuh bagian bawah Kama.

"Izin buka celananya ya mas, aku mau membersihkannya..."

Tidak ada canggung, Ranti sudah biasa melakukannya. Kama bukan orang pertama yang Ranti rawat, sebelumnya Ranti sudah sering membantu ibu panti merawat anak-anak atau remaja yang menderita kondisi yang sama dengan Kama.

Dan kali ini, untuk pertama kalinya Ranti diberi tanggung jawab untuk merawat seseorang secara penuh. Yaitu Kama. Semua kebutuhan Kama adalah tanggung jawab Ranti. Termasuk urusan kebersihan, dan kesehatannya.

Ranti melepas popok Kama yang sudah penuh, membersihkannya dan kembali memasangkan Kama popok baru.

Tubuh Kama sedikit kaku, jadi terkadang Ranti perlu tenaga ekstra untuk memakaikan dan melepaskan pakaian Kama.

Tak lupa Ranti mengoleskan salep anti ruam di punggung dan bokong Kama. Ranti juga mengoleskan body lotion agar tubuh Kama wangi dan terjaga kelembabannya.

"Rambut Mas Kama sudah panjang sekali, tapi bagus... Sayang kalo di potong..." Ujar Ranti sambil mengusap rambut Kama.

Saat ini Kama sudah tampan di atas kursi rodanya. Ranti sedang menemani Kama berjemur sambil menyuntikan susu ke selang NGT yang bertengger di hidung mancung Kama.

Rambut Kama itu ikal dan lebat, sehat juga... Sangat indah. Meski dalam kondisi seperti ini, Kama tetap tampan.

Ranti sedang mempertimbangkan, apa ia harus memotong rambut Kama? Atau membiarkannya dulu. Sungguh, Kama tampan dengan rambut sebahunya. Pertama kali Kama datang ke panti, rambutnya gundul dengan bekas luka disisi kanan kepalanya. Tapi saat itu pun Kama masih tampan, bagi Ranti.

"Syukurlah, tinggal sedikit lagi. Habis makan kita pijat ya mas, terapi dulu... Biar Mas Kama cepat sembuh..."

Suara renyah Ranti mengalun, menggelitik hati Kama. Senyum hangat dari bibir ranum itu selalu menyambutnya setiap pagi, menemaninya setiap waktu. Kama tidak tahu, tapi hatinya menghangat setiap tangan lentik itu menyentuhnya.

Kama melenguh, mengerang lemah dan berkahir menangis ... Meski hanya cucuran air mata dan suara lenguhan tak jelas. Tubuhnya yang lumpuh, terasa remuk redam saat terapis itu memutar-mutar, memijit dan melipat kaki dan tangannya.

Disampingnya, Ranti duduk mengamati jalannya terapi sambil sesekali menyeka air mata dan liur Kama. Wajah putih Kama tampak memerah.  Sudah mulai kelelahan.

Part Of Nonanaf Where stories live. Discover now