"Ini masih pagi, Zara," ucap Bella yang langsung tahu meski orang di seberang sana belum menyebutkan nama.

"Oke, sorry Billa. Abisnya gue exited banget. Susah banget juga dapet nomor Billa, gue nyari semaleman loh ini."

Bella menghela napas. Sebenarnya ia cukup kecewa karena yang selama ini dia bangun malah ada celah, tapi ya sudahlah, terlanjur.

"Anak itu udah aman?"

"Udah. Semalem dia gue kasih makan, gue bersihin juga tubuhnya, jadi tidurnya nyenyak. Manis banget tau, dia kayaknya udah lama nggak tidur dengan senyaman ini."

Bella mengangguk-angguk. "Bagus deh."

"Jadi kapan mau latihannya?" tanya Zara dengan nada penuh antusias.

"Nggak ada latihan. Urus aja dia."

"Hah?" Suara Zara memelan bercampur kecewa.

"Nggak ada latihan," ulang Bella lagi.

"Jangan ngaco deh, mana ada anak Billa nggak ada latihan."

Bella bangkit dari ranjangnya lalu mulai membersihkan sleeping mask-nya dengan kapas.

"Yang ini konsepnya bukan gitu."

"Bentar. Maksudnya dia cuma dapet perawatan doang?"

"Heem, gue 'kan udah berhenti."

Zara terdiam untuk beberapa saat. Seolah tengah mencerna baik-baik maksud perkataan Bella.

"Gue pikir Billa balik. Billa tau nggak gue sampe nangis waktu anak itu dateng dan bilang anak Billa."

"Gue mau mandi, jaga dia baik-baik ya."

Bella mematikan sambungan telepon lalu melempar ponselnya ke atas kasur. Ia menghela napas sebelum berjalan ke arah kamar mandi.

oOo

Bella tahu bahwa Zara adalah anaknya yang paling tidak bisa diatur, paling suka ngeyel dan penuh drama. Karena sudah lama tidak bertemu dan bertambahnya usia, Bella pikir cewek itu sudah lebih dewasa. Nyatanya umur masih sebatas angka.

"Kemarin cowok mumi, sekarang Mbak-Mbak pramugari, besok siapa lagi yang mau nyegat Bell?" ucap Feryn dengan wajah yang ditekuk kesal. Untuk kedua kalinya motornya dihentikan di depan gerbang sekolah.
Bukan apa-apa, jam pulang itu semuanya kompak keluar, jadi ketika Feryn berhenti di depan gerbang, sudah jelas akan mendapat klakson dan protesan dari yang lain.

"Udah ah, sana turun."  Feryn mengedikkan bahu.

Dengan enggan Bella pun turun dari boncengan temannya itu.

"Hubungan kita cuma segini aja nih, Ryn?"

"Nggak usah drama, sana tanganin urusan lo dulu. Gue tungguin di warungnya Mpok Narsih." Setelah mengucapkan itu, Feryn langsung menarik gasnya dan pergi meninggalkan Bella.

Zara yang sebelumnya berekspresi datar seketika menampilkan cengiran dan mendekati ke arah Bella.

"Bill--"

"Bella," sela Bella mengoreksi

"Oke, jadi Bella sekolah di sini ya. Baru tau gue." Zara melihat sekitar dengan mata berbinar. Meski usianya 5 tahun di atas Bella, ternyata tingkahnya tetap kekanakan.

"Yang tadi nggak jelas?"

Zara menggeleng. "Btw Bella cantik banget sumpah, pangling banget gue."

Bella berjalan ke tempat yang lebih jarang orang, Zara pun mengikuti dengan gestur riang. Soal keceriaan Zara itu ibarat Jeya yang dikuadratkan. Memiliki kesan lemah dan lembut. Namun, itu hanya satu sisi muka. Karena tidak ada anak Billa yang lemah.

Pacaran [TAMAT]Where stories live. Discover now