Chapter 32 Ciuman Terindah Untuk Jhon

734 30 0
                                    

Setelah seharian ini bergelut pada latihan fisik, akhirnya aku menemukan ilmu baru dari Komandan Satria dan Komandan Ferdy. Mereka fokus memberikan pengarahan pada kami bertiga di ruangan aula, akan tetapi tidak pada Jhon yang sibuk pada sebuah patung.

Latihan aneh yang dia lakukan membuat kami sangat heran, akan tetapi dia tidak memerlihatkan kekuatan sedikit pun di sana. Padahal menurut dari pemberitahuan, kalau besok adalah babak final dan akan menunjukkan otot dan kekuatan. Tak berapa lama, Komandan Reza datang dari luar aula.

Kemudian menuju Jhon dan menemui latihan aneh itu, aku dan Raka menatap mereka. Bahkan, Komandan Reza pun memberikan nasihat agar Jhon tidak terlalu keras-keras dalam memukul patung itu. Mungkin karena takut kalau akan pecah dan membuat patung di aula latihan tidak ada lagi.

Seraya menatap dari kejauhan, aku pun merasa sangat cemburu karena Komandan Reza memegang tangan Jhon begitu mesrah. Bahkan tatapan yang dia berikan itu mengandung bius, otomatis target akan merasakan halusinasi seperti orang yang sedang sakau.

Kali ini aku kehilangan fokus dan sebuah benda sebagai alat untuk dipukul pun menemui wajahku hingga membuat diri ini terjatuh di atas lantai.

Brug!

"Aduh ... sakit banget wajah aku!" pekik diri ini seraya menyibak wajah menggunakan kedua tangan.

Tak berapa lama, Raka dan Rudi Ardiyansyah menemuiku dan membangkitkan. "Kau enggak apa-apa, Nio?" tanya Raka Lesmana.

Mereka berdua menadahkan badan menjadi jongkok, aku yang masih dalam posisi pusing kemudian mencoba untuk bangkit. Tepat di pundak sebelah kanan dan kiri, kedua sahabat membantu untuk aku kembali berdiri. Rasa malu dan terpaksa untuk menghentikan latihan pun aku pilih.

"Kalau kau masih pusing duduk aja di bangku sana, Nio!" seru Raka lagi.

Dengan bantuannya, aku pun mengangguk dan kami berjalan menuju bangku belakang. Lalu Rudi datang dan membawa tiga botol minuman mineral, dia memberikannya padaku dan Raka juga.

"Nih, minum dulu," katanya memberikan.

Seraya mengambil botol sodoran dari Rudi, aku pun menjawab, "terima kasih, Rud."

Dia mengangguk, kemudian duduk di sebelah kanan. Raka ada di sebelah kiri, kami menatap sejurus ke arah Jhon yang ada di depan sana. Dia sangat fokus memutari patung, dan kemudian menyentuh badannya dengan jemari saja.

Teknik itu tidak pernah aku lihat, karena selama ini kami kalau latihan selalu dengan kekerasan dan membanting lawan. Itu adalah langkah terbaik agar cepat membuat lawan tidak bisa bertahan. Lalu, dari sebelah kiri Raka pun menyiku lengan ini.

Aku menolehnya, dia menatap secara saksama ke arahku. "Ada apa, Raka?" tanyaku.

"Apakah kau tahu teknik yang dilakukan oleh Jhon dan Komandan Reza di sana, Nio?" tanya Raka balik, dia mengernyit heran.

Karena memang tidak tahu, aku menaikkan kedua pundak. Kemudian, seseorang menyambar dari sebalah kanan, "dia lagi tatihan teknik dasar melumpuhkan lawan, itu dipakai oleh orang Jepang dalam melawan musuh!"

Terdengar jawaban yang diberikan oleh Rudi, dia pun terdiam setelahnya. Aku menoleh Raka lagi, karena teknik itu belum pernah kami lakukan sama sekali. Seraya mengembuskan napas panjang, kemudian aku buang dari mulut berkali-kali.

Karena tidak percaya, aku pun tidak lantas percaya. Jhon adalah orang yang sangat pemalu, dia tidak mungkin menguasai teknik itu sewaktu-waktu dalam hitungan menit saja. Rasa tidak mungkin kembalu hadir, dan Jhon akan celaka kalau harus menguasai teknik itu tetapi tak latihan lama.

Kami yang berdiam diri, kemudian mendapatkan sebuah pengarahan dan kali ini Jhon bergerak menuju tempat duduk. Komandan Ferdy dan Satria pun berkata panjang kali lebar, dia memberikan kami sebuah tantangan untuk dapat siaga dalam menghadapi fisik orang lain.

Seleksi Calon BintaraWhere stories live. Discover now