5. The Other Side

Mulai dari awal
                                    

Senja ingin menjadi diri sendiri, dia tidak ingin melanjutkan ibunya yang membawahi puluhan perusahaan besar dunia, tidak peduli sebesar apapun itu sekarang.

Ini bukan impian Senja. Ini bukan diri Senja. Gadis itu berdiri jauh dari semua itu, ia ada untuk sesuatu yang lain dan dia sadar akan hal tersebut.

Namun, satu satunya mimpi yang ia miliki secara tidak sadar di pendam sendiri oleh ibunya.

Senja ingin menjadi musisi seperti ayahnya, tapi semua orang tahu betul jika Joon Young dan suaminya berpisah karena masalah itu.

Joon Young menginginkan suaminya bekerja bersamanya mengurus perusahaan, sedangkan pria itu adalah seorang penyanyi.

Dari perbedaan pemikiran itulah akhirnya mereka berpisah. Orang tua Senja memiliki dunia yang jelas berbeda.

Ayahnya kalah dengan ambisi ibunya yang begitu besar.

Namun Senja ingin menjadi seperti ayahnya, tapi Joon Young melarang keras Senja bermain musik apalagi bernyanyi.

Lantas, apa yang dapat dia lakukan? Di satu sisi ia tidak mau membuat ibunya bersedih, tapi tindakan itu secara tak langsung menghancurkan dirinya sendiri.

Senja tidak pernah mengharapkan semua ini, semua yang di miliki, yang di berikan Joon Young padanya membuat dia semakin sulit untuk melawan keinginan ibunya.

Apakah pantas jika dia menolak permintaan seseorang yang telah memberikan segala sesuatu padanya?

Tapi sekali lagi, Senja tidak pernah mengharapkannya.

Jika boleh memilih, dia dengan senang hati hidup sebagai gadis biasa tanpa di kelilingi harta asalkan dapat melakukan apapun yang dia mau tanpa harus menuruti permintaan dan kekangan seseorang.

Gadis bersurai coklat itu melenguh pelan,

" Huft, kacau sekali.." Lirihnya pada diri sendiri.

Handphone hitam yang tergeletak di atas karpet tiba tiba bergetar, mau tak mau Senja beringsut mengambil benda tersebut.

Siapa tahu penting.

Ia mendesah setelah mengetahui bahwa Hyun He Ra lah yang menelfonnya. Ia teringat jika hari ini lah puncak festival di sungai Han berlangsung, dan karena kejadian tadi Senja benar benar dalam keadaan malas.

" Yeoboseyo, He Ra yaa.." Gumam senja, nyaris tak terdengar,

" Oe, yeoboseyo, seon Ja ya.. neo gwenchana?" Senja dapat menangkap nada khawatir dari suara lembut He Ra.

" Ehm, He Ra ya, maafkan aku sebelumnya, tapi sepertinya aku tidak bisa menemanimu ikut festival.."

" Hah, wae? Apa terjadi sesuatu?"

Seulas senyum tipis terbit di bibir Senja,

setidaknya dia masih memiliki seseorang yang tulus memerhatikannya.

Ia menghela nafas pelan.

" Aniyo, hanya saja aku merasa tidak enak badan. Bagaimana? Tapi jika kau tidak ada teman untuk kesana aku akan berangkat sekarang.."

He Ra buru buru menyambar,

" Ah, Andwaeyo kalau begitu. Kau harus beristirahat, neo arraseo? Besok pagi aku akan mendatangimu.. jadi tetap di rumah, nee?"

(🐰: andwaeyo: tidak boleh)

" Hmm, lalu bagaimana dengan festival itu?"

Senja menjadi agak tidak enak merepotkan sahabatnya.

" Tenang saja, Hong Yu Cha akan menemaniku, kebetulan dia penggemar salah satu band yang akan hadir di sana. Kau jaga diri saja, jangan kebanyakan pikiran, oke?"

" Nee, arraseo, gamsahamnida.. maaf tidak bisa menemanimu.."

" Aish, kau ini. Ya sudah, aku istirahat dulu saja. Cepat sembuh, darling.."

Begitu telepon terputus, Senja menjatuhkan diri ke atas kasur.

Matanya nanar menatap langin langit kamar. Pikirannya terpecah.

Apa yang dia lakukan selama ini?

Membuang waktu dan tenaga untuk sesuatu yang tidak pernah dia inginkan?

Menguras otaknya untuk mencapai sebuah cita cita yang belum pernah ia harapkan?

Apakah hidupnya akan terus begini? Senja tidak ingin berakhir menyedihkan, ia ingin berdiri sendiri tanpa harus memikirkan permintaan seseorang.

Senja ingin mengepakkan sayapnya ke angkasa luar seperti orang orang tanpa harus takut kakinya terjerat rantai kekangan.

Senja ingin bebas.

Dirinya termenung, lalu bagaimana caranya? Apakah dengan memutuskan semua hubungan dengan ibunya?

Ah, dia tidak ingin jadi anak yang durhaka, karena bagaimana pun Joon Young adalah wanita yang melahirkannya ke dunia ini.

Lantas apa yang harus di lakukan? Berteriak teriak di hadapan ibunya seperti yang baru saja dia lakukan di telepon? Sepertinya itu tidak mempan.

Lalu apa lagi?

" Argh.."Senja memekik tertahan, kedua tangannya mengacak acak rambut panjangnya frustrasi. Serumit itukah hidup?

Dan, jika memang dia sudah terlepas dari itu semua, siapa yang menjamin hidupnya akan jadi lebih baik?

Tapi, masa bodoh, yang terpenting sekarang adalah diriya bisa bernafas lega dengan caranya sendiri.

Dia tidak sudi kehidupannya harus di dikte oleh seseorang.

Kini saat dia mulai menyadari betapa lemahnya dia selama ini, hanya penyesalan yang tertinggal.

Jika saja sejak awal dia menentang keinginan ibunya dan membuatnya mengerti, mungkin tidak akan serumit ini.

Tapi, dia juga tidak tahu akhirnya seperti yang dia rasakan sekarang.

Ah, sekarang semua baginya terasa salah. Senja tidak tahu harus apa lagi.

Ibunya yang keras kepala tidak akan mengerti penderitaannya sama sekali, dia memang wanita yang egois dan penuntut, serta tidak pernah mau mendengar perkataan orang. Persis seperti Senja.

Gadis itu lelah, ia menghela nafas beberapa kali untuk menenangkan diri.

Sebenarnya ia ingin bercerita pada He Ra, tapi ia takut mengganggu gadis itu, saat ini dia pasti sedang bersenang senang.

Apalagi Hyun He Ra merupakan orang yang overthinking dan mudah khawatir, ada sedikit saja sesuatu yang tidak beres di diri Senja, He Ra langsung panik.

Maka dari itu Senja memilih untuk diam dan hanya bilang bahwa dia sedang tidak enak badan.

Coba saja tadi Senja berkata sejujurnya tentang mama nya pasti he Ra sekarang sudah duduk tepat di hadapannya dan berkata panjang lebar tentang kalimat yang mungkin dapat menenangkannya.

Perlahan kedua mata Senja terpejam. Gadis itu pun akhirnya terlelap, namun sialnya kejadian di masa lalunya berhasil merangsek ke dalam mimpinya.

🐰🐰🐰

Hai my Puppley💜
Gimana sampe sini?

Vonment di tunggu yak, lup u all <3

 Euphoria-end- (Fanfic BTS Edition)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang