delapan

20K 974 194
                                    


Come Back. Even as a shadow, even as a Dream –Euripides-

 Even as a shadow, even as a Dream –Euripides-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Fan-artby Riezyou

**

Senna meringis meremas perutnya yang terasa perih.

Setelah seminggu penuh makan teratur dengan menu-menu kesukaannya, kini organ dalamnya berontak karena kebiasaan tuannya berubah. Semenjak Rio pergi hampir satu minggu lalu, Senna kembali makan tidak teratur, bahkan lebih sering melewatkan makan malam atau cukup mengisi perut dengan makanan instan.

Seperti pagi ini. Hampir sepanjang mata kuliah fonetik, Senna tidak beranjak dari kursi. Rasa sakit di lambungnya akan menyerang kembali jika dia berdiri. Wajahnya pucat, keringat dingin mengucur di keningnya karena menahan sakit.

Senna terpaksa mengeluarkan isi perutnya. Asam lambungnya naik.

Bodoh, pikirnya. How reckless, Arseto senna, kutuknya pada diri sendiri. Setelah membiarkan perutnya kosong semalam, bukannya memudahkan kerja lambung dengan sarapan pagi, dia justru mengonsumsi kopi.

Begitu kelas pertama selesai, Senna mencari Andrea. Namun tidak bisa menemukannya. Sejak Rio memasak di rumah, Senna memang berhenti meminta tolong kepada asisten dosennya itu untuk memesankannya sesuatu dari kantin.

Andrea, kamu di mana? Senna mengirim SMS.

Andrea seperti biasa membalas lebih cepat dari dugaan Senna. Kantin, bapak butuh sesuatu?

Senna tidak membalas. Dia memutuskan meninggalkan ruang dosen untuk bergabung dengan Andrea di kantin. Masih ada satu jam sampai jam mengajar selanjutnya.

"It's not love! It's curiosity!"

Kalimat itu meluncur dari mulut Andrea tepat saat Senna meletakkan baki makanannya di meja. Dua mahasiswa yang tengah berbincang itu—Andrea dan Yusuf—melongo menemukan Senna berdiri di antara mereka.

"Kalian ngomongin aku, ya?" tuduh Senna. Tatapan matanya menajam di balik kacamata berbingkai hitam.

"Kenapa Bapak berpikir begitu?" Keduanya bertanya bersamaan, membuat Senna semakin curiga.

Dia ingin menginterogasi lebih lanjut, tapi perutnya perih. Tanpa meminta izin, Senna duduk di samping Andrea. Dengan tenang dia mulai mengaduk sup ayamnya.

"Bapak kok makan di kantin pagi-pagi?" tanya Andrea.

Senna tidak menanggapi. Sesuap nasi basah dan sepotong perkedel masuk ke dalam mulutnya. Dia mengunyah dengan seksama. Setelah makanan dalam mulutnya tidak mengganggu bicaranya, Senna menjawab. "Terpaksa. Aku kayaknya kena maag. Asam lambungku naik."

Wajah Andrea seketika itu juga panik, menyerocos menasehati, dan baru berhenti saat Senna meletakkan jari telunjuk ke arah asistennya tersebut.

"Sudah minum obat?" tanya gadis itu lebih tenang.

SENNAWhere stories live. Discover now